Jumat, 21 Oktober 2016

KLASIFIKASI DAN DESKRIPSI



BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Klasifikasi dan Deskripsi
            Makhluk hidup yang menjadi obyek studi taksonomi  tumbuhan adalah tumbuhan yang mencakup tumbuhan yang hidup dimasa lalu dan sekarang yang tentu banyak sekali jumlah, macam dan ragamnya. Obyek studi yang besar jumlah dan keanekaragamannya itu lalu dipilah-pilah, dikelompok- kelompokkan menjadi kelas-kelas atau golongan atau unit-unit tertentu. Unit-unit ini disebut dengan takson, dan pembentukan takson disebut dengan klasifikasi (Tjirosoepomo. 2013:5).
Klasifikasi berasal dari bahasa latin, yaitu classis yang artinya pengelompokkan benda yang sama serta memisahkan benda yang tidak sama. Klasifikasi adalah penempatan takson/sekelompok tumbuhan dalam tingkatan tertentu berdasarkan sistem penamaan. Klasifikasi merupakan suatu cara pengelompokan yang didasarkan pada ciri-ciri tertentu. Semua ahli biologi menggunakan suatu sistem klasifikasi untuk mengelompokkan makhluk hidup yang memiliki persamaan struktur. Kemudian setiap kelompok makhluk hidup tersebut dipasang-pasangkan dengan kelompok makhluk hidup lainnya yang memiliki persamaan dalam kategori lain. Hal itu pertama kali diusulkan oleh John Ray yang berasal dari Inggris. Namun ide itu disempurnakan oleh Carl Von Linne (1707-1778), seorang ahli botani berkebangsaan Swedia yang dikenal pada masa sekarng dengan Carolus Linnaeus.
Sistem klasifikasi Linnaeus tetap digunakan sampai sekarang karena sifatnya yang sederhana dan fleksibel sehingga suatu organisme baru tetap dapat dimasukkan dalam sistem klasifikasi dengan mudah. Nama-nama yang digunakan dalam sistem klasifikasi Linnaeus ditulis dalam bahasa Latin karena pada zaman Linnaeus bahasa Latin adalah bahasa yang dipakai untuk pendidikan resmi. Klasifikasi makhluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri yang dimiliki makhluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memliliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan.
            Sedangkan deskripsi merupakan teknik penggambaran sifat-sifat jasad makhluk dalam kalimat (tulisan). Deskripsi adalah penjabaran karakter-karakter atau ciri-ciri suatu spesies. Biasanya digunakan untuk membedakan antara suatu spesies dengan spesies lainnya.Tujuan utama penyusunan deskripsi adalah untuk membantu pengenalan terhadap suatu sampel atau takson.
Berdasarkan fungsinya inilah deskripsi dibagi menjadi dua, yaitu deskripsi analitik dan deskripsi diagnostik. Deskripsi analitik juga dapat disebut deskripsi umum dikarenakan deskripsi ini berisi semua sifat atau karakter alamiah dari suatu sampel atau takson. Fungsi deskripsi analitik adalah menggambarkan dengan kata-kata serinci dan sejelas mungkin suatu organisme atau sampel yang kita maksudkan, atau yang sedang kita amati. Deskripsi diagnostik berisi karakter-karakter yang penting saja. Fungsi deskripsi diagnostik adalah menyampaikan tanda atau karakter taksonomi yang dimiliki suatu organisme atau suatu takson, karena itu dalam deskripsi ini hanya tercantum karakter taksonominya. Bila dalam deskripsi diagnostik jelas disebut nama jenis lain sebagai pembanding, maka deskripsinya disebut diagnostik diferensial. Fungsi deskripsi diagnostik diferensial adalah menunjukkan karakter pembeda dengan takson tertentu lainnya.

2.2.  Pengertian Dan Konsep Sistem Alami, Sistem Buatan Serta Sistem Filogenetik
Seiring dengan perkembangan zaman, sistem klasifikasi makhluk hidup dilakukan dengan alasan-alasan tertentu yang dimulai dan dirintis oleh ilmuwan terdahulu dan terus berkembang sampai sekarang. Hal ini dikarenakan adanya penemuan-penemuan baru yang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia. Ada beberapa alasan yang digunakan para ahli sebagai dasar sistem klasifikasi. Untuk itulah sistem klasifikasi dapat digolongkan menjadi tiga golongan/kelompok, yaitu sistem alami, sistem buatan, dan sistem filogenik. Perbedaan sistem klasifikasi itu terletak pada tujuannya dan hal ini berhubungan erat dengan dasar yang digunakan dalam pengklasifikasiannya.

A.    Klasifikasi sistem alami
Klasifikasi sistem alam adalah suatu sistem klasifikasi yang mencita-citakan terbentuknya takson-takson yang bersifat natural (alami), artinya kelompok yang terbentuk adalah kelompok yang sesuai dengan yang dikehendaki alam. Klasifikasi sistem alami menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk luar tubuh) secara alami atau wajar. Dasar klasifikasi yang digunakan adalah banyak sedikitnya persamaan, terutama persamaan ciri morfologi alami. Contohnya pengelompokkan tumbuhan monokotil dan dikotil.
Secara harfiah istilah sistem alam untuk aliran baru dalam klasifikasi ini sebenarnya tidak begitu tepat, mengingat sistem yang manapun menerapkan dasar yang mana pun, tetap merupakan ciptaan orang sehingga pada hakekatnya semua sistem klasifikasi adalah sistem buatan. Selain itu, maksud sistem ini adalah untuk memenuhi keinginan manusia akan adanya penataan yang tept yang lebih baik dari sistem sebelumnya ( Tjirosoepomo. 2013: 24-25)
Periode klasifikasi sistem alam adalah akhir abad 18 sampai pertengahan abad 19. Tokoh taksonomi yang menggunakan klasifikasi sistem alam adalah Adanson (1727-1806), Lamarck (1744-1829) dan Cuvier (1769-1822)

B.     Sistem artifisial
Semua sistem klasifikasi yang diciptakan manusia sejak zaman Aristoteles dan Theophrastes (abad ke4 SM) sampai abad ke 18 dapat disebut sistem artifisial yang menggunakan struktur morfologi atau manfaat sebagai dasar pengklasifikasiannya. Sistem Artifisial adalah klasifikasi yang menggunakan satu atau dua ciri pada makhluk hidup. Sistem ini disusun dengan menggunakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak manusia, atau sifat lainnya. Misalnya klasifikasi tumbuhan dapat menggunakan dasar habitat (tempat hidup), habitus atau berdasarkan perawakan (berupa pohon, perdu, semak, ternak dan memanjat).
 Sistem klasifikasi tumbuhan yang juga dianggap artifisial adalah sistem numerik (berdasarkan ciri alat kelamin tumbuhan) yang diciptakan oleh Carolus linnaeus (1707-1778).  Carolus Linnaeus adalah seorang naturalis berkebangsaan Swedia yang karena karya-karyanya dalam bidang ekonomi, antara lain Systema Naturae (1975), dikenal sebagai bapak taksonomi.

C.     Klasifikasi sistem filogenetik
Sistem filogenetik adalah sistem yang muncul setelah lahirnya teori evolusi. Sistem klasifikasi dalam periode ini berupaya untuk mengadakan penggolongan tumbuhan yang sekaligus mencerminkan urutan-urutan golongan itu dalam sejarah perkembangan filogenetiknya dan dengan demikian juga menunjukkan jauh dekatnya hubungan kekerabatan antara golongan yang satu dengan yang lain. Jadi dalam klasifikasi ini dasar yang digunakan adalah filogeni.
Periode sistem filogenetik adalah pada pertengahan abad 19 sampai sekarang. Sistem ini berkembang karena adanya teori evolusi yang diajukan lamark dalam bukunya Philosophie Zoologique pada tahun 1809 dan disusul oleh karya Charles Darwin (On the origin of the species by means of natural selection) pada tahun 1859. Sampai sekarang sistem filogenetik masih terus berkembang, bahkan kekerabatan makhluk hidup dilihat berdasarkan komposisi biokimia didalam tubuhnya, seperti protein dan asam amino. Sistem ini dikenal dengan istilah kemotaksonomi.
Jadi pada dasarnya, klasifikasi sistem filogenetik disusun berdasarkan persamaan fenotip yang mengacu pada sifat-sifat bentuk luar, faal, tingkah laku yang dapat diamati, dan pewarisan keturunan yang mengacu pada hubungan evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga cabang-cabang keturunannya.
Contohnya pada jagung, Wilkes dan Goodman (1995) memberikan 4 teori mengenai jagung :
1.      Teosinte (jagung liar) yang berevolusi menjadi jagung modern secara langsung melalui fiksasi genetik dan persilangan
2.      Persamaan nenek moyang antara jagung modern dan teosinte, yang keduanya mengalami proses evolusi yang terpisah
3.      Unsur genetik teosinte mengalami kemajuan dan menjadi jagung modern
4.      Jagung berasal dari persilangan teosinte dengan rumput liar.
Dari keempat teori itu, yang paling mendekati kebenaran adalah bahwa teosinte bertransformasi menjadi jadung dengan campur tangan manusia dan kemudian terjadi persilangan antara jagung dengan tripsacum. Sehingg menjadi jagung modern. Hal ini dikuatkan oleh penelitian De Wet dan Harlan (1974,1978), Galliant (1988), serta Leblanc (1995). Berdasarkan penelitian filogenetik, teosinte merupakan nenek moyang jagung karena teosinte memiliki 10 pasang kromosom yang sama dengan jagung dan dapat menghasilkan turunan yang fertil jika disilangkan.
           
2.3. Pengertian Dan Konsep Urutan Pendeskripsian
            Urutan pendekripsian adalah
Aturan baku penyusunan deskripsi :
1.      Dari sifat jasad secara umum ke khusus
2.      Dari organ ke bagian organ
3.      dari bagian pangkal ke ujung
4.      dari bagian luar kedalam
5.      menggunakan istilah botani
6.      mencantumkan ilustrasi jasad (gambar)
7.      mencantumkan wilayah distribusi geografi
8.      mencantumkan nama ilmiah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar