BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Klasifikasi dan Deskripsi
Makhluk hidup yang menjadi
obyek studi taksonomi tumbuhan adalah
tumbuhan yang mencakup tumbuhan yang hidup dimasa lalu dan sekarang yang tentu
banyak sekali jumlah, macam dan ragamnya. Obyek studi yang besar jumlah dan
keanekaragamannya itu lalu dipilah-pilah, dikelompok- kelompokkan menjadi
kelas-kelas atau golongan atau unit-unit tertentu. Unit-unit ini disebut dengan
takson, dan pembentukan takson disebut dengan klasifikasi (Tjirosoepomo.
2013:5).
Klasifikasi berasal dari bahasa latin,
yaitu classis yang artinya pengelompokkan benda yang sama serta memisahkan benda
yang tidak sama. Klasifikasi adalah penempatan takson/sekelompok tumbuhan dalam
tingkatan tertentu berdasarkan sistem penamaan. Klasifikasi merupakan suatu
cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi
menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan makhluk hidup yang
memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok makhluk hidup tersebut
dipasang-pasangkan dengan kelompok makhluk hidup lainnya yang memiliki
persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray
yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne
(1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa
sekarng dengan Carolus Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan
sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu
organisme baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah.
Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa
Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk
pendidikan resmi. Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan
perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi
alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam
satu golongan.
Sedangkan
deskripsi merupakan teknik penggambaran sifat-sifat jasad makhluk dalam kalimat
(tulisan). Deskripsi adalah penjabaran karakter-karakter atau ciri-ciri suatu
spesies. Biasanya digunakan untuk membedakan antara suatu spesies dengan
spesies lainnya.Tujuan utama penyusunan deskripsi adalah untuk membantu
pengenalan terhadap suatu sampel atau takson.
Berdasarkan
fungsinya inilah deskripsi dibagi menjadi dua, yaitu deskripsi analitik dan
deskripsi diagnostik. Deskripsi analitik juga dapat disebut deskripsi umum
dikarenakan deskripsi ini berisi semua sifat atau karakter alamiah dari suatu
sampel atau takson. Fungsi deskripsi analitik adalah menggambarkan dengan
kata-kata serinci dan sejelas mungkin suatu organisme atau sampel yang kita
maksudkan, atau yang sedang kita amati. Deskripsi diagnostik berisi
karakter-karakter yang penting saja. Fungsi deskripsi diagnostik adalah
menyampaikan tanda atau karakter taksonomi yang dimiliki suatu organisme atau
suatu takson, karena itu dalam deskripsi ini hanya tercantum karakter
taksonominya. Bila dalam deskripsi diagnostik jelas disebut nama jenis lain
sebagai pembanding, maka deskripsinya disebut diagnostik diferensial. Fungsi
deskripsi diagnostik diferensial adalah menunjukkan karakter pembeda dengan
takson tertentu lainnya.
2.2.
Pengertian Dan Konsep Sistem Alami, Sistem Buatan Serta Sistem
Filogenetik
Seiring dengan perkembangan zaman, sistem
klasifikasi makhluk hidup dilakukan dengan alasan-alasan tertentu yang dimulai
dan dirintis oleh ilmuwan terdahulu dan terus berkembang sampai sekarang. Hal
ini dikarenakan adanya penemuan-penemuan baru yang sesuai dengan perkembangan
peradaban manusia. Ada beberapa alasan yang digunakan para ahli sebagai dasar
sistem klasifikasi. Untuk itulah sistem klasifikasi dapat digolongkan menjadi
tiga golongan/kelompok, yaitu sistem alami, sistem buatan, dan sistem
filogenik. Perbedaan sistem klasifikasi itu terletak pada tujuannya dan hal ini
berhubungan erat dengan dasar yang digunakan dalam pengklasifikasiannya.
A.
Klasifikasi
sistem alami
Klasifikasi sistem alam adalah suatu
sistem klasifikasi yang mencita-citakan terbentuknya takson-takson yang
bersifat natural (alami), artinya kelompok yang terbentuk adalah kelompok yang
sesuai dengan yang dikehendaki alam. Klasifikasi sistem alami menggunakan dasar
persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk luar tubuh) secara alami atau wajar.
Dasar klasifikasi yang digunakan adalah banyak sedikitnya persamaan, terutama
persamaan ciri morfologi alami. Contohnya pengelompokkan tumbuhan monokotil dan
dikotil.
Secara harfiah istilah sistem alam untuk
aliran baru dalam klasifikasi ini sebenarnya tidak begitu tepat, mengingat
sistem yang manapun menerapkan dasar yang mana pun, tetap merupakan ciptaan orang
sehingga pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Selain
itu, maksud sistem ini adalah untuk memenuhi keinginan manusia akan adanya
penataan yang tept yang lebih baik dari sistem sebelumnya ( Tjirosoepomo. 2013:
24-25)
Periode klasifikasi sistem alam adalah
akhir abad 18 sampai pertengahan abad 19. Tokoh taksonomi yang menggunakan
klasifikasi sistem alam adalah Adanson (1727-1806), Lamarck (1744-1829) dan
Cuvier (1769-1822)
B.
Sistem
artifisial
Semua sistem klasifikasi yang diciptakan
manusia sejak zaman Aristoteles dan Theophrastes (abad ke4 SM) sampai abad ke
18 dapat disebut sistem artifisial yang menggunakan struktur morfologi atau
manfaat sebagai dasar pengklasifikasiannya. Sistem Artifisial adalah
klasifikasi yang menggunakan satu atau dua ciri pada makhluk hidup. Sistem ini
disusun dengan menggunakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sesuai dengan
kehendak manusia, atau sifat lainnya. Misalnya klasifikasi tumbuhan dapat
menggunakan dasar habitat (tempat hidup), habitus atau berdasarkan perawakan
(berupa pohon, perdu, semak, ternak dan memanjat).
Sistem
klasifikasi tumbuhan yang juga dianggap artifisial adalah sistem numerik
(berdasarkan ciri alat kelamin tumbuhan) yang diciptakan oleh Carolus linnaeus
(1707-1778). Carolus Linnaeus adalah
seorang naturalis berkebangsaan Swedia yang karena karya-karyanya dalam bidang
ekonomi, antara lain Systema Naturae
(1975), dikenal sebagai bapak taksonomi.
C.
Klasifikasi
sistem filogenetik
Sistem filogenetik adalah sistem yang
muncul setelah lahirnya teori evolusi. Sistem klasifikasi dalam periode ini
berupaya untuk mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan
urutan-urutan golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan dengan
demikian juga menunjukkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara golongan
yang satu dengan yang lain. Jadi dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan
adalah filogeni.
Periode sistem filogenetik adalah pada
pertengahan abad 19 sampai sekarang. Sistem ini berkembang karena adanya teori
evolusi yang diajukan lamark dalam bukunya Philosophie Zoologique pada tahun
1809 dan disusul oleh karya Charles Darwin (On the origin of the species by
means of natural selection) pada tahun 1859. Sampai sekarang sistem filogenetik
masih terus berkembang, bahkan kekerabatan makhluk hidup dilihat berdasarkan
komposisi biokimia didalam tubuhnya, seperti protein dan asam amino. Sistem ini
dikenal dengan istilah kemotaksonomi.
Jadi pada dasarnya, klasifikasi sistem
filogenetik disusun berdasarkan persamaan fenotip yang mengacu pada sifat-sifat
bentuk luar, faal, tingkah laku yang dapat diamati, dan pewarisan keturunan
yang mengacu pada hubungan evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga
cabang-cabang keturunannya.
Contohnya pada jagung, Wilkes dan Goodman (1995)
memberikan 4 teori mengenai jagung :
1.
Teosinte
(jagung liar) yang berevolusi menjadi jagung modern secara langsung melalui
fiksasi genetik dan persilangan
2.
Persamaan
nenek moyang antara jagung modern dan teosinte, yang keduanya mengalami proses
evolusi yang terpisah
3.
Unsur
genetik teosinte mengalami kemajuan dan menjadi jagung modern
4.
Jagung
berasal dari persilangan teosinte dengan rumput liar.
Dari keempat teori itu, yang paling
mendekati kebenaran adalah bahwa teosinte bertransformasi menjadi jadung dengan
campur tangan manusia dan kemudian terjadi persilangan antara jagung dengan
tripsacum. Sehingg menjadi jagung modern. Hal ini dikuatkan oleh penelitian De
Wet dan Harlan (1974,1978), Galliant (1988), serta Leblanc (1995). Berdasarkan
penelitian filogenetik, teosinte merupakan nenek moyang jagung karena teosinte
memiliki 10 pasang kromosom yang sama dengan jagung dan dapat menghasilkan
turunan yang fertil jika disilangkan.
2.3. Pengertian Dan Konsep Urutan
Pendeskripsian
Urutan
pendekripsian adalah
Aturan baku penyusunan deskripsi :
1.
Dari
sifat jasad secara umum ke khusus
2.
Dari
organ ke bagian organ
3.
dari
bagian pangkal ke ujung
4.
dari
bagian luar kedalam
5.
menggunakan
istilah botani
6.
mencantumkan
ilustrasi jasad (gambar)
7.
mencantumkan
wilayah distribusi geografi
8.
mencantumkan
nama ilmiah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar