MAKALAH STRUKTUR
TUMBUHAN
STRUKTUR BUNGA DAN
FUNGSINYA SERTA JUMLAH DAN TATA LETAK BUNGA
Dosen Pengampu :
Drs. Muswita, M.Si
Disusun Oleh :
1. Desya Pradista (A1C414031)
2. Fajar Bahari (A1C414006)
3. Lega Sukma (A1C414021)
4. Mona Septiani (A1C414026)
5. Tiara Putri Utami (A1C414009)
PROGRAM STIDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrahmanirrahim”
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW, para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, tiada
kata yang dapat penulis sampaikan selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT,
karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah struktur tumbuhan tentang struktur bunga, fungsinya beserta jumlah dan tata
letak bunga.
Dalam penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan
dan rintangan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka segala macam
hambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih, semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan dengan limpahan
rahmat-Nya.
Namun tidak lepas dari semua
itu, saya menyadari bahwa masih ada beberapa kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka saya menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................
2
C. Tujuan..........................................................................................
2
D.
Manfaat........................................................................................
2
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................
18
B. Saran............................................................................................
19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tumbuhan dapat
memperbanyak diri dengan cara perkembangbiakan yang menghasilkan individu baru
dari individu sebelumnya. Beberapa alat perkembangbiakan (oraganum
reproductivum) pada tumbuhan adalah bunga, buah dan biji.
Bunga sebagai
alat perkembang biakan memiliki struktur, fungsi dan tata letak pada bunga itu
sendiri. Bunga memiliki perhiasan yang secara tidak langsung dapat menarik
serangngga yang dapat membantu proses penyerbukan. Pada tumbuhan berbiji bunga
merupakan alat perkembang biakan tumbuhan secara generatif. Jika kita
memperhatikan suatu bunga, dapat
diketahui bahwa bunga adalah bentuk lain dari tunas (batang dan
daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan.
Pada bunga terdapat peristiwa yang disebut persarian (penyerbukan) serta
pembuahan yang dimana akan menghasilkan bagian tumbuhan yang sering kita sebut
sebagai buah.
Jadi bunga juga
merupakan bagian yang sangat penting bagi tumbuhan, karena bunga yang menjelma
menjadi buah yang didalamnya terdapat biji, dan biji bisa menjadi alat untuk
memperbanyak individu baru.
B. Rumusan Masalah
Sehubungan
dengan latar belakang seperti yang diuraikan sebelumnya,
maka penulis merumuskan permasalahan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
maka penulis merumuskan permasalahan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
1. Bagaimanakah struktur bagian dari bunga
?
2. Apakah
fungsi bunga ?
3. Bagaimanakah
jumlah dan tata letak bunga ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan
makalah ini adalah :
1. Unutk
mengetahui struktur dari bunga
2. Untuk
mengetahui fungsi bunga
3. Untuk
mengetahui jumlah dan tata letak bunga
|
D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan
makalah ini adalah :
1. Agar
penyusun dan pembaca dapat mengatahui dan memahami struktur dari bunga
2. Agar
penyusun dan pembaca dapat menammbah pengetahuan mengenai fungsi bunga
3. Agar
penyusun dan pembaca dapat memahami dan mempelajari jumlah dan tata letak bunga
|
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Struktur Bunga
Bunga pada umumnya terdiri dari bagian steril dan bagian fertil. Adapun penjelasan dari bagian-bagian
tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Bagian Steril
Adapun
bagian-bagian steril pada bunga yaitu :
a. Ibu
tangkai bunga (pedunculus, pedunculus
communis atau rhacis), yaitu bagian yang
biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung bunga. Biasanya dapat ditemukan pada
bunga majemuk. Ibu tangkai ini dapat bercabang,
dan cabang-cabangnya bercabang lagi, dapat pula sama sekali tidak bercabang.
b. Tangkai bunga (pedicellus) yaitu bagian bunga yang
merupakan cabang terakhir
yang mendukung bunga. Pada nya seringkali terdapat
daun-daun peralihan yaitu
bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau yang seakan-akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga.
c. Dasar bunga (receptacle) merupakan
ujung tangkai bunga sebagai tempat bertumpunya
bagian-bagian bunga yang lain (batang). Seringkali melebar dengan ruas-ruas
yang amat pendek, sehingga daun-daun yang telah mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk
amat rapat satu sama lain, bahkan
biasanya tampak duduk dalam satu lingkaran.
Bagian-bagian dari dasar bunga itu
berbeda-beda antara lain :
1). Pendukung tajuk bunga atau antofor(amthiphorum)
2). Pendukung benang sari atau androfor (androphorum)
3). Pendukung putik atau ginofor (gynophorum)
4). Pendukung benang sari dan putik atau
androginofor (androgynophorum)
5). Cakram (discus)
Bentuk-bentuk dari dasar bunga itu
sendiri pun berbeda-beda antara lain :
|
2). Menyerupai kerucut, hingga
putik yang berada ditengah-tengah duduknya paling
tinggi.
3). Seperti cawan. Dimana
daun-daun kelopak dan tajuk bunga duduknya seakan-akan
pada tepi bangunan seperti cawan, sedang putik ditengah pada bagian dasar bunga yang lebih rendah letaknya
dari pada tempat duduknya kelopak
dan tajuk bunga.
4). Bentuk mangkuk. Dalam hal
ini kelopak dan tajuk bunga lebih tinggi daripada
putik.
Dari uraian bentuk
dasar bunga tersebut dapat kita lihat ahwa hiasan bunga dapat lebih tinggi atau lebih rendah letaknya dibanding
dengan duduknya bakal buah.
Berdasarkan hal tersebut, bunga dapat dibedakan lagi menjadi :
1). Hipogin (hypogynus),
yaitu jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar bunga yang paling rendah daripada tempat duduknya putik, misalnya
bunga johar (Cassia slamea).
2). Perigin (perigynus), jika letak hiasan bunga sama tinggi atau
sedikit lebih tinggi daripada duduknya
putik seperti pada dasar bunga yang berbentuk cawan,
misalnya pada bunga bungur (Lagestroemia
speciosa).
3). Epigin (epigynus),
misalnya pada dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala dengan bakal buah yang tenggelam sehingga seringkali
seakan-akan hiasan bunga duduk dibagian
atas bakal buah tadi misalnya pada bunga daun kaki
kuda (Centella asiatica).
d. Daun pelindung (brachtea) merupakan
daun terakhir yang di ketiaknya tumbuh
bunga.
e. Daun tangkai (brachteola) merupakan
daun pelindung yang letaknya di pangkal
tangkai bunga. Pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) biasanya terdapat dua daun tangkai yang letaknya
tegak lurus pada bidang median, sedangkan
pada tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae)
hanya terdapat satu daun
tangkai dan letaknya di dalam bidang median, di bagian atas daun bunga.
f. Hiasan bunga (perianthium) yaitu bagian bunga yang merupakan penjemlmaan daun yang masih tampak berbentuk lembaran
dengan tulang-tulang atau urat- urat yang
masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat dibedakan dalam dua bagian yang masing-masing duduk dalam satu
lingkaran. Jadi bagian-bagian hiasan
bunga itu umumnya tersusun dalam dua lingkaran :
1)
Kelopak (Calyx)
Daun-daun
hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar biasanya berwarna hijau, lebih kecil
dan lebih kasar daripada hiasan bunga yang sebelah dalam. Bagian ini disebut
kelopak (calyx).
Kelopak itu berguna
sebagai pelindung bunga, terutama waktu bunga masih kuncup. Jika bunga sudah
mengadakan persarian dan pembuahan, biasanya kelopak lalu runtuh, jarang sekali
sampai terbentuk buah. Kelopak yang tetap dan akhirnya ikut merupakan bagian
buah misalnya pada ciplukan (Physalis
minima L.) dan terong (Solanum
melongena L.).
Kelopak merupakan
bagian hiasan bunga yang masih jelas sebagai organ yang berasal dari daun.
Selain warnanya yang biasanya hijau, juga bentuknya banyak yang masih
menyerupai daun, jarang mempunyai bentuk yang lain, misalnya seperti bulu,
seperti terdapat pada bunga tumbuhan yang termasuk suku Compositae.
Pada bunga daun putri (Mussaenda frondosa L.) salah satu daun
kelopaknya amat lebar, berbentuk daun biasa dan mempunyai warna yang menarik,
seakan-akan supaya mendapat perhatian, oleh sebab itu daun ini juga dinamakan
daun pemikat (lokblad). Daun pemikat
terdapat pula pada bunga tumbuhan lain, hanya saja tidak selalu berasal dari
daun kelopak, seperti misalnya pada bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.), yang pada setiap kelompok bunga
selalu terdapat 3 bunga, masing-masing dengan satu daun pemikat yang berkumpul
menjadi satu kelompok, seakan-akan hanya merupakan satu bunga saja, dan karna
daun pemikat inilah yang menyebabkan orang banyak menanam bugenvil sebagai
tanaman hias. Di sini daun pemikat adalah metamorfosis daun pelindung, bukan
metamorfosis daun kelopak.
|
Kelopak tersusun atas
bagian-bagiannya yang dinamakan daun kelopak (sepala). Pada bunga daun-daun kelopak mempunyai sifat yang
berbeda-beda.
a)
Berlekatan (gamosepalus). Pada kelopak biasanya yang berlekatan hanya bagian bawah daun-daun kelopaknya saja,
bagian atasnya yang berupa pancung-pancungnya
tetap bebas.
Menurut banyak sedikitnya bagian yang berlekatan (atau panjang pendeknya
pancung-pancung dibagian atas kelopak), dibedakan 3 macam kelopak, yaitu :
·
Berbagi (partitus), jika hanya bagian kecil daun-daun saja yang berlekatan,
pancung-pancungnya panjang, lebih dari separoh panjang kelopak.
·
Bercangap (fissus), jika bagian yang berlekatan kira-kira meliputi separoh
panjangnya kelopak, jadi pancung-pancungnya kira-kira juga separohnya.
·
Berlekuk (lobatus), jika bagian yang berlekatan melebihi separoh panjang
kelopak, jadi pancung-pancungnya pendek saja.
Pancung-pancung itu sesungguhnya merupakan bagian atau daun-daun
kelopak, sehingga dengan menghitung jumlah pancung-pancungny dapat diketahui
pula kelopak tersusun atas beberapa daun kelopak. Dengan mengkombinasikan sifat
perlekatan dan jumlah pancung-pancung, kelopak bunga dapat dilukiskan seperti :
kelopak berbagi 5, berlekuk 5, bercangap 5.
b)
Bebas (polysepalus), jika daun-daun kelopak yang satu dengan yang lain
benar-benar terpisah-pisah, sama sekali tidak berlekatan.
Walaupun telah dikemukakan bahwa kelopak biasanya berwarna hijau seperti
daun biasa, tidak berarti bahwa mengenai hal itu tidak ada perkecualian sama
sekali. Nyatanya ada pula kelopak yang mempunyai warna yang menarik seperti
tajuk bunganya misalnya pada bunga asam (Tamarindus
indica L.), ada pula selain berwarna juga bersifat tebal, berdaging, dan
dapat dimakan misalnya pada tumbuhan yang lazimnya dinamakan prambos, tetapi
sebenarnya adalah sejenis rosela (Hibiscus
sabdariffa fa. victor)/
2)
Mahkota bunga atau tajuk bunga (Corolla)
|
Bagian-bagian mahkota bunga
dinamakan daun mahkota (petala) dan
seperti halnya daun-daun kelopak, daun-daun mahkota bunga menunjukkan sifat
yang berbeda-beda yaitu :
a)
Berlekatan (sympetalus, gamopetalus atau monopetalus). Dapat dibedakan lagi menjadi :
·
Tabung tajuk
·
Pinggiran
tajuk
·
Leher tajuk
Selain dari itu pada daun-daun
tajuk dapat pula ditemukan alat-alat tambahan, seperti sisik-sisik,
rambut-rambut dan sebagainya.
b)
Bebas (choripetalus, dialypetalus, atau polypetalus), jika daun-daun tajuk
terpisah-pisah satu sama lain.
Dapat dibedakan menjadi :
·
Kuku daun
tajuk (unguis) adalah bagian bawah
daun tajuk yang tidak lebar dan seringkali lebih tebal daripada bagian lainnya.
·
Helaian daun
tajuk (lamina) adalah bagian yang
lebar dan biasanya tipis.
Adapun bunga yang tidak
memiliki tajuk bunga (apetalus)
seringkali dinamakan pula bunga
telanjang (flos nudus).
|
2. Bagian fertil
Bagian bunga fertil terdiri
dari mikrosporofil sebagai benang sari dan makrosporofil sebagai putik
(pistillum) dengan daun buah sebagai penyusunnya. Sebelum mengetahui penjelasan mengenai bagian ini, perlu diketahui
terlebih dahulu alat kelamin pada bunga. Biasanya bunga memiliki dua alat
kelamin dan justru alat-alat inilah yang sesungguhnya merupakan bagian bunga
yang terpenting, karena dengan adanya alat-alat tersebut dapat kemudian
dihasilkan alat-alat perkembangbiakan atau calon tumbuhan baru.
Berdasarkan alat-alat
kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, dapat dibedakan menjadi :
a. Bunga banci atau berkelamin
dua (hermaphroditus) yaitu bunga,
yang padanya terdapat benang
sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna atau
bunga lengkap, karena biasanya pun jelas
mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas bunga
terung (Solanum melongena L.)
b. Bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya
terdapat salah satu dari kedua
macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada padanya dapat dibedakan dalam :
1) bunga jantan (flos masculus),
jika pada bunga hanya terdapat benang sari tanpa
putik, misalnya bunga jagung yang terdapat dibagian atas tumbuhan.
|
3) bunga mandul atau tidak berkelamin yaitu jika pada bunga tidak
terdapat baik
benang sari maupun putik, misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada bunga matahari (Helianthus annuus L.).
Bertalian dengan kelamin
bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan dapat dibedakan menjadi :
a. berubah
satu (monoecus) yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan bunga betina pada satu individu misalnya
jagung (Zea mays L.).
b. berumah
dua (dioecus), jika bunga jantan dan bunga betina terpisah tempatnya, artinya ada individu yang hanya
mendukung bunga jantan saja dan ada
individu yang hanya mendukung bunga betina saja misalnya salak (Zalacca
edulis Reinw.).
c. poligam (poygamus) yaitu jika pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan, bunga betina, dan bunga banci
bersama-sama misalnya pada pepaya (Carica
papaya L.)
ü Benang sari (Stamen)
Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan. Benang sari
merupakan suatu metamorfosis daun, yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan
sebagai alat kelamin jantan. Meskipun demikian, benang sari masih dapat
terlihat dengan nyata pada bunga jenis tumbuhan tertentu misalnya pada bunga
tasbih (Canna indica L.). Pada
tumbuhan ini tajuk bunganya justru tidak begitu menarik, tetapi yang berwarna
indah dan menarik adalah benang sarinya yang bersifat seperti tajuk bunga.
Pada benang sari dapat
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
a. tangkai sari (filamentum)
Tangkai sari yaitu bagian yang
berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat.
Tangkai sari biasanya duduk terpisah-pisah diatas dasar bunga akan tetapi tidak
jarang pula terdapat tangkai sari yang berlekatan satu sama lain. Cara
perlekatannya dan panjangnya bagian tangkai sari yang berlekatan amat
bermacam-macam.
|
Menurut jumlah berkas yang
merupakan perlekatan benang-benag sari dapat dibedakan menjadi :
1). Benang sari berbekas satu
atau bertukal satu (monadelphus)
Jika semua tangkai sari
dalam satu bunga berlekatan menjadi satu. Merupakan satu berkas yang tengahnya
berongga dan hanya bagian ujung tagkai sari yang mendukung kepala sari.
Contohnya pada kembang sepatu (Hisbiscus rosa sinensis L.).
2). Benang sari berberkas dua atau benang saribertukal dua (diadelphus)
Jika benang sari terbagi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan
dalam masing-masing kelompok. Jumlah tangkai sari dalm satu kelompok tidak
perlu sama. Contohnya pada tumbuhan berbunga kupu-kupu (papilionaceae).
3). Benang sari berberkas banyak atau benang sari
bertukal banyak
Jika dalam suatu bunga
yang mempunyai benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok
atau berkas. Contohnya pada bunga kapuk (Ceiba Petandra Gaertn.).
b. kepala sari (Anthera)
Kepala sari (anthera) adalah
bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, merupakan suatu badan
yang bentuknya bermacam-macam : bulat, jorong, bulat telur, bangun kerinjal,
dll. Di dalamnya terdapat 2 ruang sari (techa). Satu ruang
terdapat dua kantong sari (loculumentum). Ruang ini adalah tempat
terbentuknya serbuk sari atau tepung sari (pollen). Serbuk sari
merupakan badan yang amat lembut, jika terpisah-pisah mudah sekali berterbangan
karena tiupan angin, adapula yang
bergumpal-gumpal. Jika tiap gumpalan terdiri atas 4 serbuk lazimnya dinamakan :
pollen tetrade, tetapi ada pula yang
tiap gumpalan itu terdiriatas sejumlah besar serbuk sari yang disebut pollinium seperi pada bunga anggrek.
Butir-butir serbuk sari
seringkali juga berperekat sehingga mudah melekat pada tubuh hewan, misalnya
serangga yang datang mengunjungi bunga dan serangga itulah yang membawa serbuk
sari kebunga lain dan dengan demikian dapat membantu terlaksananya penyerbukan.
|
Duduknya kepala sari pada
bunga bermacam-macam yaitu :
1). Tegak (innatus/basifixus)
Jika kepala sari dengan
tangkainya memperlihatkan batas yang jelas, dan kepala sari bersambungan pada
pangkalnya dengan tangkai sari dan dambungan ini tidak memungkinkan pergerakan
bagi kepal sarinya.
2). Menempel (adnatus)
Jika tangkai sari pada
ujungnya beralih menjadi penghubung ruang sari atau kepal sari sepanjang
penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai sari.
3). Bergoyang (versatilis)
Jika kepala sari melekat pada
suatu titik pada ujung tangkai sari, sehingga kepala sari dapat
digerak-gerakkan atau bergoyang, contohnya pada Gramineae.
Jika serbuk sari sudah masak, maka kepala sari lalu pecah untuk
memungkinkan keluarnya butir-butir serbuk sari tadi. Agar serbuk sari keluar
dari ruag sari, kepal sari dapat membuka dengan jalan yang berbeda-beda,
misalnya :
1). Dengan celah
membujur (longitudinalter dehiscens),
yang menjadi jalan keluarnya serbuk sari dapat :
1.
menghadap ke dalam (introrsum), contohnya terdapat pada golongan suku Compositae,
misalnya bunga matahari.
2.
menghadap ke samping (lateraliter), misalnya pada Begonia.
3.
menghadap keluar (extrorsum), misalnya pada bunga semprit (Belamcanda
chinensis
Leman).
2). Dengan celah yang melintang (transversaliter dehiscens), yang tidak banyak terdapat, sebagai contoh misalnya pada
beberapa tumbuhan suku Euphorbiaceae.
3). Dengan serbuk liang pada ujung
pada ujung atau pangkal kepala sari (poris dehiscens), seperti terdapat
pada kentang (Solanum tuberosum L.)
4). Dengan kelep atau katup-katup (Valvis
dehiscens) yang jumlahnya satu atau
lebih, misalnya pada keningar (Cinnamomum zeylanicum Breyn)
|
c. Penghubung Ruang Sari (Connectivum)
Biasanya kecil saja, hingga sering kali tidak begitu terang. Hal itu
dikarenakan bagian ruang sari yang berlekatan satu sama lain hanya sempit
sekali dan kepal sarinya berbentuk silang, contohnya pada rumput. Namun ada
kalanya terlihat jelas, hingga kedua ruang sarinya berjauhan satu sama lain.
Pada penghubung ruang sari terdapat alat-alat tambahan. Pada penghubung ruang
sari ini seringkali terdapat alat-alat tambahan, misalnya pada bunga biduri (Calotropis giganteae).
Walaupun telah dikemukakan
bahwa semua bagian bunga , jadi benang sari juga didukung oleh dasar bunga
tetapi tampaknya benang sari tidak selalu demikian duduknya. Mengenai duduknya
benang sari dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1). Benang sari jelas duduk pada dasar bunga
Tumbuhan
dengan bunga demikian oleh DE CANDOLLE dinamakan : Thalamiflorae,
misalnya Jeruk (Citrus sp.).
2). Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak
Seperti yang
kita lihat pada bunga yang perigin atau epigin. Tumbuhan demikian oleh DE
CANDOLLE dinamakan : Calyciflorae, misalnya mawar (Rosa hybrida.).
3). Benang sari duduk di atas tajuk bunga
Tumbuhan yang
demikian disebut : Corolliflora, antara lain anggota-anggota suku Boraginaceae,
misalnya buntut tikus (Heliotropium indicum L.)
Suatu sifat bunga yang penting yang
berhubungan dengan benang sari ialah jumlahnya benang sari pada bunga. Sifat
ini dipandang demikian pentingnya sehingga dalam masa silam pernah dijadikan
dasar dalam pengklasifikasian tumbuhan (LINNAEUS).
Mengenai
jumlah benang sari pada bunga umumnya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
1). Benang sari banyak
Benang sari
banyak yaitu jika dalam suatu bunga terdapat lebih dari 20 benang sari
seperti terdapat pada jambu-jambuan (Myrtaceae), misalnya jambu biji (Psidium
guajava L.).
|
2). Jumlah benang sari 2 x lipat jumlah daun tajuknya
Dalam hal
yang seperti ini benang sari biasanya tersusun dalam dua lingkaran, jadi ada
lingkaran luar dan lingkaran dalam. Jika duduknya msaing-masing benang sari
kita teliti dengan seksama, maka mengenai duduknya benang sari terhadap
daun-daun tajuk ada dua kemungkinan :
a). Diplostemon
(diplostemonosus), yaitu benang sari berada di lingkaran luar duduk berseling dengan daun-daun
tajuk. Misalnya pada kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima Swartz.)
b). Obdiplostemon
(Obdiplostemonosus), jika keadaan sebaliknya, artinya benang-benang
sari pada lingkaran dalamlah yang duduk berselang-seling dengan
daun-daun tajuknya. Contohnya pada bunga geranium (Pelargonium odoratissimum
Hort.)
3). Benang Sari sama banyaknya dengan daun tajuk
Yang kemudian dibedakan menjadi :
a). Episepal (episepalus)
artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak. Berarti
pula berseling dengan daun-daun tajuk.
b). Epipetal (epipetalus)
artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk. Berarti berseling dengan daun-daun kelopak.
Berdasarkan dengan panjang
pendeknya benang sari terdapat pada satu bunga, antara lain dapat dibedakan
menjadi :
1). Benang sari panjang dua (didynamus)
Jika
dalam suatu bunga terdapat misalnya 4 benang sari, dan dari benang sari itu
yang 2 panjang sedangkan 2 yang lain pendek. Contohnya terdapat pada tumbuhan
suku Labiate, misalnya kemangi (Ocimum basilicum L.).
2). Benang sari panjang empat (tetradynamus)
Jika misalnya dalam satu bunga
terdapat enam benang sari, dan dari enam benang sari itu 4 yang panjang, 2 yang
lain pendek. Contohnya yang terdapat di daun lobak (Raphanus Sativus
L.).
Umumnya, benang sari terpisah
dengan putik. Namun ada pula kalanya benang sari berlekatan dengan putik
membentuk suatu badan dinamakan ginostemium (gynostemium).
|
ü Putik (Pistillum)
Putik tersusun atas
daun-daun yang mengalami metamorfosis, yaitu daun buah (carpellum).
Putik merupakan alat kelamin betina yang salah satu bagiannya mengandung sel
telur yang telah dibuahi inti sperma dan akan berkembang menjadi lembaga.
Lembaga inilah yang nantinya akan menjadi tumbuhan baru.
Adapun bagian-bagian
dari putik yaitu :
a. Bakal buah (ovarium)
Bakal buah merupakan bagian
putik yang membesar dan duduk pada dasar bunga. Didalam bakal buah terdapat
calon biji atau bakal biji (ovulum), yang bakal biji itu teratur pada
tempat-tempat tertentu dalam bakal buah tadi. Bagian yang merupakan pendukung
bakal biji disebut tembuni (placenta).
Menurut letaknya terhadap dasar
bunga dapat dibedakan menjadi :
1). Bakal buah menumpang (superus),
yaitu jika bakal buah duduk diatas dasar bunga
lebih tinggi, sama tinggi atau lebih rendah daripada tepi dasar bunga. Biasanya bakal buah yang menumpang
kita dapati pada bunga yang dasar bunga
nya cembung, rata, cekung dangkal seperti cawan.
2). Bakal buah setengah tenggelam (hemi inferus), jika
duduknya bakal buah selalu lebih
rendah daripada tepi dasar bunga. Dan sebagian dinding bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang
berbentuk mangkuk atau piala.
3). Bakal buah tenggelam (inferus), seperti pada a dan b,
tetapi seluruh bagian samping bakal
buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala tadi.
Jika pada bunga terdapat
daun-daun buah yang tidak berlekatan satu sama lain, maka bakal buah atau
putiknya bersifat : apokarp (pistillum
apocarpum). Jika bakal buah terdiri atas beberapa daun buah yang berlekatan
satu sama lain, maka bakal buah (putiknya) dinamakan senokarp (pistillum coenocarpum). Jika perlekatan
daun-daun buah itu hanya merupakan satu putik dengan satu ruang saja disebut
parakarp (pistillum paracarpum),
tetapi jika dari perlekatan daun-daun buah itu terbentuk putik dengan jumlah ruang
yang sesuai dengan jumlah daun buahnya maka bakal buah disebut sinakarp (pistillum syncarpum).
|
Berdasarkan jumlah ruang yang
terdapat dalam bakal buah, bakal buah dapat dibedakan menjadi :
1). Bakal buah beruang satu (unicolaris), dapat tersusun
dari 1 daun buah saja. Misal pada
polong (Leguminosae). Dapat pula tersusun lebih dari 1 daun buah. Misal bunga papaya (Carica
papaya).
2). Bakal buah beruang dua (bilocularis), tersusun atas 2 daun
buah. Misalnya pada suku Brassicaceae
(kubis dan sejenisnya).
3). Bakal buah beruang tiga (trilocularis),
terjadi dari 3 da-un buah yang tepinya melipat kedalam dan belekatan,
sehingga terbentuk bakal buah dengan 3
sekat. Misalnya pada suku getah-getahan (Euphorbiaceae).
4). Bakal buah beruang banyak
(multilocularis), bakal buah yang tersusun atas banyak daun buah yang berlekatan dan membentuk banyak sekat. Misalnya durian (Durio ziberthinus).
Sekat yg membagi bakal buah menjadi beberapa
ruang dibedakan dalam : 1). Sekat sempurna (septum completus)
Jika
sekat ini benar-benar membagi bakal buah menjadi lebih dari pada satu ruang dan
ruang-ruang yang terjadi tidak lagi mempunyai hubungan satu sama lain.
Berdasarkan asalnya pula dapat sekat ini dapat dibedakan lagi menjadi :
a) Sekat
asli (septum) yaitu jika sekat ini berasal dari sebagian daun buah
yang melipat kedalam yang lalu berubah menjadi sekat, misalnya pada durian (Durio
ziberthinus).
b) Sekat
semu (septum spuris) yaitu jika sekat tadi bukan merupakan sebagian
daun buah tetapi misalnya terdiri atas suatu jaringan yang terbentuk oleh
dinding bakal buah. Bakal buah dengan sekat semu dapat ditemukan misalnya pada
bunga kecubung (Datura metel).
2). Sekat tidak sempurna (septum incompletus)
Jika sekat-sekat yang membagi
bakal buah menjadi beberapa ruang tetapi ruang-ruang itu masih ada hubungannya
satu sama lain. Sekat ini dapat pula berasal dari suatu bagian daun buah dan
mempunyai asal yang lain pula.
|
1). marginal (marginalis), bila letaknya pada tepi daun
buah
2). laminal (lamnalis), bila letaknya pada helaian daun
buahnya
Untuk bakal buah yang
hanya terdiri atas satu ruang, maka kemungkinan letak tembuninya adalah :
1). Parietal (parietalis), yaitu jika pada dinding
bakal-bakal buah yang jika diperhtikan
pula bagaimana letaknya pada daun buah, dapat dibedakan lagi menjadi :
·
Pada dinding
tepi daun buah (perientalis-marginalis)
·
Pada dinding
di helaian daun buah (parientalis-laminalis)
2). Sentral (centralis) yaitu dipusat
atau diporos,bila tembuni terdapat ditengah- tengah
rongga bakal buah yang beruang satu. Biasanya berbentuk silinder dengan bakal biji menghadap kearah dinding
bakal buah.
3). Aksilar (axillaris) yaitu disudut
tengah. Biasanya pada tepi daun buah, jadi bersifat
marginal.
b. Tangkai kepala putik (stylus)
Tangkai kepala putik merupakan
bagian putik yg biasanya berbentuk benang dan merupakan lanjutan bakal buah
keatas. Tangkai kepala putik berbentuk benang atau buluh yg dalamnya berongga.
Ada kalanya tangkai kepala putik memperlihatkan sebagai metamorfosis daun.
Mempunyai bentuk yg pipih lebar seperti daun. Misalnya bunga tasbih (Canna
sp). Tangkai kepala putik lebih panjang daripada tangkai sari. Sehubungan
dengan itu letak kepala putik lebih tinggi, sama tinggi, atau lebih rendah
daripada kepala sarinya. Hal ini berpengaruh terhadap masalah penyerbukan bunga
yang bersangkutan.
c. Kepala putik (stigma)
Kepala putik adalah bagian
putik paling atas yg terdapat pada ujung tangkai kepala putik. Yang berguna
untuk menangkap serbuk sari. Jika kepala putk sudah siap untu diserbuki maka
biasanya berperekat dan dengan demikian serbuk sari yang oleh karena sesuatu
sebab jatuh padanya, tidak akan dapat terlepas lagi.
|
Bentuk kepala putik sesuai dengan cara penyerbukan pada bunga yaitu :
1)
Seperti
benang, misal bunga jagung (Zea mays)
2)
Seperti bulu
ayam, misal bunga padi (Oryza sativa)
3)
Seperti bulu-bulu, misal bunga kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
4)
Bulat, misal bunga jeruk (Citrus sp)
ü Kelenjar madu (Nectarium)
Kelenjar madu merupakan
metamorfosis salah satu bagian bunga yang dapat berasal dari daun mahkota, benang sari dan bagian-bagian
lain pada bunga. Madu yang terdapat pada bunga biasanya dihasilkan oleh
kelenjar madu (nectarium) yag
berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi :
1). Kelenjar madu yang merupakan suatu bagian khusus (suatu alat
tambahan) pada bunga
2). Kelenjar madu yang terjadi dari salah satu bagian bunga yang telah
mengalami metamorfosis dan telah berubah
pula tugasnya.
Mengenai bentuk dan
tempatnya dapat dibedakan menjadi :
1). Seperti subang diatas bakal buah dan melingkari tangkai kepala putik
misalnya pada bunga jeruk (Citrus sp.)
2). Seperti cakram pada dasar bunga, disebelah bawah bakal buah
B.
Fungsi Bunga
Bunga merupakan modifikasi suatu tunas
(batang dan daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan dengan
kepentingan tumbuhan. Oleh karena itu, bunga ini berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan
alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan maka pada
bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai penghasil alat perkembangbiakan.
|
Pada umumnya, bunga mempunyai
sifat-sifat seperti berikut:
1) Mempunyai warna menarik.
2) Biasanya berbau harum.
3) Bentuknya bermacam-macam.
4) Biasanya mengandung madu.
C.
Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada Suatu Tumbuhan
Pada suatu
tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu bunga saja, misalnya bunga cokelat (Zephyrantus rosea Lindi.), tetapi
umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang hanya
menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan
berbunga tunggal (planta uniflora)
sedang lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).
Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu
bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang, jika bunganya banyak,
dapat sebagian bunga-bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian
pada ujung batang atau cabang-cabang. Jadi menurut tempatnya pada tumbuhan,
kita dapat membedakan :
1).Bunga pada
ujung batang (flos terminalis),
misalnya bunga cokelat (Zephyrantus rosea Lindi.) Dan kembang
merak (Caesalpinia pulcherrima Swartz.).
2). Bunga diketiak
daun (flos lateralis atau flos axillaris), misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis L.) dan kembang telang (Clitoria
ternatea L.).
Selain itu pada suatu tumbuhan dapat kita
lihat bahwa bunganya yang besar jumlahnyaitu dapat :
1). Terpencar atau
terpisah-pisah (flores sparsi),
misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.)
2). Berkumpul
membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian bunga dinamakan pula
: bunga majemuk (anthotaxis atau inflorescentia),
misalnya pada kembang merak (Caesalpinia
pulcherrima Swartz.).
|
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Struktur
Bunga : Bunga pada umumnya terdiri dari bagian steril dan bagian fertil. Adapun penjelasan dari bagian-bagian
tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Bagian Steril yaitu Ibu
tangkai bunga ,Tangkai
bunga ,Dasar
bunga
2. Bagian fertil yaitu Bagian bunga fertil terdiri
dari mikrosporofil sebagai benang sari dan makrosporofil sebagai putik
(pistillum) dengan daun buah sebagai penyusunnya.
Fungsi Bunga bunga ini berfungsi sebagai tempat
berlangsungnya penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan
alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan maka pada
bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai penghasil alat perkembangbiakan. Pada
umumnya, bunga mempunyai sifat-sifat seperti berikut:
1) Mempunyai warna menarik.
2) Biasanya berbau harum.
3) Bentuknya bermacam-macam.
4) Biasanya mengandung madu.
Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada Suatu
Tumbuhan
Tumbuhan yang
hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) sedang lainnya tumbuhan
berbunga banyak (planta multiflora). Jika
suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat
pada ujung batang, jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga-bunga tadi
terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau
cabang-cabang. Selain
itu pada suatu tumbuhan dapat kita lihat bahwa bunganya yang besar jumlahnyaitu
dapat :
1). Terpencar atau
terpisah-pisah (flores sparsi),
2). Berkumpul
membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam. Suatu rangkaian
bunga dinamakan pula : bunga majemuk (anthotaxis
atau inflorescentia)
|
SARAN
Penting untuk mempelajari
stuktur bunga baik itu secara morfologi nya,fungsi dan manfaat hingga letaknya
pada tumbuhan, guna untuk menambah pengetahuan kita akan tumbhna dan
bagian-bagiannya terutama pada organum reproduktivum.
|
DAFTAR PUSTAKA
Tjitrosoeputro, Gembong.1985.
Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta :UGM
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar