Jumat, 21 Oktober 2016

DORMANSI

MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN
“DORMANSI”

Dosen Pengampu:
Dra. Hj. Muswita, M.Si

Logo_Unja.png
Disusun Oleh
Kelompok 7 :
Diah Suliandani                         (A1C414034)
Ema Ratna Furi                        (A1C414001)
Helda Dwi Utami                       (A1C414001)
Nuriyana Eka Arsanti              (A1C414001)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan  Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Dormansi”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan juga tidak terlepas dari bantuan Ibu Dra. Hj. Muswita, M.Si sebagai dosen pengampu dan  berbagai pihak lainnya yang turut menjadi sumber dalam pembuatan laporan ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam proses penulisan makalah ini belum bisa dikatakan sempurna, baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usul, yang berguna dalam penyempurnaan laporan ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.


Jambi, 20 April 2016

Penulis




DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL                        …………………………...……………         i
KATA PENGANTAR         ……………………………...…………         ii
DAFTAR ISI                         ……………………………………...         iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang                 …….….……………………...............            1
1.2  Tujuan                               …….….……………………...............           2
1.3  Manfaat                             …….….……………………...............           2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Dormansi                  .........……………….................             3
2.2  Dormansi Pada Biji                    ..........……………….................             4
2.3  Dormansi Pada Tunas                ..........……………….................             10
2.4  Faktor yang menyebabkan Dormansi   ........................................             12
2.5  Cara mengatasi Dormansi                     ........................................             14
BAB III  PENUTUP
3.1  Kesimpulan                                               ……………………………    18
3.2  Saran                                                         ……………………………    19
DAFTAR PUSTAKA                      ……………………………………    20


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Dormansi adalah keadaan biji yang tidak berkecambah atau dengan kata lain tunas yang yang tidak dapat tumbuh (terhambatnya pertumbuhan) selama periode tertentu yang disebabkan oleh faktor-faktor intern dalam biji atau tunas tersebut. Suatu biji dikatakan dorman apabila biji tersebut tidak dapat berkecambah, setelah periode tertentu, meski faktor-faktor lingkungan yang dibutuhkan tersedia.
Seperti yang telah kita ketahui, dormansi ditunjukkan oleh suatu rentang besar organ tanaman dari berbagai morfologi. Misalnya pada tunas, dormansi dapat terjadi pada pucuk sebuah tanaman berkayu, sebuah umbi dari kentang, ataupun sebuah rhizome. Benih merupakan komponen penting teknologi kimiawi-biologis yang pada setiap musim tanam untuk komoditas tanaman pangan masih menjadi  masalah  karena produksi benih bermutu masih belum dapat mencukupi permintaan pengguna/petani. Benih dari segi tehnologi diartikan sebgai organisme mini hidup yang dalam keadaan “istirahat” atau dorman yang  tersimpan dalam wahana tertentu yang digunakan sebagai penerus generasi.
Dormansi adalah suatu keadaan dimana pertumbuhan tidak terjadi walaupun kondisi lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan. Pada beberapa jenis varietas tanaman tertentu, sebagian atau seluruh benih menjadi dorman sewaktu dipanen, sehingga masalah yang sering dihadapi oleh petani atau pemakai benih adalah bagaimana cara mengatasi dormansi tersebut.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.


1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.         Apa yang dimaksud dengan dormansi?
2.         Bagaimana dormansi pada biji?
3.         Bagaimana dormansi pada tunas?
4.         Faktor apa sajakan yang menyebabkan dormansi?
5.         Bagaimana cara mengatasi dormansi?

1.3  Tujuan
Adapun tujuan dalam pembuahan ini adalah sebagai berikut:
1.         Untuk mengetahui apa itu dormansi.
2.         Untuk mengetahui dormansi pada biji.
3.         Untuk mengetahui dormansi pada tunas.
4.         Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan dormansi.
5.         Untuk mengetahui cara mengatasi dormansi.

















BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Dormansi
Dormansi adalah kondisi biji yang gagal berkecambah karena kondisi-dalam, walaupun kondisi-luar (misalnya suhu, kelembapan, dan atmosfer) sudah sesuai (Salisburry, 1995: 195).
Dormansi merupakan istilah yang digunakan terhadap biji-biji yang gagal dalam berkecambahan karena disebabkan beberapa faktor dari luar. Dormansi adalah suatu proses yang terhambatnya pertumbuhan biji walaupun lebih yang diberikan faktor lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan biji. Dormansi merupakan waktu tidur biji, sebelum biji segera tumbuh menjadi tanaman baru, di mana masa-masa dormansi dari masing-masing tumbuhan berbeda (Loveless, 1987).
Dormansi dapat didefenisikan sebagai suatu keadaan pertumbuhan dan metabolisme yang terpendam, dapat disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak baik atau faktor dari dalam tumbuhan itu sendiri.
Dormansi merupakan suatu mekanisme untuk mempertahankan diri terhadap suhu yang sangat rendah (membeku) pada musim dingin, atau kekeringan di musim panas yang merupakan bagian penting dalam perjalanan hidup tumbuhan tersebut. Dormansi harus berjalan pada saat yang tepat, dan membebaskan diri atau mendobraknya apabila kondisi sudah memungkinkan untuk memulai pertumbuhan.
Dormansi adalah suatu penundaan pertumbuhan selama periode tertentu, keadaan ini ditemukan pada biji, tunas, umbi, atau rizom. Bagian tanaman tersebut tetap variable, terjadi reduksi aktivitas metabolisme dan hal ini sangat erat hubungannya dengan faktor luar yang sangat berpengaruh untuk terjadi dormansi. Faktor dalam yang mempengaruhi dormansi antara lain adalah senyawa-senyawa tertentu yang bersifat sebagai penghambat, dalam hal ini termasuk ABA. Pada biji, yang embrionya belum mencapai kematangan morfologis karena tidak cukupnya nutrisi juga merupakan salah satu faktor dalam yang dapat menyebabkan dormansi.

2.1  Dormansi Pada Biji
Dormansi biji adalah kondisi biji yang masih hidup tetapi tidak aktif, berada dalam kondisi kering (kelembabannya kurang) dan tidak dapat (gagal) berkecambah selama periode waktu tertentu karena faktor internal biji. Biji kuisen (quiscence) adalah biji yang tidak dapat berkecambah apabila faktor luar tidak memenuhi persyaratan. Keadaan ini akan berakhir hingga adanya kondisi yang menguntungkan untuk perkembangan.
      Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi adalah:
1.      Jika kulit dikupas, embrio tumbuh
2.      Embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah
3.      Embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi
4.      Perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil
5.      Akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin) Biji bersifat light sensitive.
Dormansi biji berhubungan dengan usaha benih untuk menunda perkecambahannya, hingga waktu dan kondisi lingkungan memungkinkan untuk melangsungkan proses tersebut. Dormansi dapat terjadi pada kulit biji maupun pada embryo. Biji yang telah masak dan siap untuk berkecambah membutuhkan kondisi klimatik dan tempat tumbuh yang sesuai untuk dapat mematahkan dormansi dan memulai proses perkecambahannya. Pretreatment skarifikasi digunakan untuk mematahkan dormansi kulit biji, sedangkan stratifikasi digunakan untuk mengatasi dormansi embryo.
Dormansi biji merupakan keadaan dimana biji tidak dapat berkecambah meskipun kondisi untuk berkecambah telah memadai. Hal ini biasanya terjadi karena hal-hal berikut :
1.      Adanya pelapis biji yang sulit ditembus air
Biji memiliki pelapis-pelapis berupa perikarp, testa, perisperma dan endosperma. Pelapis-pelapis tersebutlah yang mengakibatkan terhalangnya pertukaran oksigen dan penyerapan air. Selain itu, adanya pelapis-pelapis tersebut juga menyebabkan kegagalan dalam memobilisasi cadangan makanan dari endosperma/ perisperma. Testa merupakan lapisan yang impermeabel terhadap air jika baru dialiri air, oleh karena itu dormansi di tanah dapat dipertahankan sampai lapisan tersebut dirusak oleh organisme – organisme mikro tanah. Ada pula pada beberapa spesies, air dan oksigen tidak dapat masuk kedalam biji karena terhalang oleh gabus (sumpal strofiolar). Terhalangnya air dan oksigen kedalam biji dapat diatasi dengan goncangan dan skarifikasi (penggoresan).
Pemecahan kulit biji dinamakan skarifikasi atau penggoresan. Untuk itu digunakan pisau, kikir dan kertas amplas. Di alam, goresan tersebut mungikin terjadi akibat kerja mikroba, ketika biji melewati alat pencernaan pada burung atau hewan lain, biji terpajan pada suhu yang berubah-ubah, atau terbawa air melintasi pasir atau cadas. Di laboratorium dan bidang pertanian (bila perlu) digunakan alkohol atau pelarut lemak lain (yang menghilangkasn badan berliln yang kadang  menghalangi masuknya air) atau asam pekat. Sebagai contoh, perkecambahan biji kapas dari berbagai tanaman kacangan tropika dapat sangat dipacu dengan merendam biji terlebih dahulu dalam asam sulfat selama beberapa menit sampai satu jam, dan selanjutnya dibilas untuk menghilangkan asam itu (Salisbury dan Ross, 1995:197).

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEj0djH6kG0OArZ6glbc3tRCWxu59uv3QRId8tTZEG7-kK_ZB3tXEVxsnOfjlwCKNKdlMTUjurgYna41r8cOO0msNJWOCNBhRl5sM66qzsW6Iy2kUL4gHDOKkLOrN9ze6Ao-P6mXsdb9OhDP/s200/Picture2.gif


2.      Belum dewasanya embrio
Pada beberapa biji, tidak tejadinya perkecambahan disebabkan karena embrio belum sempurna pertumbuhannya atau belum matang. Biji-biji tersebut memerlukan jangka waktu tertentu agar dapat berkecambah. Biji-biji ini biasanya ditempatkan pada temperatur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrio terbentuk sempurna dan dapat berkecambah.
3.      Adanya senyawa-senyawa penghambat osmotik dan kimia
Senyawa penghambat kimia sering juga terdapat dalam biji, dan senyawa penghambat ini harus dikeluarkan lebih dahulu sebelum perkecambahan dapat berlangsung. Di alam, bila terdapat cukup curah hujan yang dapat mencuci penghambat dari biji, tanah akan cucup basah bagi kecambah baru untuk bertahan hidup (Went, 1957). Hal ini khususnya penting di gurun, karena kelembapan lebih menentukan daripada faktor lain seperti suhu. Vest (1972) mendapatkan bahwa biji Atriplex mengandung cukup banyak natrium klorida untuk menghambat perkecambahan biji secara osmotik. biasanya senyawa penghambat lebih rumit daripada garam dapur dan penghambat mewakili berbagai macam kelompok senyawa organik. Beberapa di antaranya adalah kompleks pelepas-sianida (khususnya biji Rosaceae), sedangkan lainnya adalah senyawa pelepas-amonia (Salisbury dan Ross, 1995:198).

ü  Tipe-Tipe Dormansi
Secara umum menurut Aldrich (1984) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe yaitu :
A.    Innate dormansi (dormansi primer)
Dormansi primer adalah dormansi yang paling sering terjadi, terdiri dari dua sifat: (1) dormansi eksogenous yaitu kondisi dimana komponen penting perkecambahan tidak tersedia bagi biji dan menyebabkan kegagalan dalam perkecambahan. Tipe dormansi tersebut berhubungan dengan sifat fisik dari kulit benih serta faktor lingkungan selama perkecambahan; (2) dormansi endogenous yaitu dormansi yang disebabkan karena sifat-sifat tertentu yang melekat pada benih, seperti adanya kandungan inhibitor yang berlebih pada benih, embrio benih yang rudimenter dan sensitivitas terhadap suhu dan cahaya.

B.     Induced dormansi (dormansi sekunder)
Dormansi sekunder adalah sifat dormansi yang terjadi karena dihilangkannya satu atau lebih faktor penting perkecambahan. Dormansi sekunder disini adalah benih-benih yang pada keadaan normal maupun berkecambah, tetapi apabila dikenakan pada suatu keadaan yang tidak menguntungkan selama beberapa waktu dapat menjadi kehilangan kemampuannya untuk berkecambah. Kadang-kadang dormansi sekunder ditimbulkan bila benih diberi semua kondisi yang dibutuhkan untuk berkecambah kecuali satu. Misalnya kegagalan memberikan cahaya pada benih yang membutuhkan cahaya.
Diduga dormansi sekunder tersebut disebabkan oleh perubahan fisik yang terjadi pada kulit biji yang diakibatkan oleh pengeringan yang berlebihan sehingga pertukaran gas-gas pada saat imbibisi menjadi lebih terbatas.

Sedangkan menurut Sutopo (1985) Dormansi dikelompokkan menjadi 2 tipe berdasarkan mekanisme dormansi di dalam biji, yaitu :
A.    Dormansi Fisik
Dormansi fisik disebabkan oleh pembatasan struktural terhadap perkecambahan biji, seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanis terhadap masuknya air atau gas-gas ke dalam biji. Dengan kata lain, dormansi yang mekanisme penghambatannya disebabkan oleh organ biji itu sendiri.
Beberapa penyebab dormansi fisik adalah :
1.      Impermeabilitas kulit biji terhadap air
Biji-biji yang termasuk dalam type dormansi ini disebut sebagai "Biji keras" karena mempunyai kulit biji yang keras dan strukturnya terdiri dari lapisan sel-sel serupa palisade berdinding tebal terutama di permukaan paling luar. Dan bagian dalamnya mempunyai lapisan lilin dan bahan kutikula.
2.      Resistensi mekanis kulit biji terhadap pertumbuhan embrio
Disini kulit biji cukup kuat sehingga menghalangi pertumbuhan embrio. Jika kulit biji dihilangkan, maka embrio akan tumbuh dengan segera.
3.      Permeabilitas yang rendah dari kulit biji terhadap gas-gas
Pada dormansi ini, perkecambahan akan terjadi jika kulit biji dibuka atau jika tekanan oksigen di sekitar benih ditambah. Pada benih apel misalnya, suplai oksigen sangat dibatasi oleh keadaan kulit bijinya sehingga tidak cukup untuk kegiatan respirasi embrio. Keadaan ini terjadi apabila benih berimbibisi pada daerah dengan temperatur hangat.
B.     Dormansi Fisiologis
Dormansi Fisiologis dapat disebabkan oleh sejumlah mekanisme, tetapi pada umumnya disebabkan oleh zat pengatur tumbuh, baik yang berupa penghambat maupun perangsang tumbuh.
Beberapa penyebab dormansi fisiologis adalah :
1.      Immaturity Embrio
Proses fisiologis dalam biji terhambat oleh kondisi embrio yang tidak/ belum matang. Pada dormansi ini perkembangan embrionya tidak secepat jaringan sekelilingnya sehingga perkecambahan benih-benih yang demikian perlu ditunda. Sebaiknya benih ditempatkan pada tempe-ratur dan kelembaban tertentu agar viabilitasnya tetap terjaga sampai embrionya terbentuk secara sempurna dan mampu berkecambah.
2.      After ripening, benih yang mengalami dormansi ini memerlukan suatu jangkauan waktu simpan tertentu agar dapat berkecambah, atau dikatakan membutuhkan jangka waktu "After Ripening".
After Ripening diartikan sebagai setiap perubahan pada kondisi fisiologis benih selama penyimpanan yang mengubah benih menjadi mampu berkecambah. Jangka waktu penyimpanan ini berbeda-beda dari beberapa hari sampai dengan beberapa tahun, tergantung dari jenis benihnya.
3.      Photodormansi
Proses fisiologis dalam biji terhambat oleh keberadaan cahaya. Tidak hanya dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.


ü  Perlakuan Biji Setelah Dormansi
https://kuliahnyok.files.wordpress.com/2011/06/30020399.jpg









Perkecambahan suatu biji yang telah mengalami kematangan baru akan berlangsung setelah masa dormasi terlewati, yaitu suatu keadaan pertumbuhan yang tertunda atau istirahat, merupakan kondisi yang berlangsung selama suatu periode yang tidak terbatas walaupun berada dalam keadaan yang menguntungkan untuk perkecambahan. Perkecambahan tidak terlepas pula dari faktor – faktor lingkungan (Harjadi, 1986).
Secara umum dormansi biji dapat dipatahkan dengan semua metode meskipun banyak terjadi kontaminasi terhadap biji dan tanaman yang menyebabkan tumbuhan tidak survive. Hal ini sesuai dengan literatur (Kartasapoetra ,2003) yang menyatakan bahwa dormansi dapat diatasi dengan melakukan pemarutan atau penggoresan yaitu dengan menghaluskan kulit benih agar dapat dilalui air dan udara.
Perkecambahan meliputi peristiwa-peristiwa fisiologis dan morfologis berikut: imbibisi dan absorbsi air, hidrasi jaringan, absorbsi oksigen, pengaktifan enzim, transfor molekul yang terhidrolisis ke sumbu embrio, peningkatan respirasi dan asimilasi, inisiasi pembelahan dan pembesaran sel serta munculnya embrio (Kurniawati, 2009).
Ontogeni perkecambahan meliputi dua fase metabolik yang berbeda, yaitu : hidrolisis secara enzimatik terhadap cadangan makanan yang disimpan dan disintesis jaringan baru dari senyawa yang dihidrolisis (yaitu dari gula, asam amino, asam lemak, dan mineral yang dibebaskan) (Harjadi, 1986).
Menurut Goldsworthy (2002) ternyata didalam bijian berkecambah terdapat beberapa enzim antara lain; alfa amilase, lipase, peptida hidrolase, amilolitik, protease, isositrat liase, ß-manase, alfa galaktosidase, aminoliase, dan nitrat reduktase.

2.2              Dormansi Pada Tunas
Salah satu aspek pembangunan yang sangat dipengaruhi oleh dormansi suhu. Dormansi adalah istilah yangditerapkan pada jaringan seperti tunas, biji, umbi-umbian, dan umbiyang gagal untuk tumbuh meskipun mereka disediakan dengankelembaban yang cukup dan oksigen pada suhu yang tepat. Tunas yang baru saja memasuki dormansi, misalnya, dapat dirangsang lebih mudah untuk memperbaharui pertumbuhan. Sebaliknya, tunas yang telah dikembangkan dormansi penuh mungkin memerlukan pemulihan jangka panjang untuk memecahkan dormansi dan memperbaharui pertumbuhan. Dormansi di beberapa organ dapat diberlakukan oleh organ lain di tumbuhan atau oleh faktor eksternal. Mekanisme kelompok dormansi dibedakan kesalah satu dari tiga jenis yaitu paradormancy, di mana penghambatanpertumbuhan muncul dari bagian lain dari tanaman, misalnya, dominasi apikal. Ecodormancy, di mana pertumbuhan dikenakan oleh keterbatasan dalam lingkungan !misalnya, kurangnya air dan endodormancy, di mana dormansi adalah properti yang melekat pada struktur aktif itu sendiri (Lang, 1997).
Timbulnya dormansi di tunas adalah khas tanggapan pendek hari, bertepatan dengan daun gugur, menurun aaktivitas cambial, dan peningkatan kapasitas untuk menahansuhu rendah, atau tahan banting dingin Dalam kayu beriklimspesies, hari-hari pendek dan suhu menurun dariakhir musim panas dan musim gugur menginduksi primordia daun untukbentuk tunas skala bukan daun. Pembentukan sisik diikuti dengan induksi tahan banting dingin danpenghentian pembelahan sel di meristem. Setelah pertumbuhantelah berhenti dan meristem telah memasuki dormansi, yang meristem menjadi sensitif terhadap setiap pertumbuhan-mempromosikan sinyal,
Diduga bahwa dormansi pada mata tunas, selain disebabkan oleh faktor endogen mata tunas yang kompleks, juga disebabkan oleh kekurangan salah satu dari beberapa senyawa yang ditranslokasikan oleh akar ke tunas, seperti: air, garam mineral dan zat tumbuh (Wiebel et al., 1992). Pertumbuhan akar yang cepat sebelum trubus (Gambar 1) secara fisiologis dijelaskan oleh Erez (2000), bahwa akar sebagai sumber sintesis zat tumbuh seperti sitokinin akan berpengaruh terhadap pemecahan dormansi mata tunas dan lebih awalnya aktivitas akar dapat memacu pemecahan dormansi pada tunas.
Adanya dominasi apikal menyebabkan tanaman dapat tumbuh lebih tinggi dan meningkatkan eksposur tanaman terhadap cahaya matahari. Produksi auksin oleh tunas apikal berdifusi ke arah bawah tumbuhan dan menghambat pertumbuhan tunas lateral. Pemotongan tunas apikal beserta hormonnya dapat menyebabkan tunas lateral dorman yang terletak di bawah untuk mulai tumbuh. Ketika tunas apikal dihilangkan, sumber auksin hilang. Konsentrasi auksin yang jauh lebih rendah menyebabkan tunas lateral terpacu untuk tumbuh. Tunas lateral akan lebih sensitive terhadap auksin daripada tunas apikal. Selanjutnya tunas yang berada diantara ketiak daun dan batang menghasilkan percabangan baru yang akan berkompetisi untuk menjadi titik tumbuh.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjvGLb01UTGrOxEygnpeLWLWqcjS02pyEyo2w1p7fE1lgr-DsAD_9M8OWCjuXt6jLzU0sN0LRijOzsZ0rB5aOOkJ-8Lfdt__jzid_H9X_uZeUI6h93-JfqWL67daUbzqq-RZOUC1Vy563be/s320/Picture3.jpg






Gambar : dormansi tunas apikal

2.3               Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dormansi
Biji yang mengalami dormansi ditandai oleh :
a)      Rendahnya / tidak adanya proses imbibisi air.
b)      Proses respirasi tertekan / terhambat.
c)      Rendahnya proses mobilisasi cadangan makanan.
d)     Rendahnya proses metabolisme cadangan makanan.
Adapun yang menyebabkan biji tersebut mengalami dormansi adalah :
1.      Faktor Lingkungan
Salah satu faktor penting yang merangsang dormansi adalah fotoperioda (panjang hari). Hari pendek (short day) merangsang banyak tumbuhan kayu menjadi dorman. Dalam hal respon perbungaan, daun harus diinduksi untuk menghasilkan zat penghambat (inhibitor) atau hormone, yang diangkut ke tunas-tunas dan menghambat pertumbuhan. Penghambatan ini dapat dihilangkan dengan induksi hari panjang (long day) atau dengan memberikan asam giberelat.
Pada dasarnya pendinginan secara sendiri tidak penting dalam menginduksi dormansi, dan dormansi tidak akan diinduksi dengan hari pendek apabila suhu terlalu rendah untuk melaksanakan metabolisme aktif. Tetapi pada kenyataannya terlihat bahwa pendingin merupakan prasyarat yang sangat penting untuk membuka dormansi.
Kurangnya air penting dalam memulai dormansi pada beberapa tumbuhan, terutama pada dormansi untuk mempertahankan hidup pada keadaan panas dan kering. Selanjutnya, berkurangnya nutrient terutama nitrogen, dapat merupakan penyebab terjadinya dormansi pada beberapa tumbuhan.

2.      Asam Absitat (ABA)
Ahli fisilogi Inggris, P.F.Wareing dkk, menemukan bahwa ekstrak daun Betula pubscens yang dipelihara dalam kondisi hari pendek, yang mengandung zat yang sangat menghambat perpanjangan koleoptil Avena. Mereka menemukan bahwa pembentukan zat penghambat tersebut, terjadi sebelum dormansi berjalan. Pada tahun 1963, mereka berhasil mengisolasi zat penghambat tersebut dari tanaman Acer pseudoplatanus, yang mereka sebut dengan nama dormin. Sementara itu kelompok lain di Amerika di bawah pimpinan F.T.Addiccot, yang mempelajari proses pentuaan, yang mereka sebut sebagai absisin II. Secara kebetulan absisin II ini dikemukakan beberapa hari sebelum dormin, yang kemudian diketahui ternyata kedua zat tersebut sekarang dikenal dengan nama asam absisat (ABA). Asam absisat terjadi secara luas pada bagian tumbuhan dan terlibat dalam dormansi.
Berbagai gejala dormansi dan penuaan yang dapat diinduksi dengan pemberian ABA yaitu : memelihara dormansi, menghambat perkecambahan, menghambat sintesis enzim pada biji yang diinduksi giberelin, menghambat perbungaan, pengguguran tunas, pengguguran buah, penuaan daun,  dsb.

3.      Interaksi ABA Dengan Zat Tumbuh Lainnya
Pemberian ABA harus terus menerus bila efek yang diinginkan tetap terpelihara, apabila pemberian ABA dihentikan, pertumbuhan dan metabolisme yang aktif akan kembali. Hal ini akan disebabkan oleh beberapa zat yang merangsang pertumbuhan akan mengantagoniskan efek ABA. Banyak percobaan menunjukkan bahwa asam giberelat (GA) memberi efek mengantagoniskan ABA. Apabila organ yang dorman, misalnya biji Lactuca yang disimpan di tempat gelap dan diberi ABA ekstra, pemberian GA dengan konsentrasi yang tinggi sekalipun, tidak akan menanggulangi penghambatan oleh ABA. Dalam keadaan seperti ini, pemberian kinetin dapat melawan efek ABA, dan GA dapat merangsang perkecambahan.
Hubungan antara GA dan ABA ini sangat menarik. GA dapat merangsang tumbuhan hari panjang (long day) berbunga, sebaliknya ABA memberikan efek kebalikannya. Meskipun ABA dapat merangsang perbungaan hari pendek, tetapi prosesnya tidak sama dengan antesin seperti dikemukakan oleh Chailakhyan. Dalam banyak hal kedua hormon ini memberikan pengaruh yang berbeda dan berlawanan, tetapi tidak selamanya selalu mengantagoniskan satu sama lain.

2.4              Cara mengatasi Dormansi
Ada beberapa cara yang telah diketahui untuk mengatasi dormansi adalah sebagai berikut :
1.      Dengan Perlakuan Mekanis
Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi dan tekanan. Skarifikasi mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan kertas amplas, melubangi kulit biji dengan pisau, memecah kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas.
Biji-biji dari sweet clover (Melilotus alba) dan alfafa (Medicago sativa) setelah diberi perlakuan dengan tekanan hidraulik 2000 atm pada 180C selama 5-20 menit ternyata perkecambahannya meningkat sebesar 50-200%. Efek tekanan terlihat setelah benih-benih tersebut dikeringkan dan disimpan, tidak diragukan lagi perbaikan perkecambahan terjadi disebabkan oleh perubahan permeabilitas kulit biji terhadap air
2.      Dengan Perlakuan Kimia
Tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
·         Sebagai contoh perendaman benih ubi jalar dalam asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum tanam.
·         Perendaman benih padi dalam HNO3 pekat selama 30 menit.
·         Pemberian Gibberelin pada benih terong dengan dosis 100 - 200 PPM.
Bahan kimia lain yang sering digunakan adalah potassium hidroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat dan Thiourea. Selain itu dapat juga digunakan hormon tumbuh antara lain: Cytokinin, Gibberelin dan iuxil (IAA).
3.      Perlakuan Perendaman Dengan Air
Perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih. Caranya yaitu : dengan memasukkan benih ke dalam air panas pada suhu 60 - 70˚C dan dibiarkan sampai air menjadi dingin, selama beberapa waktu. Untuk benih apel, direndam dalam air yang sedang mendidih, dibiarkan selama 2 menit lalu diangkat keluar untuk dikecambahkan.
4.      Perlakuan Dengan Suhu
Cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembab (Stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan. Kebutuhan stratifikasi berbeda untuk setiap jenis tanaman, bahkan antar varietas dalam satu famili.
5.      Perlakuan Dengan Cahaya
Cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.








      Di bawah ini adalah tabel tipe-tipe dari dormansi beserta metode pematahan dormansi:
Tipe dormansi
Karakteristik
Contoh spesies
Metode pematahan dormansi
Alami
Buatan
Immature embryo
Benih secara fisiologis belum mampu berkecambah, karena embryo belum masak walaupun biji sudah masak
Fraxinus excelcior, Ginkgo biloba, Gnetum gnemon
Pematangan secara alami setelah biji disebarkan
Melanjutkan proses fisiologis pemasakan embryo setelah biji mencapai masa lewat-masak (after-ripening)
Dormansi mekanis
Perkembangan embryo secara fisis terhambat karena adanya kulit biji/buah yang keras
Pterocarpus, Terminalia spp, Melia volkensii
Dekomposisi bertahap pada struktur yang keras
Peretakan mekanis
Dormansi fisis
Imbibisi/penyerapan air terhalang oleh lapisan kulit biji/buah yang impermeabel
Beberapa Legum & Myrtaceae
Fluktuasi suhu
Skarifikasi mekanis, pemberian air panas atau bahan kimia
Dormansi chemis
Buah atau biji mengandung zat penghambat (chemical inhibitory compound) yang menghambat perkecambahan
Buah fleshy (berdaging)
Pencucian (leaching) oleh air, dekomposisi bertahap pada jaringan buah
Menghilangkan jaringan buah dan mencuci bijinya dengan air
Foto
dormansi
Biji gagal berkecambah tanpa adanya pencahayaan yang cukup. Dipengaruhi oleh mekanisme biokimia fitokrom
Sebagian besar spesies temperate, tumbuhan pioneer tropika humida seperti eucalyptus dan Spathodea
Pencahayaan
Pencahayaan
Thermo
dormansi
Perkecambahan rendah tanpa adanya perlakuan dengan suhu tertentu
Sebagian besar spesies temperate, tumbuhan pioneer daerah tropis-subtropis kering, tumbuhan pioneer tropika humida
Penempatan pada suhu rendah di musim dingin
Pembakaran
Pemberian suhu yang berfluktuasi
Stratifikasi atau pemberian perlakuan suhu rendah
Pemberian suhu tinggi
Pemberian suhu berfluktuasi





















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut:
1.      Dormansi merupakan istilah yang digunakan terhadap biji-biji yang gagal dalam berkecambahan karena disebabkan beberapa faktor dari luar. Dormansi adalah suatu proses yang terhambatnya pertumbuhan biji walaupun lebih yang diberikan faktor lingkungan yang cocok untuk pertumbuhan biji.
2.      Dormansi biji adalah kondisi biji yang masih hidup tetapi tidak aktif, berada dalam kondisi kering (kelembabannya kurang) dan tidak dapat (gagal) berkecambah selama periode waktu tertentu karena faktor internal biji. Ciri-ciri biji yang mempunyai dormansi meliputi jika kulit dikupas, embrio tumbuh, embrio mengalami dormansi yang hanya dapat dipatahkan dengan suhu rendah, embrio tidak dorman pada suhu rendah, namun proses perkecambahan biji masih membutuhkan suhu yang lebih rendah lagi, perkecambahan terjadi tanpa pemberian suhu rendah, namun semai tumbuh kerdil, akar keluar pada musim semi, namun epicotyl baru keluar pada musim semi berikutnya (setelah melampaui satu musim dingin) Biji bersifat light sensitive.
3.      Dormansi tunas selain disebabkan oleh faktor endogen mata tunas yang kompleks, juga disebabkan oleh kekurangan salah satu dari beberapa senyawa yang ditranslokasikan oleh akar ke tunas, seperti: air, garam mineral dan zat tumbuh.
4.      Adapun yang menyebabkan biji tersebut mengalami dormansi adalah faktor lingkungan, asam absisat, dan interaksi ABA dengan zat tumbuh lainnya.
6.      Cara mengatasi dormansi adalah meliputi dengan perlakuan mekanis, perlakuan kimia, perendaman oleh air, perlakuan oleh suhu, dan cahaya,



3.2  Saran
            Sebagai seorang mahasiswa biologi, sudah selayaknya kita memiliki pemahaman yang baik mengenai dormansi, untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang sangat bermafaat bagi pembaca yaitu pembaca hendaklah menyaring ilmu yang bermanfaat dari penulisan makalah ini terlebih lagi sumber yang terkait bisa banyak ditemukan pada buku-buku,  jurnal maupun internet.


















DAFTAR PUSTAKA
Dwidjoseputro. 1985. Pengantar Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Loveless, A. R. 1987. Prinsip-Prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Salisbury, dkk., 1995. Fisiologi Tumbuhan jilid 3, Bandung: ITB.
Sutopo, Lita., (1993) Teknologi Benih, Jakarta Utara: Fakultas Pertanian UNBRAW

Tidak ada komentar:

Posting Komentar