Jumat, 21 Oktober 2016

GENETIKA PEWARISAN SIFAT MENDEL



MAKALAH GENETIKA
”Pewarisan Sifat”


Dosen Pengampu :
1.      Dr.Dra. Evita Anggreini M.Si
2.      Dr.Afreni Hamidah, S.Pt, M.Si


Logo_Unja.png










Disusun Oleh :
Kelompok 4
1.      Fajriani Chutami      (A1C414028)
2.      Gustiana                     (A1C414041)
3.      Mona Septiani           (A1C414026)
4.      Tyanita Septrima      (A1C414027)





PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan  Yang Maha Esa, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Pewarisan sifat”.
Penulis menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa dan juga tidak terlepas dari bantuan Ibu Dr.Dra Evita Anggreini , M. Si sebagai dosen pengampu serta berbagai pihak lainnya yang turut menjadi sumber dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam proses penulisan makalah ini belum bisa dikatakan sempurna, baik materi maupun cara penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik. Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran, dan usul, yang berguna dalam penyempurnaan makalah ini.



                        Jambi,   September 2016














DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I   PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 2
      1.3 Tujuan................................................................................................. 2

BAB II   PEMBAHASAN
      2.1 Teori pewarisan sifat………………………………………….
      2.2 Pewarisan sifat menurut Mendel………………………..…….
      2.3 Prinsip hereditas dalam mekanisme pewarisan sifat…………..
BAB III   PENUTUP
      3.1  Kesimpulan…………………………………………………….
      3.2  Saran……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….















BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
   Selama ribuan tahun, manusia telah melakukan seleksi terhadap tumbuhan dan hewan. Seleksi tersebut dilakukan dengan mengawinkan tumbuhan atau hewan unggul untuk mendapatkan keturunan dengan sifat yang diinginkan manusia. Selama waktu tersebut, manusia memahami pewarisan sifat hanya sebatas percampuran sifat antara induk jantan dan induk betina yang diwariskan kepada keturunannya. “Like father, like son”. Begitulah pepatah yang menyatakan bahwa seorang anak umumnya memiliki kemiripan dengan ayahnya. Secara biologis, pepatah tersebut ilmiah karena seorang anak selalu mewarisi gen dari ayahnya. Gen tersebutlah yang membawa sifat-sifat tertentu, baik yang tampak secara fisik,maupun yang tidak tampak secara fisik. Prinsip tentang gen dan pewarisan sifat modern pertama kali dikemukakan oleh Gregor Mendel. Mendel mempelajari 7 jenis sifat yang diturunkan pada tanaman buncis dan menemukan teori persilangan untuk gen-gen yang independen.
Teori tersebut menyatakan bahwa gen dari anak merupakan perpaduan (persilangan) dari gen-gen yang dari kedua orang tuanya. Pewarisan sifat dan kombinasi antar gen, tak jarang menghasilkan gen yang kurang diinginkan, seperti gen hemofilia dan albinism. Gen yang kurang diinginkan tersebut dapat dihindari dengan mempelajari pohon keluarga yang merepresentasikan pewarisan sifat antar generasi. Penurunan sifat dapat terjadi melalui perkawinan antara dua individu sejenis. Perkawinan antara dua individu sejenis yang mempunyai sifat beda disebut persilangan. Sifat beda ditentukan oleh gen di dalam kromosom yang di turunkan dari generasi ke generasi berikutnya.
Pada zaman ini, dimana teknologi telah berkembang, maka berkembang pula ilmu tentang pewarisan sifat tersebut. Disamping itu, dengan menggunakanteknologi masalah-masalah yang berhubungan dengan genetika pun dapat dimanipulasi dengan cara „rekayasa genetika‟. Ilmu tentang genetika ataupun pewarisan sifat ini sangat penting untuk dipelajari dan dimengerti. Selain dalam bidang kedokteran, ilmu pewarisan sifat atau genetika ini pun mencakup bidang pertanian dan perternakan. Oleh karena itu disusunlah makalah genetika dengan judul “ pewarisan sifat “

1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa sajakah teori pewarisan sifat ?
1.2.2 Bagaimana pewarisan sifat menurut mendel ?
1.2.3 Bagaimana prinsip hereditas dalam mekanisme pewarisan sifat ?

1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa sajakah teori pewarisan sifat !
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana pewarisan sifat menurut mendel !
1.3.3 Untuk mengetahui prinsip hereditas dalam mekanisme pewarisan    sifat !



















BAB II
PEMBAHASAN

Dahulu orang beranggapan bahwa sifat seseorang diwariskan kepada keturunannya melalui darah yang mengandung tunas-tunas dari berbagai alat tubuh (teori pangenensis). Teori ini dikeluarkan oleh Charles Darwin (1809-1882).  Oleh karena itu, seseorang disebut berdarah Belanda untuk menunjukkan bahwa dia adalah keturunan orang Belanda. Ternyata, pendapat itu tidak benar sejak Galton (1822-1911) melalui eksperimennya membuktikan bahwa darah kelinci putih yang dipindahkan ke tubuh kelinci hitam dan sebaliknya, ternyata tidak memunculkan kelinci belang (hitam-putih). Contoh lain yang bisa kita cermati pada masa sekarang ini bahwa pernyataan atau pendapat itu salah, orang yang menerima transfusi darah dari orang lain, sifatnya tidak menampakkan sifat baru sesuai dengan sifat orang yang mendonorkan darahnya. Akhirnya teori ini pun gugur.
Keturunan merupakan hasil perkembangbiakan secara generatif yang didahului oleh peristiwa peleburan inti gamet jantan dengan inti gamet betina. Di dalam inti sel terdapat kromosom, dan di dalam kromosom terdapat gen. Dengan demikian, individu baru hasil perkembangbiakan generatif membawa sifat-sifat kedua induknya. Gen dan kromosom inilah yang membawa sifat yang diturunkan. Selain dipengaruhi faktor genetik sifat suatu organisme juga dipengaruhi oleh faktor luar yaitu lingkungan.
2.1 Teori Pewarisan Sifat.
1.      Teori Embrio
Teori ini dikemukakan oleh Willam Harvey, 1578-1657  yang menyatakan bahwa semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Raider de Graff (1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan sel telur. Sel sperma dan Sel telur yang akan membentuk embrio. Rainer de Graff menyatakan bahwa Ovarium pada burung sama dengan Ovarium pada kelinci.
2.      Teori Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi yang akan dating sebagai miniatur yang telah terbentuk sebelumnya.
3.      Teori  Epigenesis Embriologi
Teori ini dikemukakan oleh CF.Wolf , 1738-1794, yang menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam tubuh organisme dan kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan sebelumnya.
4.      Teori  Plasma Nutfah
Teori ini dikemukakan oleh J.B. Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan sifat yang terjadi karena  rangsangan yang terjadi dari luar (Lingkungan) terhadap struktur dan fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya.
5.      Teori  Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C.R Darwin 1882-1980 yang menyatakan bahwa setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan benih-benih kecil yang disebut gemuaia.

2.2 Pewarisan sifat menurut Mendel

   Salah satu cabang biologi yang mengkaji tentang pewarisan sifat adalah genetika. Ilmu genetika berkembang sangat pesat sejak ditemukannya teori pewarisan sifat oleh seorang rahib di sebuah biara di Brunn, Austria yang bernama Gregor Johann Mendel yang selanjutnya tokoh ini disebut Bapak Genetika. Mendel adalah orang yang pertama melakukan percobaan perkawinan silang. Dalam percobaannya, Mendel menyilangkan beberapa jenis tanaman ercis atau kacang kapri (Pisum sativum) di kebun biara. Di kebun tersebut banyak sekali terdapat tanaman kacang kapri yang beraneka ragam, ada yang berwarna putih dan merah, ada yang berbiji bulat dan keriput, serta ada pula yang berbatang tinggi dan rendah.
Mendel memilih kacang kapri untuk penelitiannya karena kacang tersebut memiliki sifat sebagai berikut :
1.      Memiliki bunga sempurna yang dapat melakukan penyerbukan sendiri
2.      Dapat dengan mudah dilakukan penyerbukan silang
3.      Masa hidupnya tidak lama, sehingga segera menghasilkan keturunan
4.       Memiliki pasangan sifat yang mencolok.
Salah satu percobaan yang dilakukan Mendel adalah menyilangkan tanaman kacang kapri berbiji bulat galur murni dengan tanaman kacang kapri berbiji keriput galur murni dan sebaliknya. Galur murni (pure line) adalah tumbuhan yang melakukan penyebukan  sendiri dan menghasilkan keturunan dengan sifat-sifat seperti induknya meskipun ditanam ulang beberapa kali, dan memiliki pasangan gen (alel) yang sama, yaitu dominan saja atau resesif saja. Ada juga pendapat yang menyatakan galur murni  adalah suatu populasi yang terdiri dari individu-individu yang genetisnya sama (homozigot) akibat dari kawin silang dalam (inbreeding) atau perkawinan keluarga. Kedua pendapat diatas memiliki satu kesaman yaitu pada susunan genetisnya yang homozigot.
 Penyilangan dua individu dengan menyilangkan masing-masing serbuk sari tanaman yang satu ke putik tanaman yang lain disebut dengan persilangan resiprok. Dengan kata lain persilangan resiprok merupakan persilangan antara dua individu yang masing-masing berperan sebagai penyumbang serbuk sari. Agar tidak terjadi penyerbukan sendiri, Mendel menghilangkan serbuk sari pada bunga yang akan ditaburi serbuk sari bunga lain semenjak bunga tersebut masih berbentuk kuncup. Mendel melakukan percobaan ini berulang kali dan hasilnya dicatat dengan teliti. Percobaan juga dilakukan dengan sifat tanaman kacang kapri yang memiliki sifat mencolok lainnya. Misalnya, sifat warna bunga merah dan sifat warna bunga putih,  sifat  batang tinggi dengan batang rendah.
Mendel melakukan banyak percobaan pada tanaman kacang kapri yang memiliki bermacam-macam sifat beda. Hasil percobaan tersebut dirumuskan menjadi sebuah hipotesa (dugaan semetara). Hipotesis ini dibuat berdasarkan fakta-fakta dari percobaan perkawinan silang tanaman kacang kapri. Adapun hipotesa yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1.      Pada setiap organisme ada sepasang faktor yang mengendalikan sifat tertentu. Sepasang faktor tersebut sekarang disebut gen.
2.      Gen-gen yang bersifat dominan akan mengalahkan gen-gen yang bersifat resesif. Prinsip dominan tersebut ditunjukkan dengan tanaman kacang kapri (F1) yang bergenotipe Mm tampak berbunga merah.
3.      Keturunan pertama (F1) dengan genotipe Mm, menghasilkan dua macam gamet yang berjumlah sama. Misalnya: jika dihasilkan 50 serbuk sari, 25 sebuk sari memiliki genotipe M dan 25 serbuk sari yang lain memiliki genotipe m. Demikian juga pada sel telurnya. Hal ini terjadi karena pada waktu pembentukkan sel gamet pasangan gen Mm memisah secara bebas. Akibatnya masing-masing sel kelamin (sebuk sari atau sel telur) hanya memperoleh satu gen, yaitu M atau m. Peristiwa ini untuk selanjutnya disebut dengan prisip pemisahan secara bebas.
4.       Dari hipotesa di atas, Mendel selanjutnya merumuskan sebuah prinsip yang berkaitan dengan pewarisan sifat, yang selanjutnya disebut dengan hukum Mendel (Mendelisme), sebagai berikut :
a)    Hukum Mendel I
Hukum Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada pembentukan gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan  dalam dua sel anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda). 
Secara garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
Ø Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel; alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil, misalnya w dalam gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf besar, misalnya R).
Ø Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari tetua jantan  dan satu dari tetua betina
Ø Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang berbeda, alel dominan akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar). Alel resesif yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet yang dibentuk pada turunannya.    
b)     Hukum Mendel - II.
Prinsip berpasangan (penggabungan) gen secara bebas. Selama pembentukkan gamet dihibrid F1, pasangan alel akan mencari pasangan yang bukan alelnya. Misalnya, dari persilangan induk dengan dua sifat beda (dihibrid) diperoleh F1 dengan genotipe BbKk. Dalam pembentukkan gametnya B tidak akan berpasangan dengan b melainkan B akan berpasangan dengan K atau k sehingga gamet yang terbentuk BK, Bk, bK, dan bk.

2.3 Prinsip hereditas dalam mekanisme pewarisan sifat
Mendel melakukan pendekatan eksperimental dan kuantitatif untuk genetika.Gregor Mendel merumuskan suatu teori partikulat tentang penurunan sifat yang di dasarkan pada percobaan menggunakan kacang ercis, yang dilakukan pada tahun 1860-an. Ia menunjukkan bahwa orang tua meneruskan gen diskret ke keturunannya dimana gen diskret ini mempertahankan identitasnya dari generasi ke generasi.
Berdasarkan hukum segregasi, kedua alel untuk suatu karakter dikemas ke dalam gamet yang terpisah. Mendel sampai pada hukum ini dengan membuat keturunan hibrid dan membiarkannya melakukan penyerbukan sendiri. Hibrid (F1) memperlihatkan perilaku dominan. Dalam generasi berikutnya (F2), 75% keturunannya memiliki perilaku dominan dan 25% memiliki perilaku resesif, membentuk rasio 3:1. Penjelasan Mendel ialah bahwa gen memiliki alternatif (sekarang disebut alel) dan bahwa setiap organisme mewarisi satu alel untuk setiap gen dari masing-masing orangtuanya. Alel-alel ini berpisah selama pembentukan gamet, sehingga sperma atau telur hanya membawa satu alel. Setelah pembuahan, jika kedua alel suatu gen berbeda, salah satunya (alel domiman) diekspresikan dalam keturunannya dan yang yang lain (alel resesif) ditutupi. Individu homozigot memiliki alel identik untuk suatu karakter tertentu dan merupakan galur murni. Individu heterozigot memiliki dua alel yang berbeda untuk suatu kerakter tertentu.
Berdasarkan hukum pemilahan independen, tiap-tiap pasangan alel akan memisah kedalam gamet secara independen. Mendel mengusulkan hukum ini berdasarkan pada persilangan dihibrid antara tumbuhan yang berbeda dalam dua karakter atau lebih (misalnya, warna bunga dan bentuk biji). Alel untuk setiap karakter berpisah kedalam gamet secara independen terhadap alel untuk karakter lain. Generasi F2 dari suatu persilangan dihibrid memiliki empat kemungkinan fenotipe dengan rasio 9:3:3:1.
Penurnan Sifat Mendelian menggambarkan probabilitas. Aturan perkalian menyatakan bahwa probabilitas suatu kejadian gabungan sam dengan perkalian probabilitas terpisah dari kejadian-kejadian tunggal yang independen. Aturan penjumlahan mengatakan bahwa probabilitas suatu kejadian yang dapat terjadi dua atau lebih cara yang independen sama dengan penjumlahan probabilitas terpisah. Mendel menemukan perilaku partikulat gen. Analisis kuantitatif Mendel atas percobaan yang direncanakan secara cermat adalah contoh dari proses sains.
Hubungan antara genotipe dan fenotipe jarang yang sederhana. Dalam dominansi tak sempurna, individu heterozigot memiliki fenotipe pertengahan antara individu kedua jenis homozigot. Dalam kodominan, heterozigot memperlihatkan fenotipe untuk kedua alelnya. Banyak gen hadir dengan alel berganda (lebih dari dua) dalam suatu populasi. Pleitropi merupakan kemampuan gen tunggal untuk mempengaruhi sifat fenotipik berganda.
Dalam epistasis, satu gen mempengaruhi ekspresi gen lain. Karakter tertentu bersifat kuantitatif; karakter ini bervariasi secara kontinu, memperlihatkan penurunan sifat poligenik, suatu pengaruh tambahan sebesar dua atau lebih gen pada suatu karakter fenotipik tunggal. Karakter kuantitatif yang juga dipengaruhi oleh lingkungan disebut multifaktorial.

2.3.1 Persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid)

Persilangan antara dua individu dengan satu sifat beda disebut persilangan monohibrid. Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak penuh (kodominan). Masing-masing dominasi ini menghasilkan bentuk keturunan pertama (F1) yang berbeda. Persilangan monohibrid akan menghasilkan individu F1 yang seragam, apabila salah satu induk mempunyai sifat dominan penuh dan induk yang lain bersifat resesif. Apabila dilanjutkan dengan menyilangkan individu sesama F1, akan menghasilkan keturunan (individu F2) dengan tiga macam genotipe dan dua macam fenotipe.
Sebaliknya, apabila salah satu induknya mempunyai sifat dominan tak penuh (intermediate), maka persilangan individu sesama F1 akan menghasilkan tiga macam genotipe dan tiga macam fenotipe. Contoh persilangan monohibrid dominan penuh terjadi pada persilangan antara kacang ercis berbunga merah dengan kacang ercis berbunga putih. Mendel menyilangkan kacang ercis berbunga merah (MM) dengan kacang ercis berbunga putih (mm) dan dihasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu macam genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (berbunga merah). Pada waktu F2, dihasilkan tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM: 50% Mm : 25% Mm atau 1 : 2 : 1 dan dua macam fenotipe dengan perbandingan 75% berbunga merah : 25% berbunga putih atau merah : putih = 3 : 1. Pada individu F2 ini, yang berfenotipe merah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 2/3 bergenotipe heterozigot (Mm) dan 1/3 homozigot dominan (MM).
Persilangan antara kacang ercis berbunga merah dominan dengan kacang ercis berwarna putih resesif dapat dibuat bagan sebagai berikut:
Monohibrid dominan penuh









Contoh Persilangan Monohibrid






Contoh lain :
P          : tumbuhan tinggi (dominan) x Tumbuhan rendah (resesif)
                           TT                                                     tt
                                                                                                                   
Gamet:            T    T                                             t     t                              
 F1      : Tt, Tt, Tt, Tt (Tt)







Persilangan sesama F1:           Tt                                 x         Tt
Gamet :                                  T       t                                    T     t
F2        :




T
t
T
T T
T t
t
T t
t t

 
Rasio fenotip:     3 (Tinggi) : 1 (rendah)
Rasio genotip:          1 (TT) :  2 (Tt)  : 1(tt)

Selain hasil percobaan di atas, Mendel juga menemukan persilangan monohibrid yang sifatnya intermediat, yaitu sifat perpaduan antara gen dominan dengan gen resesif yang memunculkan fenotipe baru. Contoh persilangan antara tanaman bunga pukul empat berbunga merah dengan tanaman bunga pukul empat berbunga putih. Mendel menyilangkan tanaman bunga pukul empat berbunga merah (MM) dengan putih (mm) menghasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu macam genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (berbunga merah muda). Pada individu F2 dihasilkan tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM : 50% Mm : 25% mm atau 1 : 2 : 1 dan 3 macam fenotipe dengan perbandingan 25% berbunga merah : 50% berbunga merah muda : 25% berbunga putih atau merah : merah muda : putih = 1 : 2 : 1. Pada individu F2 ini yang berfenotipe merah dan putih selalu homozigot, yaitu MM dan mm. Persilangan antara tanaman bunga pukul empat berbunga merah dominan dengan bunga pukal empat berbunga putih resesif dapat dibuat bagan sebagai berikut:



Monohibrid dominan tidak penuh











Rasio fenotipe dan genotipe



·         Perkawinan monohibrid pada hewan
Contohnya pada marmot. Rambut marmot (seperti juga pada manusia, tikus, dll.) ada yang hitam dan ada yang putih (albino). Marmot yang normal adalah yang berambut hitam, disebabkan karena ia memiliki gen dominan A yang menentukan pembentukan pigmen melanin. Alelnya a dalam keadaan homozigotik , menyebabkan  melanin tidak terbentuk, sehingga marmot berambut putih. Perkawinan antara marmot jantan hitam dengan marmot betina albino menghasilkan keturunan  yang semuanya hitam. Jika anak-anaknya ini kawin sesamanya didapatkan keturunan  yang memperlihatkan perbandingan fenotipe 3 hitam : 1 albino. Perbandingan genotipnya adalah 1 AA : 2 AA : 1 aa.




P                   aa                     x                   AA
                    albino                                       hitam
                                          Aa
a
 
Text Box: AText Box: ♂                                           hitam
Text Box: ♀                   
Text Box: AAA
hitam
1
Aa
hitam
2
a
 
Aa
hitam
3
aa
putih
4

Ket. Diagram perkawinan antara marmot hitam dan albino

§     Perkawinan monohibrid pada manusia
Pada manusia telah diketahui cukup banyak sifat herediter (turun temurun), misalnya :
1)      Jari lebih (polydactyli)
Ditentukan oleh gen dominan P, sedang alelnya resesif p menentukan jari normal. Seorang ibu normal, suaminya polydactyli mempunyai 3 orang anak. Anak pertama dan kedua adalah laki-laki polydactyli dan anak ke tiga adalah perempuan normal. Bagaimanakah kira-kira genotip dari individu-individu tersebut?
Ibunya normal, berarti mempunyai genotip pp. Ayahnya polydactyli tetapi mempunyai seorang anak perempuan normal. Jadi ayah itu pasti memiliki gen resesif p dalam genotipnya, sehingga ayah itu heterozigotik Pp. Dengan demikian, gen resesif p dari ayah akan bertemu dengan gen p dari ibu, sehingga dihasilkan anak dengan genotippp (normal). Anak laki-lakinya yang polydactyli tentunya juga heterozigotik Pp.
a.       Diagram perkawinan dari keluarga polydactyli
P                   Pp                    x                              pp
                polydactyli                                             normal







Text Box: ♂


Text Box: P
Text Box: p

 
       
Text Box: PText Box: ♀Pp
polydactyli
pp
normal

b.      Diagram silsilah dari keluarga polydactyli


 
          Pp                                pp


 
                    Pp                                         Pp                                       pp
Keterangan :          = symbol untuk laki-laki
                              = symbol untuk perempuan
                              = symbol untuk individu yang mempunyai kelainan
2)      Thalassemia
Merupakan penyakit darah bawaan (keturunan) yang menyebabkan sel darah merah pecah. Penyakit ini banyak terdapat di Negara-negara disekitar laut Tengah (Italia, Yunani, Turki, pantai Utara Benua Afrika), di Timur Tengah (Irak, Afghanistan, Iran, Pakistan), India Utara, Muangthai, Laos, Vietnam, Kamboja dan disekitar khatulistiwa (Indonesia, Afrika Tengah).
Thalassemia berdasarkan keparahannya dibedakan atas 2 macam :
§  Thalassemia mayor, ini sangat parah dan biasanya menyebabkan kematian pada bayi.
§  Thalassemia minor, ini tidak begitu parah, tetapi biasanya memerlukan berkali-kali transfusi darah.
Thalassemia diitentukan oleh gen dominan Th, sedang alelnya resesif th menentukan sifat normal. Orang yang homozigotik ThTh menderita Thalassemia mayor, yang heterozigotik Thth menderita Thalassemia minor, sedangkan orang yang sehat bergenotip thth. Penderita Thalassemia mayor tidak pernah dijumpai sampai umur dewasa, sebab biasanya sudah meninggal diwaktu bayi atau kanak-kanak.  Jadi apabila dalam suatu keluarga didapatkan penderita Thalassemia minor dapat dipastikan bahwa kedua orang tuanya adalah penderita Thalassemia minor pula.
P                   Thth                             x                               Thth
                    Thalassemia                                                Thalassemia
                        minor                                                           minor                  
Text Box: thText Box: Th                                            Text Box: ♂                       
Text Box: ♀                       
Text Box: ThThTh
Thalassemia mayor (mati)
1
Thth
Thalassemia
minor
2
th
 
Thth
Thalassemia
minor
3
Thth
normal

4

       Ket. Diagram perkawinan dari suatu keluarga penderita Thalassemia yang mempunyaianak normal
Jika kita perhatikan contoh persilangan di atas, pada saat pembentukan gamet terjadi pemisahan gen-gen yang sealel, sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen saja. Misalnya pada tanaman yang bergenotipe Mm, pada saat pembentukan gamet, gen M memisahkan diri dengan gen m, sehingga gamet yang terbentuk memiliki gen M atau gen m saja. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel I (Hukum Pemisahan Gen yang Sealel) yang menyatakan bahwa “Selama meiosis, terjadi pemisahan pasangan gen secara bebas sehingga setiap gamet memperoleh satu gen dari alelnya.”

2.3.2 Persilangan dengan dua sifat beda (Dihibrid)

Persilangan antara dua individu dengan dua sifat beda disebut juga persilangan dihibrid. Pada persilangan tersebut Mendel menyilangkan tanaman ercis dengan biji yang mempunyai dua sifat beda, yaitu bentuk dan warna biji. Kedua sifat beda tersebut ditentukan oleh gen-gen sebagai berikut:
B     = Gen yang menentukan biji bulat.
b      = Gen yang menentukan biji keriput.
k      = Gen yang menentukan biji berwarna kuning.
K     = Gen yang menentukan biji berwarna hijau.
Jika tanaman kapri yang berbiji bulat kuning (BBKK) disilangkan dengan kapri yang berbiji keriput hijau (bbkk), semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan penyerbukan sendiri, F2 memperlihatkan 16 kombinasi yang terdiri atas empat macam fenotipe, yaitu tanaman berbiji bulat kuning, bulat hijau, keriput kuning, dan keriput hijau. Dalam percobaan ini Mendel mendapatkan 315 tananman berbiji bulat kuning, 100 tanaman berbiji bulat hijau, 101 tanaman berbiji keriput kuning, dan 32 tanaman keriput hijau. Angka-angka tersebut menujukkan suatu perbandingan fenotipe yang mendekati 9 : 3 : 3 : 1.
Pada saat pembentukan gamet (pembelahan meiosis) anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak saling memengaruhi). Oleh karena itu, pada persilangan dihibrid tersebut terjadi empat macam pengelompokan dari dua pasang gen, yaitu:
a.       Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet BK
b.      Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet Bk
c.       Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet bK
d.      Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet bk
Prinsip tersebut di atas dirumuskan sebagai Hukum Mendel II (Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas) yang menyatakan bahwa:
  1. Setiap gen dapat berpasangan secara bebas dengan gen lain membentuk alela,
  2. Keturunan pertama menunjukkan sifat fenotipe dominan,
  3. Keturunan kedua menunjukkan fenotipe dominan dan resesif dengan perbandingan tertentu, misalnya pada persilangan monohibrid 3 : 1 dan pada persilangan dihibrid 9 : 3 : 3 : 1.
Untuk memperjelas pemahamanmu tentang persilangan dihibrid, perhatikan bagan persilangan antara kapri (ercis) biji bulat warna kuning dengan kapri biji keriput warna hijau yang menghasilkan F1 berupa kapri berbiji bulat warna kuning.
 P   : Tumbuhan berbiji bulat, kuning  X Tumbuhan berbiji kisut, hijau
BBKK                                     bbkk






 
Gamet :                     BK BK                                    bk   bk
F1:                                 BbKk (Bulat kuning)
Persilangan sesama F1

                                   BbKk                 x                    BbKk

Gamet :                      BK, Bk, bK, bk                           BK, Bk, bK, bk

F2 :

BK
Bk
bK
bk
BK
BBKK
Bulat, kuning
BBKk
Bulat, kuning
BbKK
Bulat, kuning
BbKk Bulat, kuning
Bk
BBKk
Bulat, kuning
BBkk Bulat, hijau
BbKk Bulat, kuning
Bbkk Bulat, hijau
bK
BbKK
Bulat, kuning
BbKk Bulat, kuning
bbKK Kisut, kuning
bbKk Kisut, kuning
bk
BbKk Bulat, kuning
Bbkk Bulat, hijau
bbKk Kisut, kuning
bbkk Kisut,hijau

Rasio fenotip  : 9 (Bulat, kuning) : 3 (Bulat, hijau) : 3 (Kisut kuning) : 1 (Kisut, hijau)

Rasio genotip : 1(BBKK): 2 (BBkk): 2 (BbKK) : 4(BbKk) : 1 (BBkk) : 2(BbKK) : 1 (bbKK) :2 (bbKk) : 1 (bbkk)

Mendel menganggap bahwa pada saat pembentukan gamet gen-gen akan memisahkan dari alelnya lalu mengelompok dengan gen-gen yang tidak sealel. Inilah yang disebut dengan  Hukum Asortasi Bebas atau Hukum Mendel II. Gen B bisa mengelompok dengan gen K, membentuk gamet tipe BK. Gen B bisa pula mengelompok dengan gen k, membentuk gamet tipe Bk. Gen b bisa mengelompok dengan gen K, membentuk gamet tipe bK. Gen b bisa mengelompok dengan gen k, membentuk gamet tipe bk

Tabel 2  :  Penentuan  jumlah  gamet,  fenotip,  genotip,  kombinasi  dan pemisahan fenotip berdasarkan sifat beda
Sifat beda
Gamet
Fenotip
Genotip
Kombinasi
Pemisahan fenotip
1
1
21
31
41
1(3) : 1
2
22
22
32
42
1(9) : 3 : 3 : 1
3
23
23
33
43
Dst . (lihat rumus pemisahan fenotip)
4
24
24
33
44

n
2n
2n
3n
4n


Rumus pemisahan fenotip:

                        n!                         n!                n!
1(3n):-----------  (3 n-1): -----------  (3 n-2): -----------  (3 n-2): ………: 1 (3  n-n)
1! (n-1)!             2! (n-2)!

Dominasi tidak sempurna

P : Tumbuhan berbunga merah           X     Tumbuhan berbunga putih
                        MM                                                     mm






 
Gamet :           M,M                                                    m,m
F1         :                         Mm (Merah muda/rose)
Persilangan sesama F1







    Mm                x                      Mm

M
m
M
MM
Mm
m
Mm
mm
Gamet :                          M, m                          M,m F2:



M
m
M
MM
Mm
m
Mm
mm

 
Rasio fenotip : 1 (Merah): 2 ( Merah muda): 1 (Putih)
Rasio genotip : 1(MM)  : 2 (Mm)  :  1(mm)



                                                                                                                                   







Tidak ada komentar:

Posting Komentar