MAKALAH
STRUKTUR HEWAN
SISTEM PERNAPASAN PADA
HEWAN INVERTEBRATA
Dosen Pengampu :
Dr. AFRENI HAMIDAH, S.
Pt., M. Si
Disusun Oleh :
Kelompok 5
Nama Anggota Kelompok :
1.
Indah Sukma Dewi (A1C414007)
2.
Rara Virnalia (A1C411063)
3.
Tiara Putri Utami (A1C414009)
4.
Lega Sukma (A1C414021)
5.
Nursamsi (A1C414042)
6.
Emelia Octoviany (A1C414035)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2014/2015
KATA PENGANTAR
“Bismillahirrahmanirrahim”
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan Alam Nabi Muhammad SAW, para sahabat serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Alhamdulillahirobbil’alamiin, tiada
kata yang dapat penulis sampaikan selain ucapan syukur kehadirat Allah SWT,
karena hanya dengan ridho-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penyusunan
makalah struktur hewan tentang sistem pernafasan pada hewan invertebrata.
Dalam penulisan makalah ini penulis tidak lepas dari berbagai hambatan
dan rintangan, namun berkat bantuan dari berbagai pihak maka segala macam
hambatan dapat teratasi. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan
terimakasih, semoga Allah SWT memberikan balasan atas kebaikan dengan limpahan
rahmat-Nya.
Namun tidak lepas dari semua
itu, saya menyadari bahwa masih ada beberapa kekurangan baik dari segi
penyusunan bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada
dan tangan terbuka saya menerima kritik dan saran yang membangun dari para pembaca. Semoga penyusunan makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Penyusun
ii
|
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.......................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang............................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah........................................................................
2
C. Tujuan..........................................................................................
2
D.
Manfaat........................................................................................
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Organ pernapasan pada hewan................................... 3
B. Pengertian Hewan Invertebrata.............................................
4
C.
Sistem Pernafasan
Pada Hewan Invertebrata................................. 4
1. Sistem Pernafasan pada
Porifera................................................ 4
2.
Sistem Pernapasan pada Coelenterata........................................ 5
3. Sistem Pernafasan pada
Platyhelminthes................................... 6 4. Sistem Pernafasan pada Nemathelminthes.................................
7
5. Sistem Pernafasan
pada Annelida.............................................. 7
6. Sistem Pernafasan
pada Mollusca.............................................. 7
7. Sistem Pernafasan
pada Echinodermata.................................... 8
8. Sistem Pernafasan
pada Arthropoda.......................................... 9
9. Sistem Pernafasan
pada Protozoa.............................................. 12
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................
14
B. Saran............................................................................................
15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 16
iii
|
1
|
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem respirasi memiliki fungsi
utama untuk memasok oksigen ke dalam tubuh serta membuang CO2 dari
dalam tubuh. Kita sering mendengar istilah respirasi eksternal dan
internal. Pada dasarnya, pengertian respirasi eksternal sama dengan bernapas, sedangkan
respirasi internal atau respirasi seluler ialah proses penggunaan oksigen oleh
sel tubuh dan pembuangan zat sisa metabolisme sel yang berupa CO2. Penyelenggaraan respirasi harus
didukung oleh alat pernapasan yang sesuai, yaitu alat yang dapat digunakan oleh
hewan untuk melakukan pertukaran gas dengan lingkungannya. Alat yang dimaksud dapat berupa alat
pernapasan khusus ataupun tidak.
Oksigen yang diperoleh hewan dari
lingkungannya digunakan dalam proses fosforilasi oksidatif untuk menghasilkan
ATP. Sebenarnya, hewan dapat menghasilkan ATP tanpa oksigen. Proses semacam itu disebut respirasi
anaerob. Akan tetapi, proses tersebut tidak dapat menghasilkan ATP dalam jumlah
banyak. Respirasi yang dapat menghasilkan ATP dalam jumlah banyak ialah
respirasi aerob. Dalam proses anaerob, sebuah molekul glukosa hanya
menghasilkan dua molekul ATP, sementara dalam proses aerob, molekul yang sama
akan menghasilkan 36 atau 38 molekul ATP.Oleh karena itu, hampir semua hewan
sangat sangat bergantung pada proses respirasi(pembentukan ATP) secara aerob. Respirasi sel (internal) akan
menghasilkan zat sisa berupa CO2 dan air,yang harus segera dikeluarkan dari sel (Isnaeni, 2006:191-192).
Pertukaran
gas oksigen dan karbondioksida yang terjadi dalam setiap tubuh hewan kemungkinan
dapat berbeda. Perbedaan tersebut terjadi karena ada nya perbedaan organ
yang digunakan dalam proses bernapas. Selain itu, habitat hewan tersebut
juga turut membedakan mekanisme pernapasannya. Sebagai contoh, hewan yang
hidup di perairan memiliki mekanisme pernapasan yang berbeda dengan
hewan yang hidup di daratan.
2
|
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan
masalah dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Apakah pengertian dari organ pernapasan dan sistem
pernapasan?
2. Apakah pengertian dari hewan
invertebrata?
3. Bagaimanakah mekanisme sistem
pernapasan pada hewan invertebrata?
C. Tujuan Penulisan Makalah
Adapun tujuan
dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Untuk menjelaskan tentang organ pernapasan dan sistem
pernapasan.
2. Untuk menjelaskan tentang hewan
invertebrata.
3. Untuk menjelaskan tentang mekanisme sistem
pernapasan pada hewan invertebrata.
D. Manfaat Penulisan Makalah
Adapun
manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1.
Bagi mahasiswa
Manfaatnya
adalah sebagai sumber informasi dan bahan yang diharapkan bermanfaat untuk pembelajaran.
2. Bagi masyarakat
Manfaatnya adalah sebagai sumber informasi mengenai organ
maupun sistem pernafasan khususnya hewan invertebrata.
3
|
PEMBAHASAN
A. Pengertian Organ Pernapasan dan Sistem
Pernapasan pada Hewan
Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk
memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya
adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan
O2 yang
diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang
disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan
dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang
secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air.
Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk
dalam reaksi-reaksi respirasi
(Anonim, 2008).
Alat respirasi adalah alat atau
bagian tubuh tempat O2 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya CO2 dapat berdifusi keluar. Alat
respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain,
ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan paruparu buku, bahkan ada
beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi
langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu,
porifera, dan coelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari
lingkungan melalui rongga tubuh.
Respirasi pada hewan merupakan
proses yang diatur oleh saraf untuk mencukupi kebutuhan akan oksigen dan
membuang CO2 secara efektif. Pengaturan respirasi dapat berlangsung
secara kimiawi maupun saratif. Pembuangan CO2 dan
pemasokan oksigen harus sesuai dengan kebutuhan tubuh hewan, yang dari waktu ke
waktu dapat sangat bervariasi. Pada saat laju metabolisme meningkat, kebutuhan
oksigen dan pembentukan karbondioksida juga meningkat. Apabila saat tersebut
darah tidak mengandung cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhannya, hewan akan
mengalami kondisi hipoksa atau bahkan asfiksia (keadaan tidak terdapat oksigen
dalam jaringan tubuh). Sebaliknya, apabila kadar oksigen dalam sel/tubuh
terlalu tinggi, dapar terjadi oksidasi yang tidak diharapkan, yang dapat
mengakibatkan kehancuran sel-sel tubuh. Pasokan oksigen yang tidak memadai
npada umumnya berkaitan erat dengan adanya timbunan karbondioksida. Sementara
itu, tumbunan karbondioksida dalam tubuh dapat meninbulkan berbagai gangguan
yang tidak diinginkan, antara lain gangguan metabolisme seperti telah diuraikan
sebelumnya.
4
|
B. Pengertian
Hewan Invertebrata
Hewan
invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Berasal dari
bahasa latin yaitu “in” yang artinya tanpa, dan “vertebrae” yang artinya tulang
belakang. Pada umumnya hewan ini memiliki struktur morfologi , sistem
pernafasan dan sistem peredaran darah yang lebih sederhana dari hewan
vertebrata. Hewan invertebrata terdiri atas beberapa fillum yaitu :
a. Filum Porifera
b. Filum Cnidaria
c. Filum Molusca
d. Filum Platyhelminthes
e. Filum Annelida
f. Filum Arthropoda
g. Filum Nemathehelminthes
h. Filum Echinidermata
Adapun
ciri-ciri dari hewan invertebrata :
a. tidak memiliki dinding sel yang menyokong tubuhnya
b. sebagian besar tubuhnya tersusun atas protein
struktural oksigen
c. memakan bahan organik yang terurai
C. Sistem
Pernafasan Pada Hewan Invertebrata
1. Sistem Pernafasan pada Porifera
Porifera bernapas dengan cara
memasukkan air melalui pori-pori (ostium) yang terdapat pada seluruh permukaan
tubuhnya, masuk ke dalam rongga spongocoel. Proses pernapasan selanjutnya
dilakukan oleh sel leher (koanosit), yaitu sel yang berbatasan langsung dengan
rongga spongocoel. Aliran air yang masuk melalui ostium menuju rongga
spongocoel membawa oksigen sekaligus zat-zat makanan (Anonim, 2009).
5
|
Pengikatan O2 dan pelepasan CO2 dilakukan oleh sel leher
(koanosit). Selain melakukan fungsi pernapasan, sel leher sekaligus melakukan
proses pencernaan dan sirkulasi zat makanan. Selanjutnya, air keluar melalui
oskulum.
Sebetulnya
spons tidak mempunyai alat atau organ pernafasan khusus, kendati demikian
mereka dalam hal respirasi bersifat aerobik. Dalam hal ini yang bertugas
menangkap/mendifusikan oksigen yang terlarut di dalam air medianya bila di
jajaran luar adalah sel-sel epidermis (sel-sel pinakosit), sedangkan pada
jajaran dalam yang bertugas adalah sel-sel leher (khoanosit) selanjutnya
oksigen yang telah berdifusi ke dalam kedua jenis sel tersebut diedarkan ke
seluruh tubuh oleh amoebosit. Berhubung hewan spons bersifat sesil artinya
tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya sepenuhnya tergantung
akan kaya tidaknnya kandungan material (oksigen, partikel makanan) dari air
yang merupakan medianya, maka ketika Porifera masih dalam fase larva yang
sanggup mengadakan pergerakan yaitu berenang-renang mengenbara kian kemari dengan
bulu-bulu getarnya, ia akan memilih tempat yang strategis dalam arti yang kaya
akan kandungan material yang dibutuhkan untuk kepentingan hidup.
Bila
air yang merupakan media hidupnya itu mengalami penyusutan kandungan
oksigennya, maka hal ini akan mempengaruhi kehidupan Porifera yang
bersangkutan, artinya tubuhnya juga akan mengalami penyusutan sehingga menjadi
kecil dan bila kekurangan sampai melampaui batas toleransinya maka Poriferanya
akan mati.
2. Sistem Pernapasan pada Coelenterata (Hewan Berongga)
Hewan Hydra “pertukaran gas
pada hydra terjadi secara langsung pada permukaan tubuhnya. Hal ini karena Hydra
tidak mempunyai organ khusus untuk pernafasan, pembuangan hasil ekskresi, dan
juga tidak mempunyai darah serta sistem peredaran darah. Semua organ-organ itu
bagi Hydra tidak diperlukan, sebab tubuhnya tersusun atas deretan
sel-sel yang sebagian besar masih bebas bersentuhan langsung dengan air yang
ada di sekitarnya. Di samping itu dinding tubuh Hydra merupakan dinding
yang tipis, oleh sebab itu pertukaran gas oksigen dan karbondioksida maupun
zat-zat sampah dari bahan nitrogen tidak menjadi persoalan bagi tubuh Hydra.
6
|
·
Hewan Scypozoa “seperti halnya hydra, Ubur-ubur ini tidak mempunyai alat
respirasi maupun ekskresi yang khusus. Kedua proses tersebut dilakukan secara
langsung melalui seluruh permukaan tubuhnya. Dalam hal ini sistem saluran air
dan sistem saluran gastrovaskular sangat membantu dalam memperlancar proses
respirasi maupun ekskresi (Suripto, 2000).
Gas-gas O2 yang terlarut
di dalam air akan masuk secara difusi masuk kedalam lapisan epidermis maupun
gastrodermis tubuh ubur-ubur. Sebaliknya gas-gas O2 yang dihasilkan
dari proses respirasi akan dikeluarkan dari tubuhnya secara difusi. Demikian
halnya dengan zat-zat sampah, terutama yang berupa zat-zat nitrogen sebagai
sisa-sisa metabolisme, akan dibuang secara langsung oleh sel-sel epidermis
maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh.
3. Sistem
pernapasan pada Platyhelminthes
Filum Platyhelminthes yaitu Planaria. Pada Planaria, O2
yang terlarut di dalam air berdifusi melalui permukaan tubuhnya. Demikian juga
dengan pengeluaran CO2.
Pada cacing tanah, O2 berdifusi melalui permukaan
tubuhnya yang basah, tipis, dan memiliki pembuluh-pembuluh darah. Selanjutnya,
O2 diedarkan keseluruh tubuh oleh
sistem peredaran darah. CO2
sebagai sisa pernapasan dikeluarkan dari jaringan oleh pembuluh darah, kemudian
keluar melalui permukaan tubuh secara difusi. Permukaan tubuh cacing tanah
selalu basah. Hal ini berfungsi untuk mempermudah proses difusi O2 melalui permukaan tubuhnya.
Cacing pipih belum memiliki alat
pernafasan khusus. Pengambilan oksigen bagi anggota yang hidup bebas dilakukan
secara difusi melalui permukaan tubuh. Sementara anggota yang hidup sebagai
endoparasit bernafas secara anaerob, artinya respirasi berlangsung tanpa
oksigen. Hal ini terjadi karena cacing endoparasit hidup pada lingkungan yang
kekurangan oksigen.
7
|
Melalui
kulitnya, oksigen dari luar ke dalam tubuh secara difusi. Hemoglobin yang
terkandung dalam darah akan mengikat oksigen tersebut untuk dialirkan ke
seluruh tubuh. Sementara, hasil metabolisme yang berupa karbon dioksida
dikeluarkan melalui permukaan tubuh cacing. Pertukaran gas melewati
permukaan tubuh pada cacing ini dinamakan juga pernapasan integumenter.
4. Sistem pernapasan pada Nemathelminthes
Cacing Ascaris tidak
mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara anaerob. Energi diperoleh
dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang diekskresikan
melalui kutikula. Namun sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi oksigen
kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu diambil oleh
hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuh dan cairan pseudocoelom.
5. Sistem
pernapasan pada
Annelida
Cacing tanah bernapas dengan
kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab, tipis, banyak mengandung kapiler-kapiler
darah. Pada beberapa Annelida bernapas dengan insang, misalnya
Annelida yang hidup di air yaitu Polychaeta
(golongan cacing berambut banyak) contohnya pada spesies Nereis virens ini bernapas menggunakan sepasang porapodia yang berubah menjadi insang.
6.
Sistem Pernapasan pada Mollusca
Sebagian besar Mollusca organ
respirasinya adalah insang. Hewan bertubuh lunak
(Mollusca) yang hidup di air, seperti siput, cumi-cumi, dan kerang (Bivalvia) bernapas menggunakan
insang. Aliran air masuk ke dalam insang dan terjadi pertukaran udara
dalam lamela insang. Mollusca yang hidup di darat, seperti
siput darat (bekicot) bernapas menggunakan paru-paru. Insang diadaptasikan untuk pertukaran gas oksigen dan
kabondioksida dalam air melalui permukaan insang yang luas dan berbentuk
membran yang tipis. Pada Mollusca, insang disebut juga ktinidium (Yunani : kteis; sebuah sisir). Ktenidia terdiri atas
sebuah filamen (= lamela) yang ditutupi silia. Gerakan silia menyebabkan air
melintasi permukaan filamen, oksigen berdifusi melintasi membran menuju ke
darah, dan karbondioksida berdifusi keluar. Pada beberapa Mollusca seperti
remis dan bivalvia lain, silia pada insang juga berperan menyaring partikel
makanan, kemudian mengirimnya ke mulut dalam bentuk benang lendir. Setelah
insang aliran air biasanya menuju anus dan saluran keluar ginjal sambil membawa
bahan yang akan dibuang. Pada beberapa Mollusca, air masuk melalui incurent
siphon dan keluar melalui excurent siphon. Sebelum mencapai insang aliran air
yang masuk dideteksi oleh organ sensorik (osphradium) yang dapat berfungsi
mendeteksi endapan lumpur, makanan atau predator.
8
|
7. Sistem Pernapasan pada Echinodermata
Hewan-hewan Echinodermata hidup di air laut, contohnya bintang
laut, landak laut, dan mentimun laut. Hewan-hewan ini bernapas dengan insang
dermal atau insang kulit. Organ respirasi pada Asterias
adalah insang, atau papula dan kaki tabung. Papula
merupakan organ respirasi utama.
Mereka adalah sederhana, kontraktil, transparan, hasil pertumbuhan dari dinding
tubuh pada permukaan aboral mempunyai ephithelium bersilia pada permukaan
sebelah luar dan sebelah dalamnya. Itu merupakan derivat atau perubahan lanjut
dari coelom dan sisa lumennya berhubungan langsung dengan coelom. Pertukaran O2
dan CO2 terjadi di antara air laut dan cairan tubuh dari insang-insangnya.
Silia pada epithelium mempunyai peranan vital dalam menggerakkan cairan coelom
dan dalam menciptakan air untuk pernapasan keluar masuk di dalam air laut. Di
samping dindingnya tipis, kaya akan percabangan dan bagian-bagian tubuh lembab, juga bertindak
sebagai organ-organ respirasi.
9
|
Filum
Arthropoda meliputi 4 kelas, yaitu:
a. Crustacea
(golongan udang dan kepiting) bernapas dengan insang.
Pada golongan Crustacea
(udang-udangan), seperti udang dan ketam, ber-napas dengan insang
buku. Insang buku ini tumbuh dari dasar anggota tubuh dan dinding
tubuh yang berdekatan, dan menjulur ke atas ke dalam ruang brankial. Tiap
insang terdiri atas sumbu sentral tempat pertautan lamela atau filamen.
Aliran air dihasilkan oleh gerakan mendayung dari insang timba, yaitu
suatu penjuluran berbentuk bulan sabit dari salah satu penjuluran mulut
(maksila kedua).
Pada udang,
air masuk ke dalam ruang brankial di belakang karapaks dan di antara
kaki. Selanjutnya, saluran di dalam sumbu insang membawa darah ke dan dari
ruang di dalam lamela, pertukaran udara pernapasan
berlangsung melalui dinding tipis lamela. Keluar masuknya
udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur.
Baik paru-paru
buku maupun insang buku, keduanya mempunyai fungsi yang sama seperti
fungsi paru-paru pada Vertebrata.
b. Myriapoda
(golongan lipan dan luwing) bernapas dengan trakea.
c. Arachnida
(golongan laba-laba dan kalajengking)
bernapas dengan paru- paru
buku.
Laba-laba
(Arachnida) dan kalajengking (Scorpionida) bernapas dengan
paru-paru buku. Paru-paru buku ini merupakan invaginasi (pelekukan ke
dalam) abdomen. Paru-paru buku memiliki banyak lamela seperti
halaman buku yang dipisahkan oleh batang-batang sehingga udara dapat
bergerak bebas. Udara dari luar, masuk melalui spirakel secara difusi.
Selanjutnya, udara masuk di antara sel-sel lamela dan
berdifusi dengan pembuluh darah di sekitar lamela.
d. Insecta (golongan serangga) bernapas dengan trakea.
Serangga
memiliki organ pernapasan yang khas. Pertukaran oksigen dan karbon
dioksida dilakukan melalui trakea. Trakea merupakan bagian tubuh
serangga yang terbuat dari pipa/tabung udara. Jumlah trakea di dalam tubuh
serangga sangat banyak. Oleh karena itu, sistem pernapasan serangga
dinamakan sistem trakea.
10
|
Trakeola juga
ini akan terhubung dengan membran sel. Trakeola memiliki ujung kecil
tertutup dan mengandung cairan dengan warna biru gelap. Oksigen akan
berdifusi masuk ke dalam sel tubuh melalui trakeola, sedangkan
karbondioksida akan berdifusi keluar. Setelah melewati trakeola,
karbondioksida akan dikeluarkan ke lingkungan melewati trakea.
Apabila serangga
sedang aktif dan menggunakan banyak oksigen, sebagian besar cairan yang
berwarna biru akan ditarik ke dalam tubuh. Akibatnya, luas permukaan udara yang
berkontak langsung dengan sel menjadi semakin luas. Seekor serangga
yang sedang terbang mempunyai laju metabolisme lebih tinggi
dibandingkan saat istirahat. Otot akan berkontraksi dan berelaksasi se-cara bergantian
sehingga tubuh bisa memampat dan menggembung. Oleh karenanya udara akan
secara cepat terpompa melalui sistem trakea.
Sebagian besar
serangga hidup di daratan. Namun, ada juga serangga yang hidup pada
perairan seperti larva capung.
Proses respirasi pada serangga, sama
dengan pada organisme lain, merupakan proses pengambilan oksigen (O2),
untuk diproses dalam mitokhondria. Baik se-rangga terestrial maupun akuatik
membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun pada keduanya
terdapat perbedaan jelas: di udara terdapat kl. 20% oksigen, sedang di air 10%.
Oleh karenanya kecepatan diffusinya juga berbeda, di air 3 x 106 lebih
kecil daripada kecepatan difusi O2 di udara.
Sistem pernafasan pada serangga
mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup.
Digunakan alat atau organ yang disebut spirakulum (spiracle),
juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total
dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2,
CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan
dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2
dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan,
sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding
yang ada di udara.
11
|
Sebaliknya
pada serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan menggunakan
kantung udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi,
yang harus didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Contohnya pada beberapa jenis
belalang yang mampu hidup di dalam air.
Sistem respirasi terbuka
banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan beberapa jenis serangga air,
sedang sistem tertutup digunakan oleh serangga air, yang tidak
menggunakan spirakulum, antara lain untuk mencegah supaya jangan terjadi
evapotranspirasi.
Pada kepik air (Belastomatidae)
digunakan apa yang disebut “insang fisis” atau physical gill digunakan
untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari dalam
gelembung-gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2
menurun, tekanan udara di dalam air menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara
dari dalam air ke dalam tubuh serangga, sehingga terkumpullah
gelembung-gelembung udara. Apabila di dalam gelembung udara yang disaring
tersebut sudah terkandung terlalu banyak N2, maka serangga akan
muncul ke permukaan dan membuka mulut.
Sebaliknya terdapat juga serangga
yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan suatu organ yang disebut plastron,
suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang terbentuk
dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung. Bangunan ini
sering juga disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill).
Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih
lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill)
yang merupakan insang biologis, berfungsi karena gerak biologis.
Adapun
Mekanisme
pernapasan pada belalang diatur oleh otot perut (ab-domen). Ketika otot perut (abdomen)
berelaksasi, volume trakea normal sehingga udara masuk. Sebaliknya, ketika otot
abdomen berkontraksi, volume trakea mengecil sehingga udara keluar. Jalur yang
dilalui udara pernapasan, yaitu udara luar → stigma/spirakel → saluran/pembuluh
trakea → trakeolus → jaringan tubuh.
12
|
Pada serangga air, seperti jentik
nyamuk, udara diperoleh dengan men-julurkan tabung pernapasan ke
permukaan air untuk mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung
udara, sehingga dapat menyelam di dalam air dalam waktu lama. Misalnya, kepik
Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada
permukaan ventral.
Selama menyelam, O2 dalam gelembung
udara dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Adapula serangga
yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau
pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya O2
diedarkan melalui pembuluh trakea.
9. Sistem Pernapasan pada Protozoa
Protozoa (hewan bersel satu) tidak memiliki alat pernapasan
khusus. Pernapasan dilakukan melalui seluruh permukaan selnya. O2 dan CO2 masuk dan keluar
secara difusi. Mekanisme respirasi protozoa adalah dengan cara aerob atau anaerob.
Pada respirasi aerob terjadi oksidasi dengan O2 yang masuk dalam
tubuh dengan cara difusi dan osmosis melalui seluruh permukaan tubuh, sedang
pada anaerob terjadi pembongkaran zat yang kompleks menjadi zat yang sederhana
dengan menggunakan enzim-enzim tanpa memerlukan oksigen. Hasil kedua peristiwa
itu akan sama yakni dihasilkan energi dan zat sisa-sisa yang akan ditampung
dalam vakuola kontraktil sebagai zat ekskresi (Soemadji,
1993).
Hewan
protozoa seperti Amoeba atau Paramaecium bernapas meng-
gunakan
permukaan tubuhnya. Oksigen dan karbondioksida saling berdifusi melalui
membran sel. Saat
Amoeba bernapas, konsentrasi oksigen dalam sel semakin berkurang
(rendah), sedangkan sisa metabolisme yang berupa karbondioksida di dalam
sel semakin tinggi konsentrasinya. Di sisi lain, konsentrasi oksigen dalam
air lebih tinggi daripada di dalam sel, sementara konsentrasi oksigennya
lebih rendah. Akibatnya, oksigen dari luar akan berdifusi ke dalam sel,
sementara karbondioksida berdifusi keluar sel menuju air.
13
|
.
14
|
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Respirasi
adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energy. Respirasi pada hewan merupakan proses yang diatur oleh saraf
untuk mencukupi kebutuhan akan oksigen dan membuang CO2 secara
efektif. Pengaturan respirasi dapat berlangsung secara kimiawi maupun saratif.
2.
Hewan invertebrata adalah hewan yang tidak memiliki tulang belakang. Berasal
dari bahasa latin yaitu “in” yang artinya tanpa, dan “vertebrae” yang artinya
tulang belakang.
3.
Porifera bernapas dengan cara memasukkan air
melalui pori-pori (ostium) yang terdapat pada seluruh permukaan tubuhnya. Filum Coelenterata contohnya Hewan Hydra “pertukaran gas
pada hydra terjadi secara langsung pada permukaan tubuhnya”. Filum Platyhelminthes yaitu Planaria. Pada Planaria, O2
yang terlarut di dalam air berdifusi melalui permukaan tubuhnya. Filum Nemathelminthes
contohnya yaitu Cacing
Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara
anaerob. Namun sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi oksigen
kalau di lingkungannya tersedia. Filum Annelida contohnya Cacing tanah, yaitu bernapas dengan kulitnya, sebab
kulitnya bersifat lembab, tipis, banyak mengandung kapiler-kapiler darah. Filum Mollusca
sebagian
besar Mollusca organ respirasinya adalah insang. Beberapa Mollusca yang tidak
memiliki insang, maka pertukaran gas respirasi terjadi secara langsung melalui
permukaan mantel. Filum Echinodermata contohnya organ respirasi pada Asterias adalah insang, atau papula dan
kaki tabung. Filum Arthropoda : Pada golongan Crustacea
(udang-udangan), seperti udang dan ketam, bernapas dengan insang buku. Pada Myriapoda (golongan
lipan dan luwing) bernapas dengan trakea. Pada Arachnida (golongan laba-laba dan kalajengking) bernafas dengan
paru-paru buku. Pada Insecta (golongan serangga) bernafas dengan trakea. Filum Protozoa
pernapasannya dilakukan melalui seluruh permukaan selnya.
15
|
B. SARAN
Untuk pengembangan lebih lanjut maka penulis memberikan saran yang
sangat bermafaat bagi pembaca yaitu pembaca hendaklah menyaring ilmu yang
bermanfaat dari penulisan makalah ini karena sumber yang terkait bisa banyak
ditemukan pada buku-buku, jurnal maupun website.
16
|
Anonim. 2008. Sistem Pernafasan Hewan, (Online), (http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/01/sistem-pernapasan-hewan/, diakses 20 Maret 2015).
Anonim. 2009. Sistem Respirasi Serangga, (Online), (http://ginapodia.blogspot.com/2009/05/sistem-respirasi-serangga.html, diakses 20 Maret 2015).
Anonim. 2009. Sistem Pernafasan Pada Hewan Invertebrata,
(Online), (http://www.materisekolah.com/sistem-pernapasan-pada-hewan-invertebrata/#ixzz2NfItqlE6,
diakses 20 Maret 2015).
Isnaeni, Wiwi. 2006. Fisiologi Hewan. Yogyakarta :Kanisius
Suripto.
2000. Struktur Hewan. Jakarta :
Universitas Terbuka
Soemadji.
1993. Zoologi. Jakarta : Universitas
Terbuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar