Jumat, 21 Oktober 2016

STUKTUR BUNGA DAN FUNGSINYA

MAKALAH STRUKTUR TUMBUHAN
STRUKTUR BUNGA DAN FUNGSINYA SERTA JUMLAH DAN TATA LETAK BUNGA

Dosen Pengampu :
Drs. Muswita, M.Si


logo unja.jpg
 







Disusun Oleh :
                                     1. Desya Pradista              (A1C414031)
2. Fajar Bahari                 (A1C414006)
3. Lega Sukma                 (A1C414021)
      4. Mona Septiani                        (A1C414026)
      5. Tiara Putri Utami                  (A1C414009)

PROGRAM STIDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI




KATA PENGANTAR

“Bismillahirrahmanirrahim”

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

            Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW, para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
            Alhamdulillahirobbil’alamiin, tiada kata yang dapat penulis sampaikan selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah struktur tumbuhan tentang struktur bunga, fungsinya beserta jumlah dan tata letak bunga.
Dalam penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan dan rintangan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka segala macam hambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih, semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan dengan limpahan rahmat-Nya.
Namun tidak lepas dari semua itu, saya menyadari bahwa masih ada beberapa kekurangan baik dari segi penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka saya menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga penyusunan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.


                                                                                                            
                                                                                                             Penyusun



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..........................................................................................  i
KATA PENGANTAR........................................................................................  ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
                   A. Latar Belakang............................................................................. 1
       B. Rumusan Masalah........................................................................ 2
       C. Tujuan.......................................................................................... 2
       D. Manfaat........................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN

BAB III PENUTUP
                   A. Kesimpulan.................................................................................. 18
                   B. Saran............................................................................................ 19
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20









BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
     Tumbuhan dapat memperbanyak diri dengan cara perkembangbiakan yang menghasilkan individu baru dari individu sebelumnya. Beberapa alat perkembangbiakan (oraganum reproductivum) pada tumbuhan adalah bunga, buah dan biji.
     Bunga sebagai alat perkembang biakan memiliki struktur, fungsi dan tata letak pada bunga itu sendiri. Bunga memiliki perhiasan yang secara tidak langsung dapat menarik serangngga yang dapat membantu proses penyerbukan. Pada tumbuhan berbiji bunga merupakan alat perkembang biakan tumbuhan secara generatif. Jika kita memperhatikan suatu bunga, dapat  diketahui bahwa bunga adalah bentuk lain dari tunas (batang dan daun-daun) yang bentuk, warna dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan. Pada bunga terdapat peristiwa yang disebut persarian (penyerbukan) serta pembuahan yang dimana akan menghasilkan bagian tumbuhan yang sering kita sebut sebagai buah.
     Jadi bunga juga merupakan bagian yang sangat penting bagi tumbuhan, karena bunga yang menjelma menjadi buah yang didalamnya terdapat biji, dan biji bisa menjadi alat untuk memperbanyak individu baru.
B. Rumusan Masalah
     Sehubungan dengan latar belakang seperti yang diuraikan sebelumnya,
maka penulis merumuskan permasalahan dalam p
enyusunan makalah ini yaitu :
     1. Bagaimanakah struktur bagian dari bunga ?
     2. Apakah fungsi bunga ?
     3. Bagaimanakah jumlah dan tata letak bunga ?
C. Tujuan
     Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
     1. Unutk mengetahui struktur dari bunga
     2. Untuk mengetahui fungsi bunga
     3. Untuk mengetahui jumlah dan tata letak bunga


1
 
 
D. Manfaat
     Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
     1. Agar penyusun dan pembaca dapat mengatahui dan memahami struktur dari                  bunga
     2. Agar penyusun dan pembaca dapat menammbah pengetahuan mengenai                        fungsi bunga
     3. Agar penyusun dan pembaca dapat memahami dan mempelajari jumlah dan                   tata letak bunga





















2
 
 
BAB II
PEMBAHASAN

A. Struktur Bunga
     Bunga pada umumnya terdiri dari bagian steril dan bagian fertil. Adapun penjelasan dari bagian-bagian tersebut yaitu sebagai berikut :
     1. Bagian Steril
          Adapun bagian-bagian steril pada bunga yaitu :
a. Ibu tangkai bunga (pedunculus, pedunculus communis atau rhacis), yaitu         bagian yang biasanya merupakan terusan batang atau cabang yang mendukung            bunga. Biasanya dapat ditemukan pada bunga majemuk. Ibu tangkai ini dapat         bercabang, dan cabang-cabangnya bercabang lagi, dapat pula sama sekali tidak      bercabang.
b. Tangkai bunga (pedicellus) yaitu bagian bunga yang merupakan cabang            terakhir yang mendukung bunga. Pada nya seringkali terdapat daun-daun         peralihan yaitu bagian-bagian yang menyerupai daun, berwarna hijau yang    seakan-akan merupakan peralihan dari daun biasa ke hiasan bunga.
c. Dasar bunga (receptacle) merupakan ujung tangkai bunga sebagai tempat          bertumpunya bagian-bagian bunga yang lain (batang). Seringkali melebar            dengan ruas-ruas yang amat pendek, sehingga daun-daun yang telah      mengalami metamorfosis menjadi bagian-bagian bunga yang duduk amat rapat satu sama lain, bahkan biasanya tampak duduk dalam satu lingkaran.
            Bagian-bagian dari dasar bunga itu berbeda-beda antara lain :
     1). Pendukung tajuk bunga atau antofor(amthiphorum)
     2). Pendukung benang sari atau androfor (androphorum)
     3). Pendukung putik atau ginofor (gynophorum)
     4). Pendukung benang sari dan putik atau androginofor (androgynophorum)
     5). Cakram (discus)
            Bentuk-bentuk dari dasar bunga itu sendiri pun berbeda-beda antara lain :
3
 
     1). Rata, hingga semua bagian bunga duduk sama tinggi diatas dasar bunga,      berturut-turut dari luar ke dalam, kelopak, tajuk bunga, benang sari dan putik, misalnya pada bunga manggistan (Garcinia mangostana L.)
     2). Menyerupai kerucut, hingga putik yang berada ditengah-tengah duduknya   paling tinggi.  
     3). Seperti cawan. Dimana daun-daun kelopak dan tajuk bunga duduknya         seakan-akan pada tepi bangunan seperti cawan, sedang putik ditengah pada    bagian dasar bunga yang lebih rendah letaknya dari pada tempat duduknya        kelopak dan tajuk bunga.
     4). Bentuk mangkuk. Dalam hal ini kelopak dan tajuk bunga lebih tinggi            daripada putik.
            Dari uraian bentuk dasar bunga tersebut dapat kita lihat ahwa hiasan bunga            dapat lebih tinggi atau lebih rendah letaknya dibanding dengan duduknya bakal     buah. Berdasarkan hal tersebut, bunga dapat dibedakan lagi menjadi :
     1). Hipogin (hypogynus), yaitu jika hiasan bunga tertanam pada bagian dasar     bunga yang paling rendah daripada tempat duduknya putik, misalnya bunga     johar (Cassia slamea).
     2). Perigin (perigynus), jika letak hiasan bunga sama tinggi atau sedikit lebih     tinggi daripada duduknya putik seperti pada dasar bunga yang berbentuk       cawan, misalnya pada bunga bungur (Lagestroemia speciosa).
     3). Epigin (epigynus), misalnya pada dasar bunga yang berbentuk mangkuk       atau piala dengan bakal buah yang tenggelam sehingga seringkali seakan-akan    hiasan bunga duduk dibagian atas bakal buah tadi misalnya pada bunga daun kaki kuda (Centella asiatica).
d. Daun pelindung (brachtea) merupakan daun terakhir yang di ketiaknya             tumbuh bunga. 
e. Daun tangkai (brachteola) merupakan daun pelindung yang letaknya di             pangkal tangkai bunga. Pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) biasanya          terdapat dua daun tangkai yang letaknya tegak lurus pada bidang median,           sedangkan pada tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae) hanya terdapat            satu daun tangkai dan letaknya di dalam bidang median, di bagian atas daun bunga.
f. Hiasan bunga (perianthium) yaitu bagian bunga yang merupakan penjemlmaan daun yang masih tampak berbentuk lembaran dengan tulang-tulang atau urat- urat yang masih jelas. Biasanya hiasan bunga dapat dibedakan dalam dua       bagian yang masing-masing duduk dalam satu lingkaran. Jadi bagian-bagian           hiasan bunga itu umumnya tersusun dalam dua lingkaran :
1)      Kelopak (Calyx)
            Daun-daun hiasan bunga yang merupakan lingkaran luar biasanya berwarna hijau, lebih kecil dan lebih kasar daripada hiasan bunga yang sebelah dalam. Bagian ini disebut kelopak (calyx).
            Kelopak itu berguna sebagai pelindung bunga, terutama waktu bunga masih kuncup. Jika bunga sudah mengadakan persarian dan pembuahan, biasanya kelopak lalu runtuh, jarang sekali sampai terbentuk buah. Kelopak yang tetap dan akhirnya ikut merupakan bagian buah misalnya pada ciplukan (Physalis minima L.) dan terong (Solanum melongena L.).
            Kelopak merupakan bagian hiasan bunga yang masih jelas sebagai organ yang berasal dari daun. Selain warnanya yang biasanya hijau, juga bentuknya banyak yang masih menyerupai daun, jarang mempunyai bentuk yang lain, misalnya seperti bulu, seperti terdapat pada bunga tumbuhan yang termasuk suku Compositae.
            Pada bunga daun putri (Mussaenda frondosa L.) salah satu daun kelopaknya amat lebar, berbentuk daun biasa dan mempunyai warna yang menarik, seakan-akan supaya mendapat perhatian, oleh sebab itu daun ini juga dinamakan daun pemikat (lokblad). Daun pemikat terdapat pula pada bunga tumbuhan lain, hanya saja tidak selalu berasal dari daun kelopak, seperti misalnya pada bugenvil (Bougainvillea spectabilis Willd.), yang pada setiap kelompok bunga selalu terdapat 3 bunga, masing-masing dengan satu daun pemikat yang berkumpul menjadi satu kelompok, seakan-akan hanya merupakan satu bunga saja, dan karna daun pemikat inilah yang menyebabkan orang banyak menanam bugenvil sebagai tanaman hias. Di sini daun pemikat adalah metamorfosis daun pelindung, bukan metamorfosis daun kelopak.
4
 
            Pada tumbuhan yang tergolong dalam suku Malvaceae, seperti misalnya kapas Gossypium sp.), kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.), diluar lingkaran kelopak bunga, bunganya masih mempunyai daun-daun yang menyerupai kelopak, yang pada kapas justru amat besar dan menyelubungi seluruh bunga, yang disebut kelopak tambahan (epicalyx).
            Kelopak tersusun atas bagian-bagiannya yang dinamakan daun kelopak (sepala). Pada bunga daun-daun kelopak mempunyai sifat yang berbeda-beda.
a)    Berlekatan (gamosepalus). Pada kelopak biasanya yang berlekatan hanya         bagian bawah daun-daun kelopaknya saja, bagian atasnya yang berupa             pancung-pancungnya tetap bebas.
            Menurut banyak sedikitnya bagian yang berlekatan (atau panjang pendeknya pancung-pancung dibagian atas kelopak), dibedakan 3 macam kelopak, yaitu :
·      Berbagi (partitus), jika hanya bagian kecil daun-daun saja yang berlekatan, pancung-pancungnya panjang, lebih dari separoh panjang kelopak.
·      Bercangap (fissus), jika bagian yang berlekatan kira-kira meliputi separoh panjangnya kelopak, jadi pancung-pancungnya kira-kira juga separohnya.
·      Berlekuk (lobatus), jika bagian yang berlekatan melebihi separoh panjang kelopak, jadi pancung-pancungnya pendek saja.
   Pancung-pancung itu sesungguhnya merupakan bagian atau daun-daun kelopak, sehingga dengan menghitung jumlah pancung-pancungny dapat diketahui pula kelopak tersusun atas beberapa daun kelopak. Dengan mengkombinasikan sifat perlekatan dan jumlah pancung-pancung, kelopak bunga dapat dilukiskan seperti : kelopak berbagi 5, berlekuk 5, bercangap 5.
b)   Bebas (polysepalus), jika daun-daun kelopak yang satu dengan yang lain benar-benar terpisah-pisah, sama sekali tidak berlekatan.
            Walaupun telah dikemukakan bahwa kelopak biasanya berwarna hijau seperti daun biasa, tidak berarti bahwa mengenai hal itu tidak ada perkecualian sama sekali. Nyatanya ada pula kelopak yang mempunyai warna yang menarik seperti tajuk bunganya misalnya pada bunga asam (Tamarindus indica L.), ada pula selain berwarna juga bersifat tebal, berdaging, dan dapat dimakan misalnya pada tumbuhan yang lazimnya dinamakan prambos, tetapi sebenarnya adalah sejenis rosela (Hibiscus sabdariffa fa. victor)/
2)      Mahkota bunga atau tajuk bunga (Corolla)
5
 
Mahkota bunga merupakan hiasan bunga yang terdapat disebelah dalam kelopak, umumnya lebih besar, dengan warna yang indah, menarik dengan bentuk susunan yang bagus, tidak jarang pula mempunyai bau yang harum atau sedap  (tetapi banyak pula yang sama sekali tidak berbau atau malahan  mempunyai bau yang busuk seperti bangkai), dan dianggapnya bahwa warna yang indah atau baunya tadilah yang menyebabkan serangga tertarik pada bunga (juga binatang-binatang lain, misalnya : burung dan kelelawar) yang seringkali datang mengunjungi bunga untuk mencari makanan. Tumbuhan memang memerlukan adanya kunjungan binatang-binatang tadi, karena mereka dapat menjadi perentara berlangsungnya penyerbukan. Mahkota bunga ini juga berfungsi untuk melindungi alat-alat persarian (benag sari dan putik) sebelum persarian dapat berlangsung.
Bagian-bagian mahkota bunga dinamakan daun mahkota (petala) dan seperti halnya daun-daun kelopak, daun-daun mahkota bunga menunjukkan sifat yang berbeda-beda yaitu :
a)    Berlekatan (sympetalus, gamopetalus atau monopetalus). Dapat dibedakan       lagi menjadi :
·         Tabung tajuk
·         Pinggiran tajuk
·         Leher tajuk
Selain dari itu pada daun-daun tajuk dapat pula ditemukan alat-alat tambahan, seperti sisik-sisik, rambut-rambut dan sebagainya.
b)   Bebas (choripetalus, dialypetalus, atau polypetalus), jika daun-daun tajuk          terpisah-pisah satu sama lain. Dapat dibedakan menjadi :
·         Kuku daun tajuk (unguis) adalah bagian bawah daun tajuk yang tidak lebar dan seringkali lebih tebal daripada bagian lainnya.
·         Helaian daun tajuk (lamina) adalah bagian yang lebar dan biasanya tipis.
Adapun bunga yang tidak memiliki tajuk bunga (apetalus) seringkali dinamakan pula bunga telanjang (flos nudus).
6
 
            Tajuk bunga sungguh beraneka rupa warnanya : merah, biru, kuning, merah jambu, ungu dan lain-lain. Ada tajuk bunga yang warnanya sebagian merah dan sebagian putih atau lain, ada pula yang berbintik-bintik atau bercak-bercak, seperti banyak terdapat pada tumbuhan bastar. Seperti yang telah dikemukakan bahwa tajuk bunga terutama bertugas sebagai pemikat binatang. Oleh sebab itu setelah kunjungan binatang pada bunga yang dapat menyebabkan terjadinya  persarian, bunga seringkali lalu layu kemudian gugur. Biasanya umur tajuk bunga tidak seberapa lama, tetapi ada pula bunga yang sampai berbulan-bulan belum juga menjadi layu, seperti bunga anggrek bulan (Phalaenopsis ambilis Bl.). Bila tajuk bunga menjadi layu seringkali kita lihat adanya perubahan warna misalnya buka kapas (Gossypium sp.), yang kalau layu berwarna merah jambu, sedang dalam keadaan segar tajuk bunganya berwarna kuning. Bunga yang telah layu umumnya tidak berwarna lagi.
     2. Bagian fertil
          Bagian bunga fertil terdiri dari mikrosporofil sebagai benang sari dan makrosporofil sebagai putik (pistillum) dengan daun buah sebagai penyusunnya. Sebelum mengetahui penjelasan mengenai bagian ini, perlu diketahui terlebih dahulu alat kelamin pada bunga. Biasanya bunga memiliki dua alat kelamin dan justru alat-alat inilah yang sesungguhnya merupakan bagian bunga yang terpenting, karena dengan adanya alat-alat tersebut dapat kemudian dihasilkan alat-alat perkembangbiakan atau calon tumbuhan baru.
          Berdasarkan alat-alat kelamin yang terdapat pada masing-masing bunga, dapat dibedakan menjadi :
a. Bunga banci atau berkelamin dua (hermaphroditus) yaitu bunga, yang            padanya terdapat benang sari (alat kelamin jantan) maupun putik (alat kelamin   betina). Bunga ini seringkali dinamakan pula bunga sempurna atau bunga lengkap, karena biasanya pun jelas mempunyai hiasan bunga yang terdiri atas         bunga terung (Solanum melongena L.)
b. Bunga berkelamin tunggal (unisexualis), jika pada bunga hanya terdapat salah             satu dari kedua macam alat kelaminnya. Berdasarkan alat kelamin yang ada             padanya dapat dibedakan dalam :
     1) bunga jantan (flos masculus), jika pada bunga hanya terdapat benang sari                             tanpa putik, misalnya bunga jagung yang terdapat dibagian atas tumbuhan.
7
 
     2) bunga betina (flos femineus), yaitu bunga yang tidak mempunyai benang                              sari, melainkan hanya putik saja, misalnya bunga jagung yang tersusun                                 dalam tongkolnya.
     3) bunga mandul atau tidak berkelamin yaitu jika pada bunga tidak terdapat                         baik benang sari maupun putik, misalnya bunga pinggir (bunga pita) pada                              bunga matahari (Helianthus annuus L.).
          Bertalian dengan kelamin bunga yang terdapat pada suatu tumbuhan dapat dibedakan menjadi :
a. berubah satu (monoecus) yaitu tumbuhan yang mempunyai bunga jantan dan   bunga betina pada satu individu misalnya jagung (Zea mays L.).
b. berumah dua (dioecus), jika bunga jantan dan bunga betina terpisah      tempatnya, artinya ada individu yang hanya mendukung bunga jantan saja dan       ada individu yang hanya mendukung bunga betina saja misalnya salak      (Zalacca edulis Reinw.).
c. poligam  (poygamus) yaitu jika pada satu tumbuhan terdapat bunga jantan,        bunga betina, dan bunga banci bersama-sama misalnya pada pepaya (Carica             papaya L.)

ü Benang sari (Stamen)
            Benang sari bagi tumbuhan merupakan alat kelamin jantan. Benang sari merupakan suatu metamorfosis daun, yang bentuk dan fungsinya telah disesuaikan sebagai alat kelamin jantan. Meskipun demikian, benang sari masih dapat terlihat dengan nyata pada bunga jenis tumbuhan tertentu misalnya pada bunga tasbih (Canna indica L.). Pada tumbuhan ini tajuk bunganya justru tidak begitu menarik, tetapi yang berwarna indah dan menarik adalah benang sarinya yang bersifat seperti tajuk bunga.
            Pada benang sari dapat dibedakan menjadi 3 bagian yaitu :
a. tangkai sari (filamentum)
     Tangkai sari yaitu bagian yang berbentuk benang dengan penampang melintang yang umumnya berbentuk bulat. Tangkai sari biasanya duduk terpisah-pisah diatas dasar bunga akan tetapi tidak jarang pula terdapat tangkai sari yang berlekatan satu sama lain. Cara perlekatannya dan panjangnya bagian tangkai sari yang berlekatan amat bermacam-macam.
8
 
    
     Menurut jumlah berkas yang merupakan perlekatan benang-benag sari dapat dibedakan menjadi :
     1). Benang sari berbekas satu atau bertukal satu (monadelphus)
          Jika semua tangkai sari dalam satu bunga berlekatan menjadi satu. Merupakan satu berkas yang tengahnya berongga dan hanya bagian ujung tagkai sari yang mendukung kepala sari. Contohnya pada kembang sepatu (Hisbiscus rosa sinensis L.).
     2). Benang sari berberkas dua atau benang saribertukal dua (diadelphus)
          Jika benang sari terbagi dua kelompok dengan tangkai yang berlekatan dalam masing-masing kelompok. Jumlah tangkai sari dalm satu kelompok tidak perlu sama. Contohnya pada tumbuhan berbunga kupu-kupu (papilionaceae).
     3). Benang sari berberkas banyak atau benang sari bertukal banyak
          Jika dalam suatu bunga yang mempunyai benang sari, tangkai sarinya tersusun menjadi beberapa kelompok atau berkas. Contohnya pada bunga kapuk (Ceiba Petandra Gaertn.).
b. kepala sari (Anthera)
     Kepala sari (anthera) adalah bagian benang sari yang terdapat pada ujung tangkai sari, merupakan suatu badan yang bentuknya bermacam-macam : bulat, jorong, bulat telur, bangun kerinjal, dll. Di dalamnya terdapat 2 ruang sari (techa). Satu ruang terdapat dua kantong sari (loculumentum). Ruang ini adalah tempat terbentuknya serbuk sari atau tepung sari (pollen). Serbuk sari merupakan badan yang amat lembut, jika terpisah-pisah mudah sekali berterbangan karena  tiupan angin, adapula yang bergumpal-gumpal. Jika tiap gumpalan terdiri atas 4 serbuk lazimnya dinamakan : pollen tetrade, tetapi ada pula yang tiap gumpalan itu terdiriatas sejumlah besar serbuk sari yang disebut pollinium seperi pada bunga anggrek.
     Butir-butir serbuk sari seringkali juga berperekat sehingga mudah melekat pada tubuh hewan, misalnya serangga yang datang mengunjungi bunga dan serangga itulah yang membawa serbuk sari kebunga lain dan dengan demikian dapat membantu terlaksananya penyerbukan.
9
 
     Dalam satu bunga umumnya kepala sarinya bebas satu sama lain, jarang sekali menjadi satu. Contoh kepala sari yang berlekatan satu sama lain terdapat pada  bunga matahari (Helianthus annuus L.) yang karena bentuk kepala sari pada bunga ini merupakan suatu badan yang berbentuk tabung.
     Duduknya kepala sari pada bunga bermacam-macam yaitu :
1). Tegak (innatus/basifixus)
     Jika kepala sari dengan tangkainya memperlihatkan batas yang jelas, dan kepala sari bersambungan pada pangkalnya dengan tangkai sari dan dambungan ini tidak memungkinkan pergerakan bagi kepal sarinya.
2). Menempel (adnatus)
     Jika tangkai sari pada ujungnya beralih menjadi penghubung ruang sari atau kepal sari sepanjang penghubung ruang sarinya menempel pada ujung tangkai sari.
3). Bergoyang (versatilis)
     Jika kepala sari melekat pada suatu titik pada ujung tangkai sari, sehingga kepala sari dapat digerak-gerakkan atau bergoyang, contohnya pada Gramineae.
     Jika serbuk sari sudah masak, maka kepala sari lalu pecah untuk memungkinkan keluarnya butir-butir serbuk sari tadi. Agar serbuk sari keluar dari ruag sari, kepal sari dapat membuka dengan jalan yang berbeda-beda, misalnya :
1). Dengan celah membujur (longitudinalter dehiscens), yang menjadi jalan keluarnya serbuk sari dapat :
     1. menghadap ke dalam (introrsum), contohnya terdapat pada golongan suku                            Compositae, misalnya bunga matahari.
     2. menghadap ke samping (lateraliter), misalnya pada Begonia.
     3. menghadap keluar (extrorsum), misalnya pada bunga semprit (Belamcanda                            chinensis Leman).
2). Dengan celah yang melintang (transversaliter dehiscens), yang tidak banyak   terdapat, sebagai contoh misalnya pada beberapa tumbuhan suku            Euphorbiaceae.
3). Dengan serbuk liang pada ujung pada ujung atau pangkal kepala sari        (poris dehiscens), seperti terdapat pada kentang (Solanum tuberosum L.)
4). Dengan kelep atau katup-katup (Valvis dehiscens) yang jumlahnya satu       atau lebih, misalnya pada keningar (Cinnamomum zeylanicum Breyn)


10
 
 
c. Penghubung Ruang Sari (Connectivum)
     Biasanya kecil saja, hingga sering kali tidak begitu terang. Hal itu dikarenakan bagian ruang sari yang berlekatan satu sama lain hanya sempit sekali dan kepal sarinya berbentuk silang, contohnya pada rumput. Namun ada kalanya terlihat jelas, hingga kedua ruang sarinya berjauhan satu sama lain. Pada penghubung ruang sari terdapat alat-alat tambahan. Pada penghubung ruang sari ini seringkali terdapat alat-alat tambahan, misalnya pada bunga biduri (Calotropis giganteae).
          Walaupun telah dikemukakan bahwa semua bagian bunga , jadi benang sari juga didukung oleh dasar bunga tetapi tampaknya benang sari tidak selalu demikian duduknya. Mengenai duduknya benang sari dibedakan menjadi 3 macam yaitu :
1). Benang sari jelas duduk pada dasar bunga
     Tumbuhan dengan bunga demikian oleh DE CANDOLLE dinamakan : Thalamiflorae, misalnya Jeruk (Citrus sp.).
2). Benang sari tampak seperti duduk di atas kelopak
     Seperti yang kita lihat pada bunga yang perigin atau epigin. Tumbuhan demikian oleh DE CANDOLLE dinamakan : Calyciflorae, misalnya mawar (Rosa hybrida.).
3). Benang sari duduk di atas tajuk bunga
     Tumbuhan yang demikian disebut : Corolliflora, antara lain anggota-anggota suku Boraginaceae, misalnya buntut tikus (Heliotropium indicum L.)
     Suatu sifat bunga yang penting yang berhubungan dengan benang sari ialah jumlahnya benang sari pada bunga. Sifat ini dipandang demikian pentingnya sehingga dalam masa silam pernah dijadikan dasar dalam pengklasifikasian tumbuhan (LINNAEUS).
     Mengenai jumlah benang sari pada bunga umumnya dibedakan menjadi 3 golongan yaitu :
1). Benang sari banyak
     Benang sari banyak yaitu jika dalam suatu bunga terdapat lebih dari 20 benang sari seperti terdapat pada jambu-jambuan (Myrtaceae), misalnya jambu biji (Psidium guajava L.).


11
 
 
2). Jumlah benang sari 2 x lipat jumlah daun tajuknya
     Dalam hal yang seperti ini benang sari biasanya tersusun dalam dua lingkaran, jadi ada lingkaran luar dan lingkaran dalam. Jika duduknya msaing-masing benang sari kita teliti dengan seksama, maka mengenai duduknya benang sari terhadap daun-daun tajuk ada dua kemungkinan :
     a). Diplostemon (diplostemonosus), yaitu benang sari berada di lingkaran luar              duduk berseling dengan daun-daun tajuk. Misalnya pada kembang merak                              (Caesalpinia pulcherrima Swartz.)
     b). Obdiplostemon (Obdiplostemonosus), jika keadaan sebaliknya, artinya                               benang-benang sari pada lingkaran dalamlah yang duduk berselang-seling                                  dengan daun-daun tajuknya. Contohnya pada bunga geranium                                      (Pelargonium odoratissimum Hort.)
3). Benang Sari sama banyaknya dengan daun tajuk
      Yang kemudian dibedakan menjadi :
     a). Episepal (episepalus) artinya berhadapan dengan daun-daun kelopak.                                    Berarti pula berseling dengan daun-daun tajuk.
     b). Epipetal (epipetalus) artinya berhadapan dengan daun-daun tajuk. Berarti                             berseling dengan daun-daun kelopak.
          Berdasarkan dengan panjang pendeknya benang sari terdapat pada satu bunga, antara lain dapat dibedakan menjadi :
1). Benang sari panjang dua (didynamus)
     Jika dalam suatu bunga terdapat misalnya 4 benang sari, dan dari benang sari itu yang 2 panjang sedangkan 2 yang lain pendek. Contohnya terdapat pada tumbuhan suku Labiate, misalnya kemangi (Ocimum basilicum L.).
2). Benang sari panjang empat (tetradynamus)
     Jika misalnya dalam satu bunga terdapat enam benang sari, dan dari enam benang sari itu 4 yang panjang, 2 yang lain pendek. Contohnya yang terdapat di daun lobak (Raphanus Sativus L.).
     Umumnya, benang sari terpisah dengan putik. Namun ada pula kalanya benang sari berlekatan dengan putik membentuk suatu badan dinamakan ginostemium (gynostemium).


12
 
 
ü  Putik (Pistillum)
            Putik tersusun atas daun-daun yang mengalami metamorfosis, yaitu daun buah (carpellum). Putik merupakan alat kelamin betina yang salah satu bagiannya mengandung sel telur yang telah dibuahi inti sperma dan akan berkembang menjadi lembaga. Lembaga inilah yang nantinya akan menjadi tumbuhan baru.
            Adapun bagian-bagian dari putik yaitu :
a. Bakal buah (ovarium)
     Bakal buah merupakan bagian putik yang membesar dan duduk pada dasar bunga. Didalam bakal buah terdapat calon biji atau bakal biji (ovulum), yang bakal biji itu teratur pada tempat-tempat tertentu dalam bakal buah tadi. Bagian yang merupakan pendukung bakal biji disebut tembuni (placenta).
     Menurut letaknya terhadap dasar bunga dapat dibedakan menjadi :
1). Bakal buah menumpang (superus), yaitu jika bakal buah duduk diatas dasar    bunga lebih tinggi, sama tinggi atau lebih rendah daripada tepi dasar bunga.             Biasanya bakal buah yang menumpang kita dapati pada bunga yang dasar       bunga nya cembung, rata, cekung dangkal seperti cawan.
2). Bakal buah setengah tenggelam (hemi inferus), jika duduknya bakal buah         selalu lebih rendah daripada tepi dasar bunga. Dan sebagian dinding bakal buah          berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk atau piala.
3). Bakal buah tenggelam (inferus), seperti pada a dan b, tetapi seluruh bagian       samping bakal buah berlekatan dengan dasar bunga yang berbentuk mangkuk           atau piala tadi.
     Jika pada bunga terdapat daun-daun buah yang tidak berlekatan satu sama lain, maka bakal buah atau putiknya bersifat : apokarp (pistillum apocarpum). Jika bakal buah terdiri atas beberapa daun buah yang berlekatan satu sama lain, maka bakal buah (putiknya) dinamakan senokarp (pistillum coenocarpum). Jika perlekatan daun-daun buah itu hanya merupakan satu putik dengan satu ruang saja disebut parakarp (pistillum paracarpum), tetapi jika dari perlekatan daun-daun buah itu terbentuk putik dengan jumlah ruang yang sesuai dengan jumlah daun buahnya maka bakal buah disebut sinakarp (pistillum syncarpum).
13
 
    
     Berdasarkan jumlah ruang yang terdapat dalam bakal buah, bakal buah dapat dibedakan menjadi :
1). Bakal buah beruang satu (unicolaris), dapat tersusun dari 1 daun buah saja.     Misal pada polong (Leguminosae). Dapat pula tersusun lebih dari 1 daun buah.             Misal bunga papaya (Carica papaya).
2). Bakal buah beruang dua (bilocularis), tersusun atas 2 daun buah. Misalnya      pada suku Brassicaceae (kubis dan sejenisnya).
3). Bakal buah beruang tiga (trilocularis), terjadi dari 3 da-un buah yang               tepinya melipat kedalam dan belekatan, sehingga terbentuk bakal buah dengan      3 sekat. Misalnya pada suku getah-getahan (Euphorbiaceae).
4). Bakal buah beruang banyak (multilocularis), bakal buah yang tersusun atas     banyak daun buah yang berlekatan dan membentuk banyak sekat.      Misalnya durian (Durio ziberthinus). 
            Sekat yg membagi bakal buah menjadi beberapa ruang dibedakan dalam : 1). Sekat sempurna (septum completus)
     Jika sekat ini benar-benar membagi bakal buah menjadi lebih dari pada satu ruang dan ruang-ruang yang terjadi tidak lagi mempunyai hubungan satu sama lain. Berdasarkan asalnya pula dapat sekat ini dapat dibedakan lagi menjadi :
a) Sekat asli (septum) yaitu jika sekat ini berasal dari sebagian daun buah yang melipat kedalam yang lalu berubah menjadi sekat, misalnya pada durian (Durio ziberthinus).
b) Sekat semu (septum spuris) yaitu jika sekat tadi bukan merupakan sebagian daun buah tetapi misalnya terdiri atas suatu jaringan yang terbentuk oleh dinding bakal buah. Bakal buah dengan sekat semu dapat ditemukan misalnya pada bunga kecubung (Datura metel).
2). Sekat tidak sempurna (septum incompletus)
     Jika sekat-sekat yang membagi bakal buah menjadi beberapa ruang tetapi ruang-ruang itu masih ada hubungannya satu sama lain. Sekat ini dapat pula berasal dari suatu bagian daun buah dan mempunyai asal yang lain pula.
14
 
            Didalam bakal buah tadi terdapat bagian yang disebut tebuni (placenta) yang menjadi pendukung bakal biji atau tempat duduknya bakal biji. Letak tembuni didalam bakal buah juga berbeda-beda yaitu dapat dibedakan menjadi :
1). marginal (marginalis), bila letaknya pada tepi daun buah
2). laminal (lamnalis), bila letaknya pada helaian daun buahnya
            Untuk bakal buah yang hanya terdiri atas satu ruang, maka kemungkinan letak tembuninya adalah :
1). Parietal (parietalis), yaitu jika pada dinding bakal-bakal buah yang jika             diperhtikan pula bagaimana letaknya pada daun buah, dapat dibedakan lagi         menjadi :
·         Pada dinding tepi daun buah (perientalis-marginalis)
·         Pada dinding di helaian daun buah (parientalis-laminalis)
2). Sentral (centralis) yaitu dipusat atau diporos,bila tembuni terdapat ditengah-    tengah rongga bakal buah yang beruang satu. Biasanya berbentuk silinder      dengan bakal biji menghadap kearah dinding bakal buah.
3). Aksilar (axillaris) yaitu disudut tengah. Biasanya pada tepi daun buah, jadi      bersifat marginal.
           
b. Tangkai kepala putik (stylus)
     Tangkai kepala putik merupakan bagian putik yg biasanya berbentuk benang dan merupakan lanjutan bakal buah keatas. Tangkai kepala putik berbentuk benang atau buluh yg dalamnya berongga. Ada kalanya tangkai kepala putik memperlihatkan sebagai metamorfosis daun. Mempunyai bentuk yg pipih lebar seperti daun. Misalnya bunga tasbih (Canna sp). Tangkai kepala putik lebih panjang daripada tangkai sari. Sehubungan dengan itu letak kepala putik lebih tinggi, sama tinggi, atau lebih rendah daripada kepala sarinya. Hal ini berpengaruh terhadap masalah penyerbukan bunga yang bersangkutan.

c. Kepala putik (stigma)
     Kepala putik adalah bagian putik paling atas yg terdapat pada ujung tangkai kepala putik. Yang berguna untuk menangkap serbuk sari. Jika kepala putk sudah siap untu diserbuki maka biasanya berperekat dan dengan demikian serbuk sari yang oleh karena sesuatu sebab jatuh padanya, tidak akan dapat terlepas lagi.



15
 
 
Bentuk kepala putik sesuai dengan cara penyerbukan pada bunga yaitu :
1)      Seperti benang, misal bunga jagung (Zea mays)
2)      Seperti bulu ayam, misal bunga padi (Oryza sativa)
3)      Seperti bulu-bulu, misal bunga kecipir (Psophocarpus tetragonolobus)
4)      Bulat, misal bunga jeruk (Citrus sp)
    
ü Kelenjar madu (Nectarium)
          Kelenjar madu merupakan metamorfosis salah satu bagian bunga yang dapat berasal dari  daun mahkota, benang sari dan bagian-bagian lain pada bunga. Madu yang terdapat pada bunga biasanya dihasilkan oleh kelenjar madu (nectarium) yag berdasarkan asalnya dapat dibedakan menjadi :
1). Kelenjar madu yang merupakan suatu bagian khusus (suatu alat tambahan)        pada bunga
2). Kelenjar madu yang terjadi dari salah satu bagian bunga yang telah mengalami metamorfosis dan telah berubah pula tugasnya.
          Mengenai bentuk dan tempatnya dapat dibedakan menjadi :
1). Seperti subang diatas bakal buah dan melingkari tangkai kepala putik misalnya pada bunga jeruk (Citrus sp.)
2). Seperti cakram pada dasar bunga, disebelah bawah bakal buah

B. Fungsi Bunga
     Bunga merupakan modifikasi suatu tunas (batang dan daun) yang bentuk, warna, dan susunannya disesuaikan dengan kepentingan tumbuhan. Oleh karena itu,  bunga ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan maka pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai penghasil alat perkembangbiakan.





16
 
 
     Pada umumnya, bunga mempunyai sifat-sifat seperti berikut:
1) Mempunyai warna menarik.
2) Biasanya berbau harum.
3) Bentuknya bermacam-macam.
4) Biasanya mengandung madu.

C. Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada Suatu Tumbuhan
     Pada suatu tumbuhan ada kalanya hanya terdapat satu bunga saja, misalnya bunga cokelat (Zephyrantus rosea Lindi.), tetapi umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan banyak bunga. Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) sedang lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).
     Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang, jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga-bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang. Jadi menurut tempatnya pada tumbuhan, kita dapat membedakan :
1).Bunga pada ujung batang (flos terminalis), misalnya bunga cokelat          (Zephyrantus rosea Lindi.) Dan kembang merak (Caesalpinia pulcherrima         Swartz.).
2). Bunga diketiak daun (flos lateralis atau flos axillaris), misalnya pada kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) dan kembang telang (Clitoria ternatea L.).
     Selain itu pada suatu tumbuhan dapat kita lihat bahwa bunganya yang besar jumlahnyaitu dapat :
1). Terpencar atau terpisah-pisah (flores sparsi), misalnya pada kembang sepatu      (Hibiscus rosa-sinensis L.)
2). Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam.             Suatu rangkaian bunga dinamakan pula : bunga majemuk (anthotaxis atau    inflorescentia), misalnya pada kembang merak (Caesalpinia pulcherrima     Swartz.).




17
 
 
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Struktur Bunga : Bunga pada umumnya terdiri dari bagian steril dan bagian fertil. Adapun penjelasan dari bagian-bagian tersebut yaitu sebagai berikut:
1.      Bagian Steril yaitu Ibu tangkai bunga ,Tangkai bunga ,Dasar bunga
2.        Bagian fertil yaitu Bagian bunga fertil terdiri dari mikrosporofil sebagai benang sari dan makrosporofil sebagai putik (pistillum) dengan daun buah sebagai penyusunnya.
            Fungsi Bunga bunga ini berfungsi sebagai tempat berlangsungnya penyerbukan dan pembuahan yang akhirnya dapat dihasilkan alat-alat perkembangbiakan. Mengingat pentingnya bunga bagi tumbuhan maka pada bunga terdapat sifat-sifat yang merupakan penyesuaian untuk melaksanakan fungsinya sebagai penghasil alat perkembangbiakan. Pada umumnya, bunga mempunyai sifat-sifat seperti berikut:
1) Mempunyai warna menarik.
2) Biasanya berbau harum.
3) Bentuknya bermacam-macam.
4) Biasanya mengandung madu.
 Jumlah Bunga dan Tata Letaknya pada Suatu Tumbuhan
Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora) sedang lainnya tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora). Jika suatu tumbuhan hanya mempunyai satu bunga saja, biasanya bunga itu terdapat pada ujung batang, jika bunganya banyak, dapat sebagian bunga-bunga tadi terdapat dalam ketiak-ketiak daun dan sebagian pada ujung batang atau cabang-cabang.  Selain itu pada suatu tumbuhan dapat kita lihat bahwa bunganya yang besar jumlahnyaitu dapat :
1). Terpencar atau terpisah-pisah (flores sparsi),
2). Berkumpul membentuk suatu rangkaian dengan susunan yang beraneka ragam.   Suatu rangkaian bunga dinamakan pula : bunga majemuk (anthotaxis atau inflorescentia)


18
 
 
SARAN
          Penting untuk mempelajari stuktur bunga baik itu secara morfologi nya,fungsi dan manfaat hingga letaknya pada tumbuhan, guna untuk menambah pengetahuan kita akan tumbhna dan bagian-bagiannya terutama pada organum reproduktivum.




























19
 
 
DAFTAR PUSTAKA

Tjitrosoeputro, Gembong.1985. Morfologi Tumbuhan.Yogyakarta :UGM


















20
 
 













Tidak ada komentar:

Posting Komentar