MAKALAH GENETIKA
”Pewarisan Sifat”
Dosen Pengampu :
1.
Dr.Dra. Evita Anggreini M.Si
2.
Dr.Afreni Hamidah, S.Pt, M.Si
Disusun Oleh :
Kelompok 4
1.
Fajriani Chutami (A1C414028)
2.
Gustiana (A1C414041)
3.
Mona Septiani (A1C414026)
4.
Tyanita Septrima (A1C414027)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIIDIKAN
UNIVERSITAS
JAMBI
2016
KATA
PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan judul “Pewarisan sifat”.
Penulis menyadari bahwa
didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan tuntunan Tuhan Yang
Maha Esa dan juga tidak terlepas dari bantuan Ibu Dr.Dra Evita Anggreini , M. Si
sebagai dosen pengampu serta berbagai pihak lainnya yang turut menjadi sumber
dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis
menghaturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua
pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam proses penulisan
makalah ini belum bisa dikatakan sempurna, baik materi maupun cara
penulisannya. Namun demikian, penulis telah berupaya dengan segala kemampuan
dan pengetahuan yang dimiliki sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
Oleh karena itu, penulis dengan rendah hati dan dengan tangan terbuka menerima
masukan, saran, dan usul, yang berguna dalam penyempurnaan makalah ini.
Jambi, September 2016
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang................................................................................... 1
1.2 Rumusan
Masalah............................................................................... 2
1.3 Tujuan................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Teori pewarisan
sifat………………………………………….
2.2 Pewarisan sifat menurut
Mendel………………………..…….
2.3 Prinsip hereditas dalam mekanisme pewarisan sifat…………..
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan…………………………………………………….
3.2
Saran……………………………………………………………
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Selama
ribuan tahun, manusia telah melakukan seleksi terhadap tumbuhan dan hewan.
Seleksi tersebut dilakukan dengan mengawinkan tumbuhan atau hewan unggul untuk
mendapatkan keturunan dengan sifat yang diinginkan manusia. Selama waktu
tersebut, manusia memahami pewarisan sifat hanya sebatas percampuran sifat
antara induk jantan dan induk betina yang diwariskan kepada keturunannya. “Like father, like son”. Begitulah
pepatah yang menyatakan bahwa seorang anak umumnya memiliki kemiripan dengan
ayahnya. Secara biologis, pepatah tersebut ilmiah karena seorang anak selalu
mewarisi gen dari ayahnya. Gen tersebutlah yang membawa sifat-sifat tertentu,
baik yang tampak secara fisik,maupun yang tidak tampak secara fisik. Prinsip
tentang gen dan pewarisan sifat modern pertama kali dikemukakan oleh Gregor
Mendel. Mendel mempelajari 7 jenis sifat yang diturunkan pada tanaman buncis dan
menemukan teori
persilangan
untuk gen-gen yang independen.
Teori tersebut menyatakan bahwa gen
dari anak merupakan perpaduan (persilangan) dari gen-gen yang dari kedua orang
tuanya. Pewarisan sifat dan kombinasi antar gen, tak jarang menghasilkan gen
yang kurang diinginkan, seperti gen hemofilia dan albinism. Gen yang kurang
diinginkan tersebut dapat dihindari dengan mempelajari pohon keluarga yang
merepresentasikan pewarisan sifat antar generasi. Penurunan sifat
dapat terjadi melalui perkawinan antara dua individu sejenis. Perkawinan antara
dua individu sejenis yang mempunyai sifat beda disebut persilangan. Sifat beda
ditentukan oleh gen di dalam kromosom yang di turunkan dari generasi ke
generasi berikutnya.
Pada zaman ini, dimana teknologi telah berkembang, maka
berkembang pula ilmu tentang pewarisan sifat tersebut. Disamping itu,
dengan menggunakanteknologi masalah-masalah yang berhubungan dengan genetika
pun dapat dimanipulasi dengan cara „rekayasa genetika‟. Ilmu tentang genetika
ataupun pewarisan sifat ini sangat penting untuk dipelajari dan dimengerti.
Selain dalam bidang kedokteran, ilmu pewarisan sifat atau genetika ini pun
mencakup bidang pertanian dan perternakan. Oleh karena itu disusunlah
makalah genetika dengan judul “ pewarisan sifat “
1.2
Rumusan Masalah
1.2.1 Apa sajakah teori pewarisan sifat ?
1.2.2 Bagaimana pewarisan sifat menurut mendel ?
1.2.3 Bagaimana prinsip hereditas dalam mekanisme pewarisan
sifat ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui apa sajakah teori pewarisan sifat !
1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana pewarisan sifat menurut
mendel !
1.3.3 Untuk mengetahui prinsip
hereditas dalam mekanisme pewarisan
sifat !
BAB II
PEMBAHASAN
Dahulu orang beranggapan bahwa sifat
seseorang diwariskan kepada keturunannya melalui darah yang mengandung
tunas-tunas dari berbagai alat tubuh (teori pangenensis). Teori ini dikeluarkan
oleh Charles Darwin (1809-1882). Oleh karena itu, seseorang disebut
berdarah Belanda untuk menunjukkan bahwa dia adalah keturunan orang Belanda.
Ternyata, pendapat itu tidak benar sejak Galton (1822-1911) melalui
eksperimennya membuktikan bahwa darah kelinci putih yang dipindahkan ke tubuh
kelinci hitam dan sebaliknya, ternyata tidak memunculkan kelinci belang
(hitam-putih). Contoh lain yang bisa kita cermati pada masa sekarang ini bahwa
pernyataan atau pendapat itu salah, orang yang menerima transfusi darah dari
orang lain, sifatnya tidak menampakkan sifat baru sesuai dengan sifat orang
yang mendonorkan darahnya. Akhirnya teori ini pun gugur.
Keturunan merupakan hasil
perkembangbiakan secara generatif yang didahului oleh peristiwa peleburan inti
gamet jantan dengan inti gamet betina. Di dalam inti
sel terdapat kromosom, dan di dalam kromosom terdapat gen. Dengan demikian,
individu baru hasil perkembangbiakan generatif membawa sifat-sifat kedua
induknya. Gen dan kromosom inilah yang membawa sifat yang diturunkan. Selain
dipengaruhi faktor genetik sifat suatu organisme juga dipengaruhi oleh faktor
luar yaitu lingkungan.
2.1 Teori
Pewarisan Sifat.
1.
Teori
Embrio
Teori ini dikemukakan oleh Willam
Harvey, 1578-1657 yang menyatakan bahwa
semua hewan berasal dari telur. Pernyataan ini diperkuat oleh Raider de Graff
(1641-1673) peneliti pertama yang mengenal bersatunya sel sperma dengan sel
telur. Sel sperma dan Sel telur yang akan membentuk embrio. Rainer de Graff
menyatakan bahwa Ovarium pada burung sama dengan Ovarium pada kelinci.
2.
Teori
Preformasi
Teori ini dikemukakan oleh Jan
Swammerdan, 1637-1689 yang menyatakan bahwa telur mengandung semua generasi
yang akan dating sebagai miniatur yang telah terbentuk sebelumnya.
3.
Teori Epigenesis Embriologi
Teori ini dikemukakan oleh CF.Wolf ,
1738-1794, yang menyatakan bahwa ada kekuatan vital dalam tubuh organisme dan
kekuatan ini menyebabkan pertumbuhan embrio menurut pola perkembangan
sebelumnya.
4.
Teori Plasma Nutfah
Teori ini dikemukakan oleh J.B.
Lamarck, 1744-1829 yang menyatakan sifat yang terjadi karena rangsangan yang terjadi dari luar
(Lingkungan) terhadap struktur dan fungsi organ yang diturunkan pada generasi berikutnya.
5.
Teori Pengenesis
Teori ini dikemukakan oleh C.R
Darwin 1882-1980 yang menyatakan bahwa setiap bagian tubuh dewasa menghasilkan
benih-benih kecil yang disebut gemuaia.
2.2 Pewarisan sifat menurut Mendel
Salah satu cabang biologi yang
mengkaji tentang pewarisan sifat adalah genetika. Ilmu genetika berkembang
sangat pesat sejak ditemukannya teori pewarisan sifat oleh seorang rahib di
sebuah biara di Brunn, Austria yang bernama Gregor Johann Mendel
yang selanjutnya tokoh ini disebut Bapak Genetika. Mendel adalah
orang yang pertama melakukan percobaan perkawinan silang. Dalam percobaannya,
Mendel menyilangkan beberapa jenis tanaman ercis atau kacang kapri (Pisum
sativum) di kebun biara. Di kebun tersebut banyak sekali terdapat tanaman
kacang kapri yang beraneka ragam, ada yang berwarna putih dan merah, ada yang
berbiji bulat dan keriput, serta ada pula yang berbatang tinggi dan rendah.
Mendel memilih kacang kapri untuk penelitiannya karena
kacang tersebut memiliki sifat sebagai berikut :
1. Memiliki bunga sempurna yang dapat
melakukan penyerbukan sendiri
2. Dapat dengan
mudah dilakukan penyerbukan silang
3. Masa hidupnya
tidak lama, sehingga segera menghasilkan keturunan
4. Memiliki pasangan sifat yang mencolok.
Salah satu percobaan yang dilakukan
Mendel adalah menyilangkan tanaman kacang kapri berbiji bulat galur murni
dengan tanaman kacang kapri berbiji keriput galur murni dan sebaliknya. Galur
murni (pure line) adalah tumbuhan yang melakukan penyebukan sendiri dan menghasilkan keturunan dengan
sifat-sifat seperti induknya meskipun ditanam ulang beberapa kali, dan memiliki
pasangan gen (alel) yang sama, yaitu dominan saja atau resesif saja. Ada juga
pendapat yang menyatakan galur murni adalah suatu populasi yang terdiri dari
individu-individu yang genetisnya sama (homozigot) akibat dari kawin silang
dalam (inbreeding) atau perkawinan keluarga. Kedua pendapat diatas
memiliki satu kesaman yaitu pada susunan genetisnya yang homozigot.
Penyilangan dua individu dengan menyilangkan
masing-masing serbuk sari tanaman yang satu ke putik tanaman yang lain disebut
dengan persilangan resiprok. Dengan kata lain persilangan resiprok
merupakan persilangan antara dua individu yang masing-masing berperan sebagai
penyumbang serbuk sari. Agar tidak terjadi penyerbukan sendiri, Mendel
menghilangkan serbuk sari pada bunga yang akan ditaburi serbuk sari bunga lain
semenjak bunga tersebut masih berbentuk kuncup. Mendel melakukan percobaan ini
berulang kali dan hasilnya dicatat dengan teliti. Percobaan juga dilakukan
dengan sifat tanaman kacang kapri yang memiliki sifat mencolok lainnya.
Misalnya, sifat warna bunga merah dan sifat warna bunga putih, sifat
batang tinggi dengan batang rendah.
Mendel melakukan banyak percobaan pada
tanaman kacang kapri yang memiliki bermacam-macam sifat beda. Hasil percobaan
tersebut dirumuskan menjadi sebuah hipotesa (dugaan semetara). Hipotesis ini
dibuat berdasarkan fakta-fakta dari percobaan perkawinan silang tanaman kacang
kapri. Adapun hipotesa yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1.
Pada setiap organisme ada sepasang
faktor yang mengendalikan sifat tertentu. Sepasang faktor tersebut sekarang disebut gen.
2.
Gen-gen yang bersifat dominan akan
mengalahkan gen-gen yang bersifat resesif. Prinsip dominan tersebut ditunjukkan
dengan tanaman kacang kapri (F1) yang bergenotipe Mm tampak berbunga
merah.
3.
Keturunan pertama (F1)
dengan genotipe Mm, menghasilkan dua macam gamet yang berjumlah sama. Misalnya:
jika dihasilkan 50 serbuk sari, 25 sebuk sari memiliki genotipe M dan 25 serbuk
sari yang lain memiliki genotipe m. Demikian juga pada sel telurnya. Hal ini
terjadi karena pada waktu pembentukkan sel gamet pasangan gen Mm memisah secara
bebas. Akibatnya masing-masing sel kelamin (sebuk sari atau sel telur) hanya
memperoleh satu gen, yaitu M atau m. Peristiwa ini untuk selanjutnya disebut
dengan prisip pemisahan secara bebas.
4.
Dari hipotesa
di atas, Mendel selanjutnya merumuskan sebuah prinsip yang berkaitan dengan
pewarisan sifat, yang selanjutnya disebut dengan hukum Mendel (Mendelisme),
sebagai berikut :
a)
Hukum Mendel I
Hukum
Mendel I dikenal juga dengan Hukum Segregasi menyatakan: ‘pada pembentukan
gamet kedua gen yang merupakan pasangan akan dipisahkan dalam dua sel
anak’. Hukum ini berlaku untuk persilangan monohibrid (persilangan dengan satu
sifat beda).
Secara
garis besar, hukum ini mencakup tiga pokok:
Ø Gen memiliki bentuk-bentuk alternatif yang mengatur
variasi pada karakter turunannya. Ini adalah konsep mengenai dua macam alel;
alel resisif (tidak selalu nampak dari luar, dinyatakan dengan huruf kecil,
misalnya w dalam gambar), dan alel dominan (nampak dari luar, dinyatakan dengan
huruf besar, misalnya R).
Ø Setiap individu membawa sepasang gen, satu dari
tetua jantan dan satu dari tetua betina
Ø Jika sepasang gen ini merupakan dua alel yang
berbeda, alel dominan akan selalu terekspresikan (nampak secara visual dari luar).
Alel resesif yang tidak selalu terekspresikan, tetap akan diwariskan pada gamet
yang dibentuk pada turunannya.
b)
Hukum Mendel - II.
Prinsip
berpasangan (penggabungan) gen secara bebas. Selama pembentukkan gamet dihibrid
F1, pasangan alel akan mencari pasangan yang bukan alelnya.
Misalnya, dari persilangan induk dengan dua sifat beda (dihibrid) diperoleh F1
dengan genotipe BbKk. Dalam pembentukkan gametnya B tidak akan
berpasangan dengan b melainkan B akan berpasangan dengan K atau k sehingga
gamet yang terbentuk BK, Bk, bK, dan bk.
2.3 Prinsip
hereditas dalam mekanisme pewarisan sifat
Mendel melakukan pendekatan eksperimental
dan kuantitatif untuk genetika.Gregor
Mendel merumuskan suatu teori partikulat tentang penurunan sifat yang di
dasarkan pada percobaan menggunakan kacang ercis, yang dilakukan
pada tahun 1860-an. Ia menunjukkan
bahwa orang tua meneruskan gen diskret ke keturunannya dimana gen diskret ini mempertahankan identitasnya dari generasi ke generasi.
Berdasarkan hukum segregasi, kedua alel untuk suatu karakter dikemas ke dalam
gamet yang terpisah. Mendel sampai
pada hukum ini dengan membuat keturunan hibrid
dan membiarkannya melakukan penyerbukan sendiri. Hibrid (F1)
memperlihatkan perilaku dominan. Dalam generasi berikutnya (F2), 75% keturunannya memiliki perilaku dominan
dan 25% memiliki perilaku resesif, membentuk rasio 3:1. Penjelasan
Mendel ialah bahwa gen memiliki alternatif (sekarang disebut alel) dan bahwa setiap organisme mewarisi
satu alel untuk setiap gen dari masing-masing orangtuanya. Alel-alel ini berpisah selama
pembentukan gamet, sehingga sperma
atau telur hanya membawa satu alel. Setelah pembuahan, jika kedua alel suatu gen berbeda,
salah satunya (alel
domiman) diekspresikan dalam keturunannya dan yang yang lain (alel resesif) ditutupi.
Individu homozigot memiliki alel identik untuk suatu karakter tertentu dan
merupakan galur murni. Individu heterozigot memiliki dua alel yang berbeda untuk suatu
kerakter tertentu.
Berdasarkan hukum pemilahan independen, tiap-tiap pasangan alel akan memisah kedalam gamet secara independen. Mendel
mengusulkan hukum ini berdasarkan pada persilangan dihibrid
antara tumbuhan yang berbeda dalam
dua karakter atau lebih (misalnya, warna bunga dan bentuk biji).
Alel untuk setiap karakter berpisah kedalam gamet
secara independen terhadap alel untuk
karakter lain. Generasi F2 dari suatu persilangan dihibrid memiliki empat
kemungkinan fenotipe dengan
rasio 9:3:3:1.
Penurnan Sifat Mendelian menggambarkan probabilitas.
Aturan perkalian menyatakan bahwa probabilitas suatu kejadian gabungan sam
dengan perkalian probabilitas terpisah dari kejadian-kejadian tunggal yang
independen. Aturan penjumlahan mengatakan bahwa probabilitas suatu kejadian
yang dapat terjadi dua atau lebih cara yang independen sama dengan penjumlahan
probabilitas terpisah. Mendel menemukan
perilaku partikulat gen. Analisis kuantitatif Mendel atas percobaan yang
direncanakan secara cermat adalah contoh dari proses sains.
Hubungan
antara genotipe dan fenotipe jarang
yang sederhana. Dalam dominansi tak sempurna,
individu heterozigot memiliki fenotipe pertengahan antara individu kedua jenis
homozigot. Dalam kodominan,
heterozigot memperlihatkan fenotipe untuk kedua
alelnya. Banyak gen hadir dengan alel
berganda (lebih dari dua) dalam suatu populasi. Pleitropi merupakan
kemampuan gen tunggal untuk mempengaruhi sifat fenotipik berganda.
Dalam epistasis, satu gen mempengaruhi
ekspresi gen lain. Karakter tertentu bersifat kuantitatif; karakter ini
bervariasi secara kontinu, memperlihatkan penurunan sifat poligenik, suatu pengaruh tambahan sebesar dua atau lebih
gen pada suatu karakter fenotipik
tunggal. Karakter kuantitatif yang
juga dipengaruhi oleh
lingkungan disebut multifaktorial.
2.3.1 Persilangan dengan satu sifat beda (Monohibrid)
Persilangan
antara dua individu dengan satu sifat beda disebut persilangan monohibrid.
Dominasi dapat terjadi secara penuh atau tidak penuh (kodominan). Masing-masing
dominasi ini menghasilkan bentuk keturunan pertama (F1) yang berbeda.
Persilangan monohibrid akan menghasilkan individu F1 yang seragam, apabila
salah satu induk mempunyai sifat dominan penuh dan induk yang lain bersifat
resesif. Apabila dilanjutkan dengan menyilangkan individu sesama F1, akan
menghasilkan keturunan (individu F2) dengan tiga macam genotipe dan dua macam
fenotipe.
Sebaliknya,
apabila salah satu induknya mempunyai sifat dominan tak penuh (intermediate),
maka persilangan individu sesama F1 akan menghasilkan tiga macam genotipe dan
tiga macam fenotipe. Contoh persilangan monohibrid dominan penuh terjadi pada
persilangan antara kacang ercis berbunga merah dengan kacang ercis berbunga
putih. Mendel menyilangkan kacang ercis berbunga merah (MM) dengan kacang ercis
berbunga putih (mm) dan dihasilkan individu F1 yang seragam, yaitu satu macam
genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (berbunga merah). Pada waktu F2,
dihasilkan tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM: 50% Mm : 25% Mm atau
1 : 2 : 1 dan dua macam fenotipe dengan perbandingan 75% berbunga merah : 25%
berbunga putih atau merah : putih = 3 : 1. Pada individu F2 ini, yang
berfenotipe merah dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu 2/3 bergenotipe
heterozigot (Mm) dan 1/3 homozigot dominan (MM).
Persilangan
antara kacang ercis berbunga merah dominan dengan kacang ercis berwarna putih
resesif dapat dibuat bagan sebagai berikut:
Contoh lain
:
P :
tumbuhan tinggi (dominan) x Tumbuhan rendah
(resesif)
TT tt
Gamet: T
T
t t
F1
: Tt, Tt, Tt, Tt (Tt)
Persilangan sesama F1: Tt x Tt
Gamet : T
t T t
F2 :
|
Rasio genotip: 1 (TT) : 2 (Tt)
: 1(tt)
Selain hasil
percobaan di atas, Mendel juga menemukan persilangan monohibrid yang
sifatnya intermediat, yaitu sifat perpaduan antara gen
dominan dengan gen resesif yang memunculkan fenotipe baru. Contoh
persilangan antara tanaman bunga pukul empat berbunga merah dengan tanaman
bunga pukul empat berbunga putih. Mendel menyilangkan tanaman bunga pukul empat
berbunga merah (MM) dengan putih (mm) menghasilkan individu F1 yang seragam,
yaitu satu macam genotipe (Mm) dan satu macam fenotipe (berbunga merah muda).
Pada individu F2 dihasilkan tiga macam genotipe dengan perbandingan 25% MM :
50% Mm : 25% mm atau 1 : 2 : 1 dan 3 macam fenotipe dengan perbandingan 25%
berbunga merah : 50% berbunga merah muda : 25% berbunga putih atau merah : merah
muda : putih = 1 : 2 : 1. Pada individu F2 ini yang berfenotipe merah dan putih
selalu homozigot, yaitu MM dan mm. Persilangan antara tanaman bunga pukul empat
berbunga merah dominan dengan bunga pukal empat berbunga putih resesif dapat
dibuat bagan sebagai berikut:
·
Perkawinan monohibrid pada hewan
Contohnya
pada marmot. Rambut marmot (seperti juga pada manusia, tikus, dll.) ada yang
hitam dan ada yang putih (albino). Marmot yang normal adalah yang berambut
hitam, disebabkan karena ia memiliki gen dominan A yang menentukan pembentukan
pigmen melanin. Alelnya a dalam keadaan homozigotik , menyebabkan melanin tidak terbentuk, sehingga marmot
berambut putih. Perkawinan antara marmot jantan hitam dengan marmot betina
albino menghasilkan keturunan yang semuanya hitam. Jika anak-anaknya ini
kawin sesamanya didapatkan keturunan yang memperlihatkan perbandingan fenotipe 3
hitam : 1 albino. Perbandingan genotipnya adalah 1 AA : 2 AA : 1 aa.
P ♀ aa x ♂ AA
albino hitam
Aa
|
AA
hitam
1
|
Aa
hitam
2
|
||
hitam
3
|
aa
putih
4
|
Ket.
Diagram perkawinan antara marmot hitam dan albino
§ Perkawinan
monohibrid pada manusia
Pada
manusia telah diketahui cukup banyak sifat herediter (turun temurun), misalnya
:
1) Jari
lebih (polydactyli)
Ditentukan
oleh gen dominan P, sedang alelnya resesif p menentukan jari normal. Seorang
ibu normal, suaminya polydactyli mempunyai 3 orang anak. Anak pertama dan kedua
adalah laki-laki polydactyli dan anak ke tiga adalah perempuan normal.
Bagaimanakah kira-kira genotip dari individu-individu tersebut?
Ibunya
normal, berarti mempunyai genotip pp. Ayahnya polydactyli tetapi mempunyai
seorang anak perempuan normal. Jadi ayah itu pasti memiliki gen resesif p dalam
genotipnya, sehingga ayah itu heterozigotik Pp. Dengan demikian, gen resesif p
dari ayah akan bertemu dengan gen p dari ibu, sehingga dihasilkan anak dengan
genotippp (normal). Anak laki-lakinya yang polydactyli tentunya juga
heterozigotik Pp.
a. Diagram
perkawinan dari keluarga polydactyli
P
♂ Pp x ♀ pp
polydactyli normal
Pp
polydactyli
|
pp
normal
|
b. Diagram
silsilah dari keluarga polydactyli
Pp pp
Pp Pp
pp
Keterangan : = symbol untuk laki-laki
= symbol untuk perempuan
= symbol untuk individu yang mempunyai
kelainan
2) Thalassemia
Merupakan
penyakit darah bawaan (keturunan) yang menyebabkan sel darah merah pecah.
Penyakit ini banyak terdapat di Negara-negara disekitar laut Tengah (Italia,
Yunani, Turki, pantai Utara Benua Afrika), di Timur Tengah (Irak, Afghanistan,
Iran, Pakistan), India Utara, Muangthai, Laos, Vietnam, Kamboja dan disekitar
khatulistiwa (Indonesia, Afrika Tengah).
Thalassemia
berdasarkan keparahannya dibedakan atas 2 macam :
§ Thalassemia
mayor, ini sangat parah dan biasanya menyebabkan kematian pada bayi.
§ Thalassemia
minor, ini tidak begitu parah, tetapi biasanya memerlukan berkali-kali
transfusi darah.
Thalassemia
diitentukan oleh gen dominan Th, sedang alelnya resesif th menentukan sifat
normal. Orang yang homozigotik ThTh menderita Thalassemia mayor, yang
heterozigotik Thth menderita Thalassemia minor, sedangkan orang yang sehat
bergenotip thth. Penderita Thalassemia mayor tidak pernah dijumpai sampai umur
dewasa, sebab biasanya sudah meninggal diwaktu bayi atau kanak-kanak. Jadi apabila dalam suatu keluarga didapatkan
penderita Thalassemia minor dapat dipastikan bahwa kedua orang tuanya adalah
penderita Thalassemia minor pula.
P ♂ Thth x ♀ Thth
Thalassemia Thalassemia
minor minor
ThTh
Thalassemia
mayor (mati)
1
|
Thth
Thalassemia
minor
2
|
||
Thalassemia
minor
3
|
Thth
normal
4
|
Ket. Diagram perkawinan dari suatu keluarga penderita Thalassemia yang
mempunyaianak normal
Jika kita
perhatikan contoh persilangan di atas, pada saat pembentukan gamet terjadi
pemisahan gen-gen yang sealel, sehingga setiap gamet hanya menerima sebuah gen
saja. Misalnya pada tanaman yang bergenotipe Mm, pada saat pembentukan gamet,
gen M memisahkan diri dengan gen m, sehingga gamet yang terbentuk memiliki gen
M atau gen m saja. Prinsip ini dirumuskan sebagai Hukum Mendel I (Hukum
Pemisahan Gen yang Sealel) yang menyatakan bahwa “Selama meiosis, terjadi
pemisahan pasangan gen secara bebas sehingga setiap gamet memperoleh satu gen
dari alelnya.”
2.3.2 Persilangan dengan dua sifat beda (Dihibrid)
Persilangan
antara dua individu dengan dua sifat beda disebut juga persilangan dihibrid.
Pada persilangan tersebut Mendel menyilangkan tanaman ercis dengan biji yang
mempunyai dua sifat beda, yaitu bentuk dan warna biji. Kedua sifat beda
tersebut ditentukan oleh gen-gen sebagai berikut:
B = Gen yang menentukan biji bulat.
b = Gen yang menentukan biji keriput.
k = Gen yang menentukan biji berwarna
kuning.
K = Gen yang menentukan biji berwarna hijau.
Jika tanaman kapri yang berbiji
bulat kuning (BBKK) disilangkan dengan kapri yang berbiji keriput hijau (bbkk),
semua tanaman F1 berbiji bulat kuning. Jika tanaman F1 dibiarkan mengadakan
penyerbukan sendiri, F2 memperlihatkan 16 kombinasi yang terdiri atas empat
macam fenotipe, yaitu tanaman berbiji bulat kuning, bulat hijau, keriput
kuning, dan keriput hijau. Dalam percobaan ini Mendel mendapatkan 315 tananman
berbiji bulat kuning, 100 tanaman berbiji bulat hijau, 101 tanaman berbiji keriput
kuning, dan 32 tanaman keriput hijau. Angka-angka tersebut menujukkan suatu
perbandingan fenotipe yang mendekati 9 : 3 : 3 : 1.
Pada saat pembentukan gamet
(pembelahan meiosis) anggota dari sepasang gen memisah secara bebas (tidak
saling memengaruhi). Oleh karena itu, pada persilangan dihibrid tersebut
terjadi empat macam pengelompokan dari dua pasang gen, yaitu:
a.
Gen B mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet
BK
b.
Gen B mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet
Bk
c.
Gen b mengelompok dengan gen K, terdapat dalam gamet
bK
d.
Gen b mengelompok dengan gen k, terdapat dalam gamet
bk
Prinsip tersebut di atas dirumuskan sebagai Hukum
Mendel II (Hukum Pengelompokkan Gen secara Bebas) yang menyatakan bahwa:
- Setiap gen dapat berpasangan secara bebas dengan gen lain membentuk alela,
- Keturunan pertama menunjukkan sifat fenotipe dominan,
- Keturunan kedua menunjukkan fenotipe dominan dan resesif dengan perbandingan tertentu, misalnya pada persilangan monohibrid 3 : 1 dan pada persilangan dihibrid 9 : 3 : 3 : 1.
Untuk memperjelas pemahamanmu tentang persilangan
dihibrid, perhatikan bagan persilangan antara kapri (ercis) biji bulat warna
kuning dengan kapri biji keriput warna hijau yang menghasilkan F1 berupa kapri
berbiji bulat warna kuning.
P : Tumbuhan berbiji bulat, kuning X Tumbuhan berbiji kisut, hijau
BBKK bbkk
Gamet : BK BK bk bk
F1: BbKk (Bulat
kuning)
Persilangan sesama F1
BbKk x BbKk
Gamet : BK, Bk, bK, bk BK, Bk, bK, bk
F2 :
|
BK
|
Bk
|
bK
|
bk
|
BK
|
BBKK
Bulat, kuning
|
BBKk
Bulat, kuning
|
BbKK
Bulat, kuning
|
BbKk
Bulat, kuning
|
Bk
|
BBKk
Bulat, kuning
|
BBkk
Bulat, hijau
|
BbKk
Bulat, kuning
|
Bbkk
Bulat, hijau
|
bK
|
BbKK
Bulat, kuning
|
BbKk
Bulat, kuning
|
bbKK
Kisut, kuning
|
bbKk
Kisut, kuning
|
bk
|
BbKk Bulat,
kuning
|
Bbkk
Bulat, hijau
|
bbKk Kisut,
kuning
|
bbkk Kisut,hijau
|
Rasio fenotip : 9
(Bulat, kuning) : 3 (Bulat, hijau) : 3 (Kisut kuning) : 1 (Kisut, hijau)
Rasio genotip : 1(BBKK): 2 (BBkk):
2 (BbKK) : 4(BbKk) : 1 (BBkk) : 2(BbKK) : 1 (bbKK) :2 (bbKk) : 1 (bbkk)
Mendel menganggap bahwa pada saat pembentukan gamet gen-gen
akan memisahkan dari alelnya lalu mengelompok dengan gen-gen yang tidak sealel.
Inilah yang disebut dengan Hukum Asortasi Bebas atau Hukum
Mendel II. Gen B bisa mengelompok dengan gen K, membentuk gamet tipe BK.
Gen B bisa pula mengelompok dengan gen k, membentuk gamet tipe Bk. Gen b bisa
mengelompok dengan gen K, membentuk gamet tipe bK. Gen b bisa mengelompok
dengan gen k, membentuk gamet tipe bk
Tabel 2 : Penentuan
jumlah gamet, fenotip,
genotip, kombinasi dan pemisahan fenotip berdasarkan sifat beda
Sifat beda
|
Gamet
|
Fenotip
|
Genotip
|
Kombinasi
|
Pemisahan fenotip
|
1
|
1
|
21
|
31
|
41
|
1(3)
: 1
|
2
|
22
|
22
|
32
|
42
|
1(9) : 3 : 3 : 1
|
3
|
23
|
23
|
33
|
43
|
Dst
. (lihat rumus pemisahan fenotip)
|
4
|
24
|
24
|
33
|
44
|
|
n
|
2n
|
2n
|
3n
|
4n
|
|
Rumus pemisahan fenotip:
n! n! n!
1(3n):----------- (3 n-1): -----------
(3 n-2):
----------- (3 n-2): ………: 1 (3 n-n)
1! (n-1)! 2! (n-2)!
Dominasi tidak sempurna
P : Tumbuhan berbunga merah X
Tumbuhan berbunga putih
MM mm
Gamet : M,M m,m
F1 : Mm (Merah
muda/rose)
Persilangan
sesama F1
Mm x Mm
|
M
|
m
|
M
|
MM
|
Mm
|
m
|
Mm
|
mm
|
Gamet : M, m M,m
F2:
|
Rasio genotip : 1(MM) : 2 (Mm)
: 1(mm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar