BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Dalam
mekanisme pemeliharaan lingkungan internal sirkulasi darah digunakan sebagai
sistem transport oksigen, karbon dioksida, makanan, dan hormon serta
obat-obatan ke seluruh jaringan sesuai dengan kebutuhan metabolisme tiap-tiap
sel dalam tubuh. Dalam hal ini, faktor perubahan volume cairan tubuh dan hormon
dapat berpengaruh pada sistem kardiovaskule baik secara langsung maupun tidak
langsung.
Setiap organisme
memerlukan makanan dan oksigen untuk melangsungkan metabolisme. Proses
metabolisme, selain menghasilkan zat-zat yang berguna juga menghasilkan sampah
(zat sisa) yang harus dikeluarkan dari tubuh. Bahan-bahan yang diperlukan tubuh
seperti makanan,oksigen, hasil metabolisme dan sisanya diangkut dan diedarkan
didalama tubuh melalui sistem peredaran darah. Hasil pencernaan makanan dan
oksigen diangkut dan diedarkan oleh darah keseluruh jaringan tubuh, sementara
sisa-sisa metabolisme diangkut oleh darah dari seluruh jaringan tubuh menuju
organ-organ pembuangan.
Selain itu,
untuk
melawan benda asing, tubuh memiliki sistem pertahanan yang saling
mendukung.Epidermis yang berfungsi sebagai pertahanan fisik, dibantu oleh
airmata, sebum, ludah, dan getah lambung yang mengandung unsure pertahanan
kimiawi.
Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam rseistensi terhadap bahan atau zat yang masuk kedalam tubuh. Jika bakteri pathogen berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh melawan serangan dengan reaksi radang(inflamasi) atau reaksi imun yang spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap banda asing yang masuk kedalam tubuh disebut respon imun. Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulakn oleh berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup.
Sistem pertahanan tubuh merupakan gabungan sel, molekul, dan jaringan yang berperan dalam rseistensi terhadap bahan atau zat yang masuk kedalam tubuh. Jika bakteri pathogen berhasil menembus garis pertahanan pertama, tubuh melawan serangan dengan reaksi radang(inflamasi) atau reaksi imun yang spesifik. Reaksi yang dikoordinasikan sel-sel dan molekul-molekul terhadap banda asing yang masuk kedalam tubuh disebut respon imun. Sistem imun ini sangat diperlukan tubuh untuk mempertahankan keutuhannya terhadap bahaya yang dapat ditimbulakn oleh berbagai bahan atau zat dari lingkungan hidup.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan
dengan latar belakang seperti yang diuraikan sebelumnya,
maka penulis merumuskan permasalahan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
maka penulis merumuskan permasalahan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1. Apa defenisi
dari sistem sirkulasi darah dan fungsinya?
2. Bagaimana
sistem sirkulasi darah pada hewan tingkat rendah (Inverebrata)?
3. Bagaimana
sistem sirkulasi darah pada hewan tingkat tinggi (vertebrata)?
4. Apakah yang dimaksud dengan sistem
kekebalan tubuh?
5. Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh
pada manusia?
6. Apa saja gangguan yang dapat terjadi
pada sistem kekebalan tubuh manusia?
7. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem
kekebalan tubuh manusia?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah :
1. untuk
mengetahui sistem sirkulasi darah dan fungsinya?
2. untuk
mengetahui sistem sirkulasi darah pada hewan tingkat rendah (Inverebrata)
3. untuk
mengetahui sistem sirkulasi darah pada hewan tingkat tinggi (vertebrata)
4. untuk
mengetahui
pengertian sistem kekebalan tubuh
5. untuk
mengetahui
jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia
6. untuk
mengetahui gangguan
yang dapat terjadi pada sistem kekebalan tubuh manusia
7. untuk mengetahui apa saja yang dapat dilakukan untuk
mempertahankan sistem kekebalan tubuh manusia
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sistem
Peredaran Darah (Sirkulasi)
1. Pengertian dari Sistem sirkulasi dan
fungsinya
Setiap organisme melakukan metabolisme, baik organisme
uniseluler maupun multiseluler. Metabolisme berlangsung didalam setiap sel
makluk hidup dan untuk itu diperlukan bahan-bahan untuk berlangsungnya proses
metabolisme dengan lancar. Sel-sel mendapat suplai makanan atau
bahan- bahan dari luar tubuh dan dihantarkan ke setiap sel melalui system
sirkulasi. Secara garis besar, sistem sirkulasi memiki tiga fungsi sebagai
berikut:
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan
tubuh akan sari makanan dan oksigen, serta pembuangan zat sisa
metabolisme dari tubuh dengan segera.
2. Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh
3. Menyebarkan tekanan atau kekuatan
Sistem sirkulasi pada hewan bervariasi tergantung pada
tingkat perkembangan tubuh hewan. Protozoa
Bersilia yang hidup sesil mampu menyelenggarakan sirkulasi cairan tubuh
menggunakan khoanosit, sedangkan Coelentrata dengan cara mengalirkan air
melalui saluran khusus pada sistem gastrovaskular yang bersilia. Pada molusca
sangat tergantung pada arah gerakan silia yang dapat mengalirkan air (yang
mengandung makanan) melalui rongga mantel. Di rongga mantel, partikel makanan
dikumpulkan dan ditelan. Sistem ini juga berfungsi untuk menyediakan oksigen
bagi insang. Hal 3 tersebut menunjukkan bahwa sistem sirkulasi berfungsi untuk
mengangkut gas dan makanan.
2. Komponen
Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi tersusun atas tiga
komponen utama yaitu :
a. Jantung: sebagai pompa penggerak
cairan tubuh di sepanjang pembuluh.
1). Jantung Tubuler : Terdapat pada hewan invertebrata, bentuk sederhana tidak
ada klep, dan bekerja secara kontraksi peristaltik.
2). Jantung
Berongga: Terdapat pada hewan vertebrata, mernya memompa jantung, merupakan
organ berotot, gerak, dan kontraksinya secara periodik.
b.
Pembuluh : saluran yang akan dilewati oleh
cairan yang beredar ke seluruh tubuh
1). Pembuluh
Darah terdiri atas Arteri, Vena dan Kapiler.
Arteri dan Vena tersusun atas tiga
lapisan jaringan melingkar dan membentuk saluran/lumen di bagian tengahnya.
Nama lapisannya yaitu tunika intima (Endotelium), tunika media, dan tunika
adventitia , sedangkan kapiler hanya tersusun atas tunika intima saja.
2). Pembuluh Limfe
a) Kondisi Pembuluh Limfe Pada
Berbagai Hewan. Pada hewan vertebrata tingkat tinggi mempunyai saluran
buntu dengan ujung 5 terbuka yang berfungsi mengangkut kelebihan
cairan di ekstrasel ke sirkulasi darah;
b)
Pada hewan invertebrata tidak ditemukan adanya pembuluh limfe kecuali pada
teleoste;
c) Pada hewan tingkat rendah ditemukan
berbagai bentuk peralihan yang menunjukan adanya perkembangan system pembuluh
limfe.
c. Cairan Tubuh
Pada hewan multiseluler ada dua cairan tubuh yaitu cairan
intrasel dan cairan ekstrasel. Kira-kira 70% dari seluruh bagian tubuh hewan
berupa air, sekitar 45% diantaranya terdapat didalam sel (intra sel).
Pada cairan ekstrasel dapat ditemukan di berbagai tempat dengan sebutan yang
berbeda yaitu cairan jaringan, darah, limfe, dan homolimfe. Cairan
jaringan mengandung sedikit protein, sejumlah garam dan bahan nutritive serta
zat sisa. Cairan jaringan berfungsi sebagai fagostik dan mampu bergerak
melalui ruang antar jaringan.
Pada hewan yang
memiliki system sirkulasi tertutup darah dan jaringan cairan merupakan
dua macam cairan yang terpisah dengan jelas. Darah tersusun atas cairan plasma
dan sel darah. Sementara cairan jaringan cairan (cairan intersititiel) yang
dibentuk dengan menyaring plasma yang akan kemudian berdifusi melalui dinding
kapiler menuju ruang antar sel, menurut gradien tekanan hidrostatik. Filtrat
tersebut bukan koloid karna hanya mengandung
protein 0,85% (sebagai pembanding darah mannusia mengandung 7% protein),
filtarat/cairan yang keluar tersebut akan dikembalikan lagi ke system sirkulasi
melaui system pembuluh khusus yaitu limfe.
Pada vertebrata tingkat tinggi ,pembuluh limfe
dimulai sebagai saluran buntu dengan ujung terbuka. Pembuluh limfe berfungsi
mengangkut kelebihan cairan yang tertimbun dilingkungan ekstra sel dan
mengembalikan ke sirkulasi darah. Pada ikan (selain telostei) dan invertebrate
tidak ditemukan adanya pembuluh limfe.Pada berbaguia hewan yang memiliki
tingkat perkembangan yang lebih rendah dapat ditemukan berbagai bentuk
peralihan (intermediet) yang menunjukkan adanya perkembangan sistem pembuluh
limfe. Cairan dalam pembuluh limfe sebenarnya berasal dari cairan
jaringan yang masuk kedalam pembuluh dengan cara difusi melalui dinding
pembuluh atau mengalir langsung ke dalam pembuluh melalui lubang yang terbuka
pada ujungnya. Pada saat tertentu, cairan limfe akan menjadi cairan jaringan dan
sebaliknya. Cairan hemolimfe merupakan pembatasan antara cairan darah dan
caiaran limfe (cairan jaringan) karena cairan yang mengalir dalam pembuluh dan
di ruang antarsel merupakan cairan yang sama.
Cairan
ekstrasel pada semua hewan mengandung sel jenis tertentu yang mengapung bebas
dan mengembara melalui ruang-ruang antar jaringan. Secara fungsional, sel
tersebut berkaitan erat dengan transfor gas dan pertahanan tubuh hewan dalam
melawan mikroorganisme serta berbagai zat asing yang masuk ke dalam
tubuh. Pada hewan tertentu, sel tersebut juga berperan penting dalam proses
pembekuan darah.
Adapun fungsi darah, sebagai berikut :
a.
Mensuplai zat-zat makanan dari saluran pencernaan ke jaringan-jaringan
b. Mensuplai oksigen dari paru-paru ke
jaringan-jaringan
c. Membawa dan membuang zat-zat yang tidak berguna dari
jaringan ke organ ekskresi
d.
Mendistribusikan sekresi kelenjar endokrin dan zat lain yang mengatur fungsi
sel
3. Susunan
Cairan Darah
a. Sel Darah : Terdiri atas Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit
b. Plasma Darah : Mengandung sekitar
90% air dan berbagai zat terlarut. Zat tersebut mencakup beberapa jenis bahan
diantaranya :
1) Protein Plasma,yaitu
Albumin,Globulin dan fibrinogen
2) Sari makanan ,yaitu Glokusa,monosakarida,asam amino dan
lipid
3) Bahan
untuk dibuan dari tubuh,anatara lain : Urea dan senyawa nitrogen
4) Berbagai ion, misalnya natrium, kalium, klor, posfor, kalsium,sulfat dan senyawa bikarbonat
· Sistem
Sirkulasi Darah pada Hewan Tingkat Rendah (Invertebrata)
Sistem sirkulasi atau sistem peredaran darah pada organisasi
tingkat rendah umunya belum memiliki sistem sirkulasi secara khusus. Contoh
hewan tingkat rendah (invertebrate), antara lain protozoa, cacing tanah, dan
serangga. Hewan ini mempunyai system sirkulasi darah yang berbeda.
a. Sistem sirkulasi darah pada protozoa
Hewan bersel satu atau protozoa tidak memiliki system
sirkulasi darah karena tubuhnya hanya terdiri atas satu sel. Sari-sari makanan
yang telah dicerna di dalam vakuola diserap oleh protoplasma di sekelilingnya.
Oksigen diserap secara difusi, dan CO2 dikeluarkan juga secara difusi. Contoh
dari protozoa adalah amoeba dan paramaecium. System sirkulasi pada
paramecium lebih sempurna daripada amoeba.
Pada
paramaecium, makanan yang berupa materi halus diserap melalui permukaan
tubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan masuk sitostoma (mulut sel).
Makanan yang berbentuk cair akan diedarkan oleh vakuola kontraktil, sedangkan
zan makanan yang berbentuk padat akan dicerna dan diedarkan oleh vacuola
makanan. Penyebaranya ke dalam endoplasma terjadi secara osmosis.
b. Sistem sirkulasi pada darah cacing tanah
Sistem sirkulasi pada cacing tanah terdiri atas lengkung
aorta, pembuluh darah punggung, dan pembuluh darah perut. Lengkung aorta
berjumlah lima dan berfungsi sebagai jantung. Darah dalam cacing beredar
di dalam pemmbuluh sehingga termasuk peredaran darah tertutup Darah yang
terdapat pada pembuluh kapiler akan mengikat oksigen. Pembuluh tersebut banyak
terdapat pada kulit. Darah yang telah mengikat oksigen ini akan mengalir ke
pembuluh punggung kemudian bergerak menuju lengkung aorta.
c. Sistem sirkulasi darah pada
serangga
Sistem transportasi pada serangga contohnya pada belalang.
Belalang mempunyai sistem peredaran terbuka karena darah tidak selalu
berada dalam pembuluh darah. Alat transportasinya berupa pembuluh yang
dapat berdenyut sehingga menyerupai jantung. Oleh karena itu, pembuluhnya
disebut jantung pembuluh. Peredaran darah pada belalang berlangsung sebagai
berikut: Darah dipompa oleh jantung pembuluh ke bagian depan tubuh melalui
aorta dorsal. Selanjutnya darah beredar ke seluruh tubuh ke ruang antar organ tanpa
melalui pembuluh darah Darah serangga tidak mengandung hemoglobin sehingga
tidak berwarna merah. Darah serangga disebut hemolimfa. Darah ini
mengadung sel darah yang tidak berwarna yang berfungsi untuk melenyapkan
organisme asing. Karena tidak mengandung Hb, darah serangga berfungsi untuk
mengangkut zat makanan, tidak untuk mengangkut oksigen ataupun gas CO2. Gas-
gas tersebut disalurkan melalui system trakea.
d. Sistem sirkulasi darah pada hewan invertebrata lainnya
Hewan invertebrate lainnya seperti porifera dan
coelenterata, belum memiliki organ tubuh. System transportasinya juga belum
ada. Oleh karena itu zat makanan dan oksigen berdifusi langsung dari lingkungan
ke sel, dan dari sel ke sel lainnya. Begitu juga sebaliknya untuk pengeluaran
zat-zat sisa. Hewan invertebrate seperti echinodermata, memilki system
sirkulasi radial yang bentuknya mengecil. Pengangkutan zat dibantu dengan
system sirkulasi air yang disebut system air ambulakral System sirkulasi pada
mollusca terdiri atas jantung dengan satu atau dua ruang jantung, aorta dan
pembuluh lainnya
§ Struktur Sistem Sirkulasi Pada Invertebrata
Sistem sirkulasi adalah sistem penyebaran oksigen pada
seluruh tubuh. Tidak semua hewan mempunyai sistem sirkulasi khusus, misalnya
pada hewan yang uniseluler. Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi
Sistem difusi yaitu isitem yang terjadi pada invertebrata rendah seperti
paramecium, amoeba maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi berupa jantung
dengan salurannya yang merupakan jalan untuk peredaran makanan. Makanan umumnya
beredar keseluruh tubuh karena adanya aliran protoplasma. Sistem peredaran
darah terbuka yaitu jika dalam peredarannya darah tidak selalu berada di dalam
pembuluh, misalnya Arthropoda dan Sistem peredaran darah tertutup jika dalam peredaran-nya
darah selalu berada di dalam pembuluh,misalnya Annelida, Mollusca, Vertebrata.
Struktur sistem sirkulasi pada hewan invertebrata adalah
sebagai berikut :
a. Protozoa
Hewan bersel satu (Protozoa) tidak memiliki sistem peredaran
darah. Gas yang dibutuhkan dan zat makanan yang akan diserap dilakukan secara
difusi, karena tubuh hanya terdiri atas satu sel sehingga seluruh aktivitas
metabolismenya dilakukan oleh sel itu sendiri.
Banyak hewan jenis ini yang mengunakan organel selnya untuk
metabolisme. Seperti paramecium menggunkan vakuola kontraktril untuk
mengedarkan zat makanan cair, dan menggunakan vakuola makanan untuk mengedarkan
zat makanan padat.
b. Porifera
Belum
memiliki sistem sirkulasi khusus, tubuhnya terdiri atas dua lapisan sel,
lapisan dalam terdiri atas sel-sel yang disebut koanosit. Koanosit
berfungsi menangkap makanan secara fagosit yang selanjutnya disebarkan
keseluruh tubuh oleh amoebosit secara
difusi dan osmosis
c. Coelenterata
Pada invertebrata yang belum
memiliki sistem peredaran khusus, misalnya Hydra, transportasinya dilakukan
oleh sistem gastrovaskuler, yakni saluran pencernaan yang berfungsi sekaligus
sebagai alat peredaran. Saluran pencernaan pada Hydra bercabang-cabang dan
bercabang-cabang lagi ke semua bagian tubuh. Percabangan ini menyebabkan
permukaan dalam saluran pencemaan semakin luas, sehingga saluran ini akan
lebih efisien dalam melakukan penyerapan zat sekaligus mengantarkan zat yang
diserapnya ke seluruh jaringan tubuh. Dengan demikian, walaupun pada hewan ini
tidak terdapat sistem peredaran khusus, zat yang diserap oleh saluran
pencernaan akan dapat mencapai seluruh jaringan tubuh.
d. Platyhelminthes
Platyhelminthes seperti planaria
sistem peredarannya dilakukan secara osmosis ke seluruh permukaan tubuh. Sel mesenkim berrfungsi membantu
distribusi makanan yang telah dicernakan. Makanan yang tidak dicerna
dikeluarkan melalui mulut, misal pada Planaria.
e. Annelida
Cacing menggunakan permukaan tubuhnya untuk bernapas. Hewan
ini memanfaatkan permukaan kulitnya untuk bernapas. Oleh karena itu, kulit
cacing tanah selalu basah untuk memudahkan terjadinya pertukaran udara. Di
bawah permukaan kulitnya yang basah tersebut, ternyata terdapat kapiler-kapiler
darah. Melalui kapiler ini, oksigen berdifusi masuk ke dalam kulit, lalu
ditangkap dan diedarkan oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon
dioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh.
·
Peredaran darah cacing tanah
merupakan sistem peredaran darah tertutup.
- Cacing tanah mempunyai lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung
Peredaran Darah Annelida
Annelida, misalnya cacing tanah
memiliki beberapa komponen sistem peredaran darah, yaitu cairan dan pembuluh
darah.
·
Cairan darah terdiri atas plasma darah yang mengandung
hemoglobin dan korpuskula. Korpuskula mengandung gas, gula, asam amino, garam,
dan molekul-molekul serta ion-ion yang berperan dalam metabolisme. Darah pada
cacing tanah berfungsi untuk mengangkut O2 dan zat makanan.
·
Pembuluh darah terdiri atas pembuluh darah dorsal atau
supraintestinal yang terletak di punggung, pembuluh darah ventral atau
subintestinal yang terletak di perut, dan pembuluh saraping. Pembuluh samping
berupa lengkung-lengkung aorta (jantung) yang berjumlah lima pasang dan
terletak pada ruas ketujuh. Lengkung-lengkung aorta menghubungkan pembuluh
darah ventral dan dorsal.
·
Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup.
Peredaran darah dimulai pada saat pembuluh darah punggung dan lima lengkung
aorta berkontraksi. Cairan darah yang berasal dari lengkung aorta menuju ke
pembuluh darah perut. Dari pembuluh darah perut, zat- zat yang diangkut oleh
cairan darah akan berdifusi ke dalam jaringan
melalui kapiler. Cairan darah yang berasal dari
jaringan, mengalir ke system pembuluh kedua menuju pembuluh darah punggung,
kemudian kembali ke lengkung aorta. Pengangkutan kotoran dari jaringan
dilakukan oleh pembuluh limfa dan dialirkan ke alat ekskresi unfuk dibuang.
Memiliki sistem peredaran darah
tertutup, yang terdiri dari pembuluh darah dorsal, pembuluh darah ventral dan
lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung, misal pada cacing
tanah (Pheretima).
Arah aliran darah :
Lengkung à pembuluh dorsal à kapiler (seluruh jaringa tubuh) à pembuluh ventral àaorta lengkung aorta (pembuluh jantung).
Oksigen diabsorbsi melalui kulit dan
dibawa pembuluh kapiler menuju ke pembuluh dorsal. Pertukaran darah terjadi
paad kapiler. Darah cacing tanah mengandung haemoglobin yang terlarut dalam
cairan darahnya
Jantung aorta pada cacing tanah, terbagi menjadi
pembuluh darah dorsal dan ventral
Bila pembuluh punggung dan jantung berdenyut, darah
mengalir menuju ke pembuluh darah perut, lalu mengalir menuju ke bagian
belakang (posterior) tubuh dan selanjutnya kembali ke jantung aorta melalui
poembuluh darah punggung. Darah yang beredar mengangkut nutrisi dan oksigen,
serta mengambil sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Cacing tanah belum memiliki alat
pernapasan khusus. Oksigen dari udara bebas berdifusi ke dalam darah cacing
melalui seluruh permukaan kulit. Dari sini oksigen diangkut oleh darah didalam
kapiler bersama-sama dengan darah yang mengangkut zat makanan dari usus menuju
ke pembuluh darah punggung. Selanjutnya darah tersebut dipompakan keseluruh
jaringan tubuh.
Berbeda
dengan darah vertebrata yang hemoglobinnya terikat dalam sel darah merah,
hemoglobin darah cacing larut dalam plasma darah.
f. Mollusca
Alat peredaran darah terdiri atas jantung pada ruang perkard
di sebeah ujung posterior-dorsal, sinus dan pembuluh darah. Darah yang berasal
dari tubuh masuk ke jantung melalui sinus.
1). Gastropoda
Darah Achatina fulica terdiri dari sel-sl darah dan
plasma yang tidak berwarna. Alat peredaran darah terdiri dari jantung dan
pembuluh darah. Jantung terdiri atas sebuah atrium dan ventrikel berotot, dan
sinus . Dari ventrikel keluar aorta yang bercabang menjadi aorta posterior yang
memasok kelanjar pencernaan dan aorta anterior ang memasok darah ke kepala dan
kaki. Darah dari kapiler arteri masuk ke kapiler vena lalu mauk ke jantung
melalui sinus. Darah dari sinus akan masuk ke dinding rongga mantel. Setelah
terjadi pertukaran gas, darah yang kaya akan oksigen masuk ke vena
pulmonalis menuju atrium.
2). Bilvavia
Sistem sirkulasi terdiri atas jantung, aorta anterior dan
aorta dorsal. Jantung terletak di bagian dorsal di dalam perikard dan
terdiri atas dua aurikel dan ventrikel. Dari ventrikel muncul dua aorta, yakni
aorta anterior yang memasok darah ke kaki, lambung dan mantel; serta aorta
posterior yang memasok darah ke rectum dan mantel.
3). Cephalopoda
Respirasi dilakukan dengan menggunakan insang yang berjumlah
sepasang di kanan kiri ruang mantel bagian ventral. Sirkulasi darah dilakukan
dengan baik. Alat-alat sirkulasi terdiri atas jantung dan sejumlah pembuluh
darah. Jantung menerima darah dari vena cava anterior dan vena cava posterior
kemudian meuju insang melalui pembuluh darah afferent ke kapiler dan terjadilah
pertukaran O2 dengan CO2. Darah yang mengandung O2
keluar dari masing-masing insang melalui pembuluh darah efferent menuju aurikel
di setiap sisi yang masing-masing bermuara pada jantung sistemik.
Alat peredaran darah siput terdiri
atas jantung dan pembuluh darah yang masih sederhana. Jantungnya terdiri atas
atrium dan ventrikel yang terletak di dalam rongga perikardial. Jika jantung
berdenyut, darah akan terpompa ke luar menuju rongga perikardial atau sinus terus
menuju ke jaringan tubuh. Di dalam jaringan, darah akan membebaskan zat makanan
dan menyerap zat-zat sisa. Selanjutnya darah akan menuju ke rongga perikardial
terus ke jantung melalui ostium.
Mollusca
Memiliki sistem peredaran darah
tertutup. Jantung pada hewan ini sudah terdapat atrium (serambi) dan ventrikel
(bilik) serta terdapat pembuluh darah vena dan arteri, misal pada keong (Pila
globosa).
g. Arthropoda
Sistem peredaran darah pada Arthropoda.
Alat peredaran darah serangga
terdiri atas jantung dan arteri. Jantung disebut jantung pembuluh. Darah dan
cairan tubuh serangga disebut hemolimfa. Arah aliran hemolimfa adalah:
hemolimfa terpompa mengalir melalui>--Bila jantung pembuluh berdenyut masuk jaringan-jaringan tubuh tanpa>--masuk rongga tubuh >--arteri dari
jaringan-jaringan tubuh akan >--melalui pembuluh-pembuluh
kapiler kembali masuk ke jantung
pembuluh melalui ostium.
Fungsi hemolimfa untuk mengedarkan
zat-zat makanan kepada sel-sel. Hemolimfa tidak mengandung hemoglobin sehingga
tidak mengikat oksigen. Dengan demikian darah Arthropoda hanya mengedarkan sari
makanan. Oksigen dan karbondioksida diedarkan melalui sistem trakea yang
memungkinkan oksigen dari lingkungan dapat mencapai jaringan.
Sistem peredaran darah pada Crustacea disebut sistem peredaran darah
terbuka (haemocoelic). Hal ini berarti bahwa darah beredar tanpa melalui
pembuluh darah, sehingga terjadi kontak langsung antara darah dan jaringan.
Sistem peredaran darah ini menyebabkan hilangnya rongga tubuh, karena darah
memenuhi celah antar jaringan dan organ tubuh yang disebut homocoel (rongga
tubuh yang dipenuhi darah). Rongga tubuhnya hanya pada rongga ekskresi dan
organ perkembangbiakan.
Letak jantung dari Crustacea biasanya terdapat di bagian
dorsal toraks atau di sepanjang badan. Darah keluar dari jantung melalui sebuah
aorta anterior, arteri abdomen posterior, beberapa arteri lateral dan sebuah
arteri ventral. Beberapa Crustacea
tidak mempunyai sistem arteri. Pada kebanyakan Malakostraca terdapat jantung tambahan (accessory heart) atau pompa
darah untuk menaikan tekanan darah.
· Sistem
Sirkulasi Darah pada Hewan Tingkat Tinggi (Vertebrata)
a. Sistem Sirkulasi pada
Pisces
Sistem cardiovascular terdiri atas :
a). Jantung
b). Arteri dan arteriolae
c). Kapiler-kapiler
d). Venulae dan venae
e). Darah
Jantung atau cor terdapat di dalam cavum pericardii. Ia terdiri atas
sinus venosus, atrium, ventriculus, dan bulbus arteriousus. Dinding sinus
venosus, atrium, dan ventriculus ialah kontraktil, tetapi dinding bulbus
arteriosus tidak. Bulbus arteriosus merupakan pangkal dari aorta ventralis
(Radiopoetro, 1996:438).
Sistem peredaran darah pada ikan terdiri dari jantung beruang dua,
yaitu sebuah bilik (ventrikel) dan sebuah seeambi (atrium). Jantung terletak di
bawah faring di dalam rongga perikardium, yaitu bagian dari rongga tubuh yang
terletak di anterior (muka). Selain itu, terdapat organ sinus venosus, yaitu
struktur penghubung berupa rongga yang menerima darah dari vena dan terbuka di
ruang depan jantung (Pratiwi, 2007:96).
Menurut Pratiwi (2007:96) darah ikan tampak pucat dan volumenya relatif sedikit jika
dibandingkan dengan vertebrata darat. Plasma darah mengandung sel darah merah
yang berinti dan sel darah putih dan lien (limpa) sebagai bagian dari sistem
peredaran, terdapat di dekat lambung dan dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh
limpa.
Proses sirkulasi pada pisces
Pada proses peredaran darah, darah dari seluruh tubuh mengandung CO2
kembali ke jantung melalui vena dari berkumpul di sinus venosus, kemudian masuk
ke serambi. Selanjutnya, darah dari serambi masuk ke bilik dan dipompa menuju
insang melewati konus arterious, aorta ventralis, dan empat pasang arteri
aferen brakialis. Pada arteri aferen brakialis, oksigen diikat oleh darah,
selanjutnya menuju arteri aferen brakialis dan melalui aorta dorsalis darah
diedarkan ke seluruh tubuh. Di jaringan tubuh darah mengikat CO2. Dengan adanya
sistem vena, darah dikembalikan dari bagian kepala dan badan menuju jantung. Beberapa
vena yang penting misalnya vena cardinalis anterior, dan vena cardinalis
posterior (membawa darah dari tubuh melewati hati) dan vena porta renalis
(membawa darah dari tubuh melewati ginjal). Peredaran darah pada ikan disebut
peredaran darah tunggal karena darah hanya satu kali melewati jantung (Pratiwi,
2007:96).
Perhatikan bahwa pada ikan, darah harus mengalir melalui dua hamparan
kapiler selama masing-masing sirkuit (perputaran), satu dalam insang dan yang
kedua, yang disebut kapiler sistemik, dalam organ selain insang. Ketika darah
mengalir melalui hamparan kapiler, tekanan darah, tekanan hidrostatik yang
mendorong darah mengalir melalui pembuluhm menurun tajam. Dengan demikian darah
yang kaya oksigen dari insang mengalir ke organ-organ lain dengan sangat
lambat pada ikan, tetapi proses tersebut dibantu oleh pergerakan tubuh selama
berenang (Campbell, 2000:45).
b. Sistem sirkulasi pada Amphibi
Sistem
peredaran darah katak terdiri dari jantung beruang tiga, arteri, vena,
sinus, venosus, kelenjar limfa, dan cairan limfa. Darah katak tersusun dari
plasma darah yang terang (cerah) dan berisi sel-sel darah (korpuskula) yakni
sel-sel daran merah, sel-sel darah putih, dan keping sel darah
Menurut
Radiopoetro (1996:485) Pengangkutan gas-gas pernapasan dan material-aterial lainnya
dilaksanakan oleh sistem kardiovaskuler yang terdiri atas:
1.
Jantung
2.
Arteri
3.
Kapiler
4.
Vese
5.
Pembuluh-pembuluh
limpa
6.
Cairan
darah dan limpa
Menurut
Radiopoetro (1996:485) Jantung merupakan bangunan musculer yang terbagi menjadi lima
rongga. Ia terdapat di dalam suatu kantong yang berdinding rangkap. Dinding
yang sebelah dalam melekat pada cor, disebut epicardium dan dinding yang paling
luar disebut pericardium, di antara dinding itu terdapat rongga, cavum
pericardii yang berisi cairan sedikit.
Jantung
katak terdiri dari:
- Sebuah bilik yang berdinding tebal dan letaknya di sebelah posterior
- Dua buah serambi yakni serambi kanan (atrium dekster) dan serambi kiri (atrium sinister)
- Sinus venosus yang berbentuk segitiga dan terletak di sebelah dorsal dari jantung
- Trunkus arteriousus berupa pembuluh bulat yang keluar dari bagian dasar anterior bilik
Untuk mencegah berbaliknya aliran darah, di antara serambi dan bilik
terdapat katup (valve) sedangkan antara serambi kanan dan kiri terdapat
sekat (septum). Didalam trunkus arteriosus terdapat katup spiralis.
Proses sirkulasi pada Amphibi
Menurut
Campbell (2000:45) Ventrikel akan memompakan darah ke dalam sebuah arteri
bercabang yang mengarahkan darah melalui dua sirkuit: sirkuit pulmokutaneus
dan sirkuit sistemik. Sirkuit pulmokutaneus mengarah ke jarigan
pertukaran gas (dalam paru-paru dan kulit pada katak), dimana darah akan
mengambil oksigen sembari mengalir melalui kapiler. Darah yang kaya oksigen kembali
ke atrium kiri jantung, dan kemudian sebagian besar di antaranya dipompakan ke
dalam sirkuit sistemik.
Sirkuit
sistemik membawa darah yang kaya
oksigen ke seluruh organ tubuh dan kemudian mengembalikan darah yang miskin
oksigen ke atrium kanan melalui vena. Skema ini, yang disebut sirkulasi
ganda, menjamin aliran darah yang kuat ke otak, otot, dan organ-organ
lain karena darah itu dipompa untuk kedua kalinya setelah kehilangan tekanannya
dalam hamparan kapiler pada paru-paru dan kulit. Keadaan ini sangat berbeda
dari sirkulasi tunggal dalam ikan, dimana darah mengalir secara langsung dari
organ respirasi (insang) ke organ lain dengan tekanan yang semakin berkurang.
Pada
katak dikenal adanya sistem porta yaitu suatu sistem yang dibentuk oleh
pembuluh balik (vena) saja. Vena mengumpulkan darah dari pembuluh kapiler
dari suatu sistem porta yang terbagi menjadi anyaman-anyaman di dalam alat
tubuh yang lain sebelum kembali ke jantung. Barulah kemudian masuk ke dalam
vena yang menuju jantung. Sistem porta yang penting adalah sistem porta
hepatika pada hati dan sistem porta renalis pada ginjal (Pratiwi, 2007:98).
c. Sistem sirkulasi pada Reptilia
Sistem
peredaran darah pada reptilia lebih maju jika dibandingkan dengan sistem
peredaran amfibi karena adanya pemisahan darah yang beroksigen dan tidak
beroksigen dalam jantung. Jantung reptilia terletak di rongga dada di
bagian depan ventral.
Menurut
Radiopoetro (1996:517) Jantung reptilia terdiri atas tiga ruang yaitu 2 atria dan 1
ventrikulus, kecuali pada crocodilia dan alligator. Tetapi ventrikulus cordis
dari cor yang beruang tiga, sebenarnya terbagi dua oleh suatu septum yang
disebut septum interventricularis yang membentang dari apex cordis
sampai ke pusat cor, sehingga seolah-olah cor semua reptilia beruang empat.
Perlu diketahui bahwa septum interventricularis tadi belum sempurna sehingga
masih ada percampuran darah antara bagian dexter dan sinister.
Antara kedua antria
dipisahkan oleh septum intertrialis yang sudah sempurna, sehingga tidak akan terjadi
percampuran antara darah venosa dan darah arteriel.Conus arteriosus pada
reptilia telah menjadi sebagian dari venticulus. Dari ventriculus ini akan
keluar 3 pembuluh yang besar, yaitu aorta pulmonalis yang menuju ke
pulmo, kemudian arcus aorta dekster dan arcus aorta sinister yang
akan bercabang-cabang ke semua bagian tubuh. Arcus aorta sinister keluar dari
ventrikel dekster sedang arcus aorta dekster keluar dari ventrikel sinister
(Radiopoetro, 1996:517).
Pada Crocodilia, arcus aorta
dekster dan arcus aorta sinister berssilangan dan bersinggungan dimana tempat
persinggungan ini akan berfusi sedemikian rupa sehingga timbul suatu lubang
yang disebut foramen panizzae (Radiopoetro, 1996:517).
Pada
crocodilia septum interventriculare sempurna, sehingga cor betul-betul beruang
4. Namum demikian percampuran darah masih terjadi karena adanya foramen
panizzae, juga percampuran ini terjadi pada titik di mana arcus aorta
dekster dan sinister bersatu untuk membentuk aorta dorsalis (Radiopoetro,
1996:517).
Menurut
Campbell (2000:45) Reptilia mempunyai sirkulasi ganda yaitu sirkulasi sistemik dan
sirkulasi pulmoner yang mengalirkan darah dari jantung ke jaringan
pertukaran-gas dalam paru-paru dan kembali ke jantung. Pada satu ordo reptilia,
crocodilia, ventrikel secara sempurna terbagi menjadi bilik kiri dan bilik
kanan.
Proses
sirkulasi pada reptilia
Darah
dari vena masuk ke jantung melalui sinus venosus menuju ke serambi kanan,
kemudian bilik kanan. Darah yang berasal dari paru-paru, melalui arteria
pulmonalis, masuk ke serambi kiri kemudian ke bilik kiri. Dari bilik kiri,
darah dipompa keluar melalui sepasang arkus aortikus, Dua arkus aortikus ini
lalu menghubungkan diri menjadi satu membentuk aorta dorsalis yang menyuplai darah
ke alat-alat dalam, ekor, dan alat gerak belakang.
Dari
seluruh jaringan tubuh, darah menuju ke vena, kemudian menuju sinus venosus dan
kembali ke jantung.
d. Sistem sirkulasi pada Aves
Untuk
mempelajari peredaran darah pada aves, diambil contoh peredaran dari burung.
Peredaran darah burung tersusun oleh jantung sebagai pusat peredaran darah,
darah, dan pembuluh-pembuluh darah. Darah pada burung tersusun oleh eritrosit
berbentuk oval dan berinti.
Jantung
burung berbentuk kerucut dan terbungkus selaput perikardium. Jantung terdiri
dari dua serambi yang berdinding tipis serta dua bilik yang berdinding lebih
tebal.
Pembuluh-pembuluh
darah dibedakan atas arteri dan vena. Arteri yang keluar dari bilik kiri dan
tiga buah yaitu dua arteri anonim yang bercabang lagi menjadi arteri-arteri
yang memberi darah ke bagian kepala, otot terbang, dan anggota depan, dan
sebuah aorta merupakan sisa dari arkus aortikus yang menuju ke Kanan (arkus
aortikus yang menuju ke kiri mereduksi). Pembuluh nadi ini kemudian meligkari
bronkus sebelah kanan dan membelok ke arah ekor menjadi dorsalis (pembuluh nadi
puggung). Pembuluh nadi yang keluar dari bilik kanan hanya satu, yakni arteri
pulmonalis (pembuluh nadi paru-paru) yang kemudian bercabang menuju paru-paru
kiri dan kanan.
Pembuluh balik (vena) dibedakan atas:
- Pembuluh balik tubuh bagian atas (vena kava superior).
Vena ini membawa darah dari kepala, anggota depan, dan anggota otot-otot
pektoralis menuju jantung.
2. Pembuluh balik tubuh bagian bawah (vena kava inferior): membawa darah dari bagian bawah tubuh ke jantung
3. Pembuluh balik yang datang dari paru-paru (pulmo) kanan dan paru-paru
kiri serta membawa darah menuju serambi kiri jantung.
e. Sistem sirkulasi pada mamalia
Menurut
Kimball (1992:509) atrium kanan menerima darah miskin akan oksigen (darah deoksi)
dari badan, dan ventrikel kanan memompa darah dengan kuat ke paru – paru untuk
melepaskan karbon dioksida dan mengambil persediaan oksigen yang segar. Darah
oksigen kemudian kembali ke atrium kiri, dan dipompa keluar dengan kuat kesemua
organ – organ dan jaringan tubuh. Dengan pernyataan tersebut, maka mamalia
termasuk golongan berdarah panas.
Menurut
Radiopoetra (1996:580) jantung atau cor dibagi oleh dua septum atriorum dan septum
ventriculorum. Antara atrium dan ventriculus terdapat valvula
atrioventricularis yang menghindari mengalirnya darah dari ventriculus ke
atrium. Di dalam pangkal aorta terdapat valvulae semilunares.
Jantung
terdapat di dalam suatu kandungan, yang dindingnya dibentuk oleh perikardum.
Pada pangkal aorta dan arteri pulmonalis pada tempat masuknya vena cava dan
vena pumonales, perikardium melipat menjadi epikardium yang melapisi dataran
luar dinding jantung. Jantung terdapat diantara kedua pulmonales.
Proses
sirkulasi pada mamalia
Ventrikel
kanan memompa darah ke paru-paru melalui arteri pulmoner. Ketika darah mengalir
melalui hamparan kapiler paru-paru kanan dan kiri, darah mengambil oksigen dan
melepaskan karbondioksida. Darah yang kaya oksigen akan kembali dari paru-paru
melalui vena pulmoner ke atrium kiri jantung. Kemudian, darah yang kaya oksigen
mengalir ke dalam ventrikel kiri, ketika ventrikel tersebut membuka dan atrium
berkontraksi. Selanjutnya, ventrikel kiri akan memompa darah yang kaya oksigen
keluar ke jaringan tubuh melalui sirkuit sistemik. Darah meninggalkan ventrikel
kiri melalui aorta, yang mengirimkan darah ke arteri yang menuju keseluruh
tubuh. Cabang pertama dari aorta adalah arteri koroner, yang mengirimkan darah
ke otot jantung itu sendiri. Kemudian ada juga cabang-cabang yang menuju ke
hamparan kapiler di kepala dan lengan (atau tungkai depan). Aorta terus
memanjang ke arah posterior, sambi mengalirkan darah yang kaya oksigen ke
arteri yang menuju ke hamparan kapiler di organ abdomen dan kaki (tungkai
belakang).
Di dalam
masing organ tersebut, arteri akan bercabang menjadi artriola, yang selanjutnya
akan bercabang menjadi kapiler, dimana darah melepaskan banyak oksigennya dan
mengambil karbondioksida yang dihasilkan oleh respirasi seluler. Kapiler akan
menyatu kembali membentuk venula, yang akan mengirimkan darah ke vena. Darah
yang miskin oksigen dari kepala, leher, tungkai depan disalurkan ke dalam suatu
vena besar yang disebut vena cava anterior (superior). Vena besar lainnya
yang disebut vena cava posterior (inferior) mengalirkan darah dari bagian tubuh
utama dan tungkai belakang. Kedua cava itu mengosongkan darahnya ke dalam
atrium kanan, sebelum kemudian darah yang miskin oksigen itu mengalir ke dalam
ventrikel kanan (Campbell, 2000:46).
B. Sistem
Kekebalan Tubuh
1.
Pengertian Sistem
Kekebalan Tubuh
Sistem kekebalan tubuh atau sistem
imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh
sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena
penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan
zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka
kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.
Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor.
Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan
resiko terkena beberapa jenis kanker.
2. Fungsi Sistem Kekebalan Tubuh
a) Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit
penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
b) Menghilangkan jaringan sel yang mati
atau rusak (debris cell) untuk perbaikan jaringan.
c) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
d) Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
3. Penggolongan Sistem Kekebalan
Tubuh
a. Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
1). Sistem Pertahanan Tubuh Non
Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
merupakan pertahanan tubuh yang tidak membedakan mikrobia
patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
Tidak selektif
Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu
:
ü Pertahanan
yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a). Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan
oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa, yang berfungsi
menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit
terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit ditembus oleh
patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang terdapat
pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi
menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.
b). Pertahanan
Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan
oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring
udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan mikrobia. Sedangkan
silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk
kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
c). Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan
oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut
mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Contoh
dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan
suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di
kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus)
mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghidrolisis
dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.
d). Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologi dilakukan
oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa.
Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri
patogen dalam memperoleh nutrisi.
ü Respons
Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan
jaringan, misalnya akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi
merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri), rubor (kemerahan),calor (panas), dan tumor (bengkak). Inflamas berfungsi mencegah
penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga
berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih
(neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang
menginfeksi tubuh. Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka,
sehingga mengakibatkan patogen mampu
melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk
mengekskresikan histamin dan
prostaglandin.
3. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan
kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan
monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.
5. Sel-sel fagosit memakan patogen.
ü Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme
pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara mencerna
mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit
mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah
monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai
makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil,
eosinofil, basofil, dan cell mast (mastosit). Sel-sel fagosit akan
bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi
patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :
1. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing
terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2. Pergerakan
(chemotaxis), pergerakan sel fagosit
menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat
yang dihasilkan oleh patogen.
3. Perlekatan
(adhesion), partikel melekat dengan
reseptor pada membran sel fagosit.
4. Penelanan (ingestion), membran sel
fagosit menyelubungi seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam
sitoplasma yang terletak dalam fagosom
5. Pencernaan (digestion), lisosom yang
berisi enzim-enzim bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna
seluruh permukaan patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit
akan mati bersama dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan
terbentuknya nanah.
6. Pengeluaran
(releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel
fagosit.
ü Protein
Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan
tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan interferon. Protein komplemen
membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran
plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca2+
keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari
luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri
tersebut. Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus.
Interferon dihasilkan saat virus
memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan
berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian
membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat
dicegah.
b. Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan
pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem
ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non
spesifik. Ciri-cirinya :
·
Bersifat
selektif
·
Tidak
memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
·
Mampu
mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
·
Melibatkan
pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
·
Perlambatan
waktu antara eksposur dan respons maksimal
Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa
komponen, yaitu:
ü Limfosit
a)
Limfosit B (Sel B)
Proses
pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam
pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan
menjadi :
1. Sel B plasma, berfungsi membentuk
antibodi.
2. Sel B pengingant, berfungsi mengingat
antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B
plasma jika terjadi infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk
sel B plasma dan sel B pengingat.
b) Limfosit T (Sel T)
Proses
pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses pematangannya
terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler,
yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi :
1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang
patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker
secara langsung.
2. Sel T pembantu, berfungsi
menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta mengaktivasi
makrofag untuk melakukan fagositosis.
3. Sel T supresor,
berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara menurunkan
produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan
bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
ü Antibodi
(Immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam
tubuh. Antigen adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel
kanker. Antibodi disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin,
karena berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune).
Antibodi merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara
mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu
antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen
pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik, maka diperlukan antibodi yang
berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan berbagai
jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida
yang identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai
tersebut dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya
seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan
antigen. Beberapa cara kerja antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu :
Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau
opsonisasi)
Aglutinasi partikel yang mengandung
antigen, seperti mikrobia
Presipitasi (pengendapan) antigen
yang dapat larut
Fiksasi komplemen (aktivasi
komplemen)
Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti
pada tabel di bawah ini.
·
Tipe-Tipe Antibodi Beserta
Karakteristiknya
NO
|
Tipe Antibodi
|
Karakteristik
|
1.
|
IgM
|
Pertama
kali dilepaskan ke aliran darah pada saat terjadi infeksi yang pertama kali
(respons kekebalan primer)
|
2.
|
IgG
|
Paling
banyak terdapat dalam darah dan diproduksi saat terjadi infeksi kedua
(respons kekebalan sekunder). Mengalir melalui plasenta dan memberi kekebalan
pasif dari ibu kepada janin
|
3.
|
IgA
|
Ditemukan
dalam air mata, air ludah, keringat, dan membran mukosa. Berfungsi mencegah
infeksi pada permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang berfungsi
untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi saluran pencernaan
|
4.
|
IgD
|
Ditemukan
pada permukaan limfosit B sebagai reseptor dan berfungsi merangsang
pembentukan antibodi oleh sel B plasma
|
5.
|
IgE
|
Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah dan
cell mast
(mastosit) di dalam jaringan yang berfungsi
memengaruhi sel untuk melepaskan histamin dan terlibat dalam reaksi alergi.
|
Dari
penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan tubuh
berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa lapis
seperti terlihat pada tabel di bawah ini :
·
Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh
terhadap Penyakit
Pertahanan
Tubuh Non Spesifik
|
Pertahanan
Tubuh Spesifik
|
|
Pertahanan
Pertama
|
Pertahanan
Kedua
|
Pertahanan
Ketiga
|
Kulit
Membran mukosa
Rambut
hidung dan silia pada trakea
Cairan sekresi dari kulit dan membran
mukosa
|
Inflamasi
Sel-sel fagosit
Protein
antimikrobia
|
Limfosit
Antibodi
|
b. Berdasarkan Mekanisme Kerja
1) Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan
aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika
antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan membentuk
sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang
mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan
patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu
lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer.
Apabila antigen yang sama masuk
kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi
pembentukan sel B plasma yang akan memproduksi antibodi. Respons tersebut
dinamakan respons kekebalan sekunder.
Respons kekebalan sekunder terjadi
lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada
respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori imunologi, yaitu
kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
2) Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T
yang bertugas menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi secara
langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen pada permukaan sel asing, sel T
pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak
membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan
mengehentikan respons kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh
dan membatasi produksi antibodi.
c.
Berdasarkan Cara Memperolehnya
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan
aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan
aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
a). Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh
seseorang setelah mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit. Setelah
sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap penyakit itu. Misalnya,
seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut untuk
kedua kalinya.
b). Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh
melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke
dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen yang dierikan secara oral (melalui
mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh
terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi mikroorganisme yang telah
dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa toksoid atau ekstrak
antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke
dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan antigen
sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya
Kekebalan karena vaksinasi biasanya
memiliki jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi
setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh
semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis,
dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam
kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar
sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat. Secara garis besar, vaksin
dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:
1.
Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah
dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal
dari mikroorganisme yang telah dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari
toksin (racun) mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4.
Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan
dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi dari
luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
a). Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat
ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat
masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat diperoleh dengan
pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.
b). Kekebalan Pasif Buatan
Kekebalan pasif buatan diperoleh
dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari suatu individu ke tubuh
orang lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung singkat, tetapi mampu
menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum antibisa ular
kepada orang yang dipatuk ular berbisa
4. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
Tubuh diibaratkan sebagai sebuah
negara. Jika negara itu tidak memiliki pertahanan yang kuat, akan mudah
mendapatkan perlawanan baik dari dalam maupun dari luar, sehingga lambat laun
negara itu akan hancur. Begitupun halnya tubuh kita. Jika kita tidak memiliki
pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya tubuh kita akan jatuh sakit dan
mungkin akan berujung kepada kematian. Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk
menjaga agar tubuh kita bisa melawan serangan apapun baik dari dalam maupun
dari luar. Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa
membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh.
Biasanya ketika ada benda asing yang
yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka
terjadilah proses pertahanan diri. Secara garis besar, sistem imun menurut sel
tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun
humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air
mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun
dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam
tubuh kita. Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang
terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien,
sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya.
Organ tubuh kita yang juga termasuk
dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru. Sistem
limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan
kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan kelenjar
limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Organ limfoid
seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan sel T dan
penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus, bayi yang baru lahir
akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah putih) dihasilkan
oleh Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit bersirkulasi di dalam badan
antara organ tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah. Dengan begitu,
sistem imun bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman ataupun
substansi lain yang bisa menyebabkan problem bagi tubuh.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya,
yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme yang masuk ke dalam tubuh dan
limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta
membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil,
yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi
ada suatu infeksi bakteri di dalamnya. Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe
yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang,
tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan
sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T
mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B berfungsi untuk mencari target
dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T
merupakan tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi
keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing
yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk
mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B
untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu
antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi
dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok
protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan
membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.
5.
Gangguan Pada Sistem Kekebalan Tubuh
a. Alergi
Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang
berlebihan terhadap senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut
dinamakan alergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga,
rambut kucing, dan jenis makanan tertentu, misalnya udang. Proses terjadinya
alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang kemudian merangsang
sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang pertama kali masuk
ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE yang terbentuk akan
berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam tubuh untuk
kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan dengan
mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam proses
inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti
bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan
bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.
b. Autoimunitas
Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh
saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena
tidak mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat
disebabkan oleh gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus.
Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan, yaitu :
1. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang
sel-sel beta di pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini
mengakibatkan tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah
meningkat.
2.
Myasthenia gravis
Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang
otot lurik sehingga otot lurik mengalami kerusakan.
3. Addison’s disease
Addison’s disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar adrenal. Hal
ini mengakibatkan berat badan menurun, kadar gula darah menurun, mudah lelah,
dan pigmentasi kulit meningkat.
4. Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri.
Pada penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :
Antibodi menyerang jaringan tubuh
secara langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel darah merah sehingga
menyebabkan anemia.
Antibodi bergabung dengan antigen
sehingga membentuk ikatan yang dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal,
sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap
dan dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel
asing ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel
fagosit justru akan semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang
menimbulkan inflamasi. Proses inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala
penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan
terganggu.
5. Radang send (artritis
rheumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang
menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya
mengenai banyak sendi dan ditandai dengan radang pada membran sinovial dan
struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.
c. AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan
kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan
tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T pembantu yang
berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T lainnya. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan berbagai kuman
penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada
permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai
ketika molekul glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada
permukaan sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara
endositosis dan mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari
sel T yang terinfeksi secara eksositosis atau melisiskan sel Jumlah sel T pada
orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah
sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan penderita AIDS
mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC, meningitis, kanker darah, dan
melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan
normal dan tampak sehat, tetapi dapat menularkan virus HIV. Penderita AIDS
adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu
yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS
relatif lama, yaitu antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita HIV positif yang
seumur hidupnya tidak menjadi penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus
HIV di dalam tubuh membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh
penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif
akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala
AIDS atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
Gangguan pada sistem saraf
Penurunan libido
Sakit kepala
Demam
Berkeringat pada malam hari selama
berbulan-bulan
Diare
Terdapat bintik-bintik berwarna
hitam atau keunguan pada sekujur tubuh
Terdapat banyak bekas luka yang
belum sembuh total
Terjadi penurunan berat badan secara
drastis Cara penularan virus HIV/AIDS :
Hubungan seks dengan penderita
HIV/AIDS
Pemakaian jarum suntik bersama-sama
dengan penderita
Transfusi darah yang terinfeksi
HIV/AIDS
Bayi yang minum ASI penderita
HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu penderita HIV/AIDS Cara mencegah
penularan HIV/AIDS :
o
Menghindari
hubungan seks di luar nikah
o
Memakai jarum suntik yang steril
o
Menghindari
kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
o
Menerima
transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS
6. Cara Mempertahankan Sistem Kekebalan
Tubuh
a.
Nutrisi yang sempurna
Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai
nutrisi untuk tubuh kita karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk memakan makanan yang mengandung :
Protein Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin
dan berbagai antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan
kacang-kacangan.
Vitamin dan mineral Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari
berbagai jenis sayuran dan buah.
Teh hijau Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang
dapat membantu meningkatkan sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa
kandungan theanine pada daun teh dapat membantu sel imun badan dalam melawan
bakteri dan virus.
Aloevera Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino
dan vitamin yang dapat membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan
jaringan yang terluka, dan meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.
b.
Olahraga yang sesuai
Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan
dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang,
berjalan, dan yoga dapat meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan
meningkatkan sistem imun dalam tubuh.
c.Senantiasa
gembira dan bijak menangani tekanan
Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu
mekanisme sistem imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan
menghasilkan hormon kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi
sistem kekebalan tubuh kita
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diperoleh dari makalah ini
yaitu :
1. Sel-sel mendapat suplai makanan atau
bahan- bahan dari luar tubuh dan dihantarkan ke setiap sel melalui system
sirkulasi. Secara garis besar, sistem sirkulasi memiki tiga fungsi sebagai
berikut yaitu Menjamin terpenuhinya kebutuhan tubuh akan
sari makanan dan oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh
dengan segera; Berperan
penting dalam penyebaran panas tubuh; Menyebarkan tekanan atau kekuatan.
2. Sistem
sirkulasi atau sistem peredaran darah pada organisasi tingkat rendah umunya
belum memiliki sistem sirkulasi secara khusus. Contohnya Sistem sirkulasi darah pada protozoa yaitu tidak
memiliki system sirkulasi darah karena tubuhnya hanya terdiri atas satu sel; Sistem sirkulasi pada cacing tanah
terdiri atas lengkung aorta, pembuluh darah punggung, dan pembuluh darah
perut; Sistem transportasi pada serangga
mempunyai sistem peredaran terbuka karena darah tidak selalu berada dalam
pembuluh darah;
Hewan invertebrate lainnya seperti porifera dan coelenterata, belum memiliki
organ tubuh. System transportasinya juga belum ada. Oleh karena itu zat makanan
dan oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke sel, dan dari sel ke sel
lainnya. Hewan invertebrate seperti echinodermata, memilki system sirkulasi
radial yang bentuknya mengecil.System sirkulasi pada mollusca terdiri atas
jantung dengan satu atau dua ruang jantung, aorta dan pembuluh lainnya.
3. Sistem sirkulasi
pada Pisces terdiri
atas Jantung, Arteri dan arteriolae, Kapiler-kapiler, Venulae dan venae, Darah; Sistem sirkulasi pada Amphibi terdiri
dari jantung beruang tiga,
arteri, vena, sinus, venosus, kelenjar limfa, dan cairan limfa;
Sistem sirkulasi pada Reptilia lebih maju jika dibandingkan dengan sistem peredaran amfibi karena
adanya pemisahan darah yang beroksigen dan tidak beroksigen dalam jantung; Sistem
sirkulasi pada Aves tersusun oleh jantung
sebagai pusat peredaran darah, darah, dan pembuluh-pembuluh darah; Sistem
sirkulasi pada mamalia terjadi ketika atrium
kanan menerima darah miskin akan oksigen (darah deoksi) dari badan, dan
ventrikel kanan memompa darah dengan kuat ke paru – paru untuk melepaskan
karbon dioksida dan mengambil persediaan oksigen yang segar. Darah oksigen
kemudian kembali ke atrium kiri, dan dipompa keluar dengan kuat kesemua organ –
organ dan jaringan tubuh.
4. Sistem
kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga
tidak mudah terkena penyakit.
5. Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit yaitu terdiri
atas Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik seperti Pertahanan yang Terdapat di
Permukaan Tubuh, Respons
Peradangan (Inflamasi), Fagositosis, Protein Antimikrobia, Antibodi (Immunoglobulin/Ig) dan Sistem
pertahanan tubuh spesifik; Berdasarkan Mekanisme Kerja seperti Kekebalan Humoral dan Kekebalan Seluler; Berdasarkan Cara Memperolehnya
Kekebalan Aktif dan Kekebalan
Pasif.
6. Gangguan
Pada Sistem Kekebalan Tubuh yaitu Alergi, AIDS dan Autoimunitas
7. Cara
Mempertahankan Sistem Kekebalan Tubuh adalah dengan mengkonsumsi nutrisi yang sempurna, olahraga yang sesuai dan senantiasa gembira dan bijak
menangani tekanan.
B. Saran
Dalam pembuatan makalah
ini seharusnya pemakalah lebih banyak mencari referensi yang lebih akurat agar
informasi yang diberikan dapat bermanfaat bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Sistem Imunitas Pada Tubuh Manusia. (Online), (https://www.academia.edu/7537645/MAKALAH_BIOLOGI_SISTEM_IMUNITAS_PADA_TUBUH_MANUSIA,
diakses 20 Februari 2016)
Campbell. 2000. Biologi Edisi Kelima Jilid Tiga. Jakarta:
Erlangga.
Kimball, John. 1992. Biologi Edisi Kelima Jilid dua. Jakarta:
Erlangga.
Pratiwi,dkk. 2007. Biologi Untuk SMA Kelas XI. Jakarta:
Erlangga
Radiopoetro. 1996. Zoologi. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar