A. Konsep dasar Pengelolaan Pendidikan
Kata
pengelolaan berasal dari kata manajemen. Sedangkan istilah manajemen sama
artinya dengan administrasi (Oteng Sutisna :1985). Oleh sebab itu, pengelolaan
pendidikan dapat diartikan sebagai upaya untuk menerapkan kaidah-kaidah
administrasi dalam bidang pendidikan. Moh. Rifai (1982) menjelaskan pengertian
administrasi sebagai berikut: Administrasi ialah keseluruhan proses yang
mempergunakan dan mengikutsertakan semua sumber potensi yang tersedia dan yang sesuai,
baik personal maupun material, dalam usaha untuk mencapai bersama suatu tujuan
secara efektif dan efisien (h. 25). Sementara itu Sondang P. Siagian (1983)
mendefisinikan pengertian administrasi adalah sebagai keseluruhan proses
kerjasama antara dua orang manusia atau lebih yang didasarkan atas rasionalitas
tertentu untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan sebelumnnya. pengertian
administrasi mengandung makna adanya (1) tujuan yang mesti dapat direalisasikan
guna kepentingan lembaga, individu atau pun kelompok, (2) keterlibatan
personil, material dan juga finansial dalam posisinya yang saling mendukung dan
satu sama lain saling memerlukan dan juga saling melengkapi, (3) proses yang
terus menerus dan berkesinambungan yang dimulai dari hal yang kecil dan
sederhana sampai kepada hal yang besar dan rumit, (4) pengawasan atau kontrol
guna keteraturan, keseimbangan dan keselarasan, (5) tepat guna dan berhasil
guna supaya tidak terjadi penghambur-hamburan waktu, tenaga, biaya dan juga
fasilitas agar dapat mencapai keberhasilan dan produktivitas yang cukup
memadai, (6) hubungan manusiawi yang menempatkan manusia sebagai unsur utama
dan terhormat serta memiliki kepentingan di dalamnya.
Dudung A. Dasuqi dan Setyo
Somantri (1994) menyampaikan beberapa alasan tentang perlunya kaidah-kaidah
administrasi diterapkan dalam bidang pendidikan. Alasan-alasan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Dalam rangka
mengantisipasi tuntutan perkembangan dan juga tuntutan pembangunan yang terjadi
pada tingkat lokal, regional atau pun global sehingga pendidikan dapat
merencanakan, menyediakan, mengelola dan juga mengatur berbagai tuntutan yang
ada guna kepentingan pembangunan itu sendiri atau guna kelanjutan dari
pembangunan yang berkesinambungan.
2. Produk atau
hasil dari pembangunan pendidikan yang berbentuk fisik atau pun non-fisik yang
berupa ilmu atau pengetahuan dalam ruang lingkup lokal, regional dan global.
Agar produk atau hasil dari pembangunan pendidikan ini dapat dirasakan
manfaatnya bagi kehidupan manusia yang tentunya memerlukan penataan dan
penggunaan yang memadai sesuai dengan kaidah-kaidah administrasi yang telah
teruji keberhasilannya.
3. Peranan dan
tugas dari lembaga pendidikan (persekolahan) makin lama semakin bertambah dan
semakin beragam sehingga lembaga pendidikan atau persekolahan ini tidak hanya
memerlukan tenaga guru sebagai pengajar saja akan tetapi juga memerlukan
berbagai macam tenaga kependidikan lain seperti pengelola pendidikan,
administrator, manajer, planner, supervisor dan juga counsellor dalam
proses belajar mengajar.
4. Tuntutan
kemajuan ilmu dan teknologi dan juga tuntutan dari hidup manusia itu sendiri
yang keduanya mesti seimbang dan selaras yang berakibat harus seimbang dan
selarasnya lembaga pendidikan sebagai produsen dan indvidu sebagai konsumennya.
5. Tuntutan dari
masyarakat terhadap lembaga pendidikan atau persekolahan yang menuntut
peralatan dan fasilitas yang memadai serta personil yang berkualitas sebagai
jaminan lembaga pendidikan atau persekolahan dalam merebut kepercayaan
konsumen tenaga kerja di bursa tenaga kerja. Perencanaan, pengelolaan dan
kualitas mutu keluaran dari lembaga pendidikan atau persekolahan tidak
sepenuhnya dapat dipercayakan hanya kepada guru saja walaupun guru tersebut
memiliki kualitas yang cukup tinggi.
6. Pendidikan dan
lembaga pendidikan dewasa ini telah menjadi ajang bisnis yang memerlukan
penanganan yang lebih serius untuk dapat merebut persaingan yang sehat.
B. Fungsi
Pengelolaan Pendidikan
1.
Perencanaan
Satu-satunya hal yang pasti di masa
depan dari organisasi apapun termasuk lembaga pendidikan adalah perubahan, dan
perencanaan penting untuk menjembatani masa kini dan masa depan yang
meningkatkan kemungkinan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Mondy dan
Premeaux (1995) menjelaskan bahwa perencanaan merupakan proses menentukan apa
yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya dalam kenyataan.
Perencanaan amat penting untuk implementasi strategi dan evaluasi strategi yang
berhasil, terutama karena aktivitas pengorganisasian, pemotivasian, penunjukkan
staff, dan pengendalian tergantung pada perencanaan yang baik (Fred R. David,
2004).
Dalam dinamika masyarakat, organisasi
beradaptasi kepada tuntunan perubahan melalui perencanaan. Menurut Johnson
(1973) bahwa: “The planning process can be considered as the vehicle for
accomplishment of system change”. Tanpa perencanaan sistem tersebut tak
dapat berubah dan tidak dapat menyesuaikan diri dengan kekuatan-kekuatan
lingkungan yang berbeda. Dalam sistem terbuka, perubahan dalam sistem terjadi
apabila kekuatan lingkungan menghendaki atau menuntut bahwa suatu keseimbangan
baru perlu diciptakan dalam organisasi tergantung pada rasionalitas pembuat
keputusan. Bagi sistem sosial, satu-satunya wahana untuk perubahan inovasi dan
kesanggupan menyesuaikan diri ialah pengambilan keputusan manusia dan proses
perencanaan.
Dalam konteks lembaga pendidikan, untuk
menyusun kegiatan lembaga pendidikan, diperlukan data yang banyak dan valid,
pertimbangan dan pemikiran oleh sejumlah orang yang berkaitan dengan hal yang
direncanakan. Oleh karena itu kegiatan perencanaan sebaiknya melibatkan setiap
unsur lembaga pendidikan tersebut dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
Menurut Rusyan (1992) ada beberapa hal
yang penting dilaksanakan terus menerus dalam manajemen pendidikan sebagai
implementasi perencanaan, diantaranya:
·
Merinci tujuan dan menerangkan kepada
setiap pegawai/personil lembaga pendidikan.
·
Menerangkan atau menjelaskan mengapa
unit organisasi diadakan.
·
Menentukan tugas dan fungsi, mengadakan
pembagian dan pengelompokkan tugas terhadap masing-masing personil.
·
Menetapkan kebijaksanaan umum, metode,
prosedur dan petunjuk pelaksanaan lainnya.
·
Mempersiapkan uraian jabatan dan merumuskan
rencana/sekala pengkajian.
·
Memilih para staf (pelaksana),
administrator dan melakukan pengawasan.
·
Merumuskan jadwal pelaksanaan, pembakuan hasil
kerja (kinerja), pola pengisian staf dan formulir laporan pengajuan.
·
Menentukan keperluan tenaga kerja,
biaya (uang) material dan tempat.
·
Menyiapkan anggaran dan mengamankan dana.
·
Menghemat ruangan dan alat-alat
perlengkapan.
2.
Pengorganisasian
Tujuan pengorganisasian adalah mencapai
usaha terkoordinasi dengan menerapkan tugas dan hubungan wewenang. Malayu S.P.
Hasbuan (1995) mendifinisikan pengorganisasian sebagai suatu proses penentuan,
pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk
mencapai tujuan, menempatkan orang-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan
alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang yang secara relative
didelegasikan kepada setiap individu yang akan melakukan aktivitas-aktivitas
tersebut. Pengorganisasian fungsi manajemen dapat dilihat terdiri dari tiga
aktivitas berurutan: membagi-bagi tugas menjadi pekerjaan yang lebih sempit
(spesialisasi pekerjaan), menggabungkan pekerjaan untuk membentuk departemen
(departementalisasi), dan mendelegasikan wewenang (Fred R. David, 2004).
·
Dalam konteks pendidikan,
pengorganisasian merupakan salah satu aktivitas manajerial yang juga menentukan
berlangsungnya kegiatan kependidikan sebagaimana yang diharapkan. Lembaga
pendidikan sebagai suatu organisasi memiliki berbagai unsur yang terpadu dalam
suatu sistem yang harus terorganisir secara rapih dan tepat, baik tujuan,
personil, manajemen, teknologi, siswa/member, kurikulum, uang, metode,
fasilitas, dan faktor luar seperti masyarakat dan lingkungan sosial budaya.
·
Sutisna (1985) mengemukakan bahwa
organisasi yang baik senantiasa mempunyai dan menggunakan tujuan, kewenangan,
dan pengetahuan dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan. Dalam organisasi yang baik
semua bagiannya bekerja dalam keselarasan seakan-akan menjadi sebagian dari
keseluruhan yang tak terpisahkan. Semua itu baru dapat dicapai oleh organisasi
pendidikan, manakala dilakukan upaya:
1) Menyusun
struktur kelembagaan,
2)
Mengembangkan prosedur yang berlaku,
3) Menentukan
persyaratan bagi instruktur dan karyawan yang diterima,
4) Membagi
sumber daya instruktur dan karyawan yang ada dalam pekerjaan.
3.
Pengarahan
Pengarahan adalah fungsi pengelolaan
yang berhubungan dengan usaha memberi bimbingan, saran, perintah-perintah atau
intruksi kepada bawahan dalam melaksanakan tugas masing-masing, agar tugas
dapat dilaksanakan dengan baik dan benar-benar tertuju pada tujuan yang telah
ditetapkan semula.
4.
Pengawasan
Sebagaimana yang dikutif Muhammad
Ismail Yusanto (2003), Mockler (1994) mendifinisikan pengawasan sebagai suatu
upaya sistematis untuk menetapkan standar prestasi kerja dengan tujuan
perencanaan untuk mendesain sistem umpan balik informasi; untuk membandingkan
prestasi sesungguhnya dengan standar yang telah ditetapkan itu; menentukan
apakah ada penyimpangan dan mengukur signifikansi penyimpangan tersebut; dan
mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua
sumberdaya perusahaan telah digunakan dengan cara yang paling efekif dan
efisien guna tercapainya tujuan perusahaan.
·
Dalam konteks pendidikan, Depdiknas
(1999) mengistilahkan pengawasan sebagai pengawasan program pengajaran dan
pembelajaran atau supervisi yang harus diterapkan sebagai berikut:
a.
Pengawasan yang dilakukan pimpinan
dengan memfokuskan pada usaha mengatasi hambatan yang dihadapi para instruktur
atau staf dan tidak semata-mata mencari kesalahan.
b.
Bantuan dan bimbingan diberikan secara
tidak langsung. Para staf diberikan dorongan untuk memperbaiki dirinya sendiri,
sedangkan pimpinan hanya membantu.
c.
Pengawasan dalam bentuk saran yang
efektif
d.
Pengawasan yang dilakukan secara periodik.
5.
Pengembangan
Pengembangan adalah upaya memperluas
atau mewujudkan potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada
suatu keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan
sesuatu dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang sederhana
kepada tahapan yang lebih kompleks. Berdasarkan pengertian tersebut maka,
pengembangan dalam pengelolaan pendidikan dapat diartikan sebagai upaya
memajukan program pendidikan ini ketingkat program yang lebih sempurna, lebih
luas, dan lebih kompleks.
C.Ruang Lingkup
Manajemen Pendidikan
Ruang lingkup manajemen pendidikan meliputi :
1. Manajemen
peserta didik
Peserta didik
selaku input dalam lembaga pendidikan merupakna pusat dari seluruh kegiatan
dalam manajemen pendidikan. Oleh karenanya peserta didik hendaknya menjadi
prioritas utama dalam pengambilan kebijakan di bidang pendidikan. Kegiatan yang
termasuk dalam bidang ini adalah pencatatan peserta didik mulai dari saat
penerimaan sampai dengan keluarnya dari sekolah.
2. Manajemen
tenaga kependidikan
Dalam prosesnya lembaga penyelenggara
elenggara dan pengelola pendidikan pastilah harus dikelola oleh tenaga –
tenaga, sehingga mereka pun sangat perlu dikelola. Manejemen tenaga
kependidikan adalah segenap proses penataan pegawai yang meliputi semua proses
atau cara memperoleh pegawai, penempatan dan penugasan, pemeliharaan dan
pembinaan, evaluasi, sampai pada pemutusan hubungan kerja.
3. Manajemen
Kurikulum
Apa yang diberikan oleh lembaga pendidikan kepada peserta didiknya
disajikan dalam bentuk kurikulum. Manajemen kurikulum adalah segenap proses
usaha bersama untuk memperlancar pencapaian tujuan pengajaran dengan titik
berat pada usaha meningkatkan kualitas interaksi pbm.
4. Manajemen
fasilitas pendidikan
Agar pbm berjalan dan tujuan pendidikan tercapai secara efektif dan
efisien, maka diperlukan sarana atau fasiiltas guna memperlancar proses
pendidikan itu sendiri. Manajemen fasilitas pendidikan adalah segenap proses
penataan yang bersangkut paut denagn pengadaan, pendagunaan, dan pengelolaan
sarana pendidikan agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan
efisien
5. Manajemen
Pembiayaan Pendidikan
Penyelenggaraan pendidikan tentunya memerlukan dana, untuk itu pengelolaan
pendanaan atau pembiayaan pendidikan agar efektif dan efisien sangatlah penting
guna menunjang ketercapaian tujuan pendidikan. Manajemen pembiayaan pendidikan
merupakan kegiatan pengelolaan yang meliputi penataan sumber, penggunaan, dan
pertanggungjawaban dana pendidikan di sekolah atau lembaga pendidikan pada
umumnya
6. Manajemen
Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat
Masyarakat merupakan laboratorium pendidikan yang tidak ternilai harganya.
Masyarakat juga merupakan stakeholder pendidikan, dimana keberlangsungan proses
pendidikan juga bergantung pada masyarakat. Untuk itu, lembaga pendidikan tidak
dapat terlepas dari masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.
Manajemen hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat merupakan kegiatan
penataan yang berkaitan dengan kegiatan hubungan sekolah dengan masyarakat
untuk menunjang pbm di sekolah
7. Manajemen
Organisasi Lembaga Pendidikan
Dalam setiap organisasi pastilah terdapat struktur tugas dan berbagai macam
konsekuensi akibat adanya pembidangan tugas tersebut. Hal inilah yang menjadi
garapan manajemen organisasi lembaga pendidikan, yaitu segenap kegiatan
mengorganisasikan lembaga pendidikan yang termasuk diantaranya adalah
pengelolaan fungsi kepemimpinan
8. Manajemen
Ketatalaksanaan dan Sistem Informasi Lembaga Pendidikan
Kegiatan pencatatan berakibat pada perlunya penataan data atau informasi,
agar pada saaat informasi tersebut diperlukan dapat diperoleh dengan mudah,
cepat, dan tepat. Manajemen ketatalaksanaan dan Sistem informasi Lembaga
Pendidikan berupaya untuk mencapai hal tersebut, dengan kegiatan yang meliputi
pencatatan, pengolahan, penggandaan, pengiriman, dan penyimpanan semua bahan
atau informasi yang temasuk dalam data lembaga pendidikan
9. Supervisi
Pendidikan
Kehadiran supervisi pendidikan diharapkan membantu tercapainya tujuan
pendidikan secara efisien, khususnya melalui pembinaan profesionalitas guru.
Namun trend pendidikan terakhir tidak selalu mengartikan supervisi pendidikan
memiliki sasaran satu – satunya berupa guru, melainkan juga melibatkan tenaga –
tenaga kependidikan lainnya. Batasan supervisi pendidikan yang selama ini akrab
adalah suatu usaha untuk memberikan bantuan kepada guru dalam memperbaiki
situasi belajar mengajar dan pada kenyataannya kelancaran pbm tidak semata
bergantung pada guru melainkan pula tenaga kependidikan lainnya.
D. Tujuan dan Manfaat Manajemen Pendidikan
1. Terwujudnya PBM
yang PAKEMB (bermakna)
2. Peserta didik
yang aktif mengembangkan dirinya
3. Memiliki
kompetensi manajerial
4. Tercapai tujuan
pendidikan secara efektif dan efisien
5. Teratasinya
masalah mutu pendidikan
6. Perencanaan
pendidikan merata, bermutu, relevan, dan akuntabel
7. Meningkatnya
citra positif pendidikan
E.Pendekatan-pendekatan
dalam pengelolaan Pendidikan
1 Pendekatan
Organisasi Klasik
Pendekatan
organisasi klasik ini sering disebut juga dengan gerakan manajemen ilmiah yang
dipelopori oleh Frederick Taylor seorang yang memiliki latar belakang dan
pengalaman sebagai buruh, juru ketik, mekanik, dan akhirnya berpengalaman
sebagai kepala teknik yang hidup antara tahun 1856 sampai dengan tahun 1915.
Gerakan ini mencari upaya untuk dapat menggunakan orang secara efektif dalam
organisasi industri. Konsep dari gerakan ini adalah orang dapat juga bekerja
layaknya sebagai mesin.
2. Pendekatan
Hubungan Manusia
Pendekatan hubungan
manusia adalah gerakan yang lahir dan berkembang sebagai reaksi terhadap
pendekatan organisasi klasik. Pendekatan hubungan manusia ini dipelopori oleh
Mary Parker Follett (1868-1933) orang yang pertama kali mengenal pentingnya
faktor-faktor manusia dalam administrasi. Mary Follet juga banyak menulis yang
berkenaan dengan sisi manusia dalam administrasi. Mary Follet percaya bahwa
masalah yang mendasar dalam semua organisasi adalah mengembangkan dan
mempertahankan hubungan dinamis dan harmonis. Walaupun terjadi konflik, menurut
pemikiran Mary Follet, konflik tersebut merupakan suatu proses yang normal bagi
pengembangan hal yang mengakibatkan terjadinya konflik itu.
3. Pendekatan
Prilaku
Pendekatan prilaku
dalam administrasi adalah menggabungkan antara hubungan sosial dengan struktur
formal dan menambahkannya dengan proposisi yang diambil dari psikologi,
sosiologi, ilmu politik dan ekonomi. Pendekatan ini dipelopori oleh Chester I.
Barnard yang hidup antara tahun 1886 sampai dengan tahun 1961. Bukunya
"Functions of the Executive" (1938). Dalam buku ini Barnard mengulas
secara lengkap teori perilaku yang kooperatif dalam organisasi formal. Barnard
menyimpulkan bahwa kontribusi kerjanya berkenaan dengan konsep struktur dan
dinamis. Konsep-konsep struktur yang dianggap penting adalah individu, sistem
kerja sama, organisasi formal, organisasi formal yang komplek, dan juga
organisasi informal. Konsep-konsep dinamis yang penting, menurut Barnard,
adalah kerelaan, kerjasama, komunikasi, otoritas, proses keputusan, dan
keseimbangan dinamik.
F.
Permasalahan dan Pengembangan Pengelolaan Pendidikan
“Masalah
Kontemporer Pengelolaan Sistem Pendidikan Nasional” dapat diikhtisarkan bahwa
permasalahan dan pengembangan pengelolaan pendidikan menyangkut hal-hal sebagai
berikut:
1. Sistem
Desentralisasi dalam Pengelolaan Pendidikan
Bagaimanakah
kita dapat mengoperasikan sistem desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan
nasional yang efektif dan efisien bagi semua daerah? Sebab daerah-daerah tidak
semuanya siap untuk dapat menerapkan sistem desentralisasi dalam pengelolaan
pendidikan kita ini. Apakah dengan menerapkan sistem desentralisasi dalam
pengelolaan pendidikan dapat merusak tatanan kesatuan dan persatuan yang telah
terjalin selama ini antar berbagai daerah di negara kita? Akan tetapi penerapan
sistem desentralisasi dalam pengelolalaan pendidikan adalah salah satu upaya
untuk memberikan kepercayaan kepada daerah dalam mengelola sistem pendidikan
yang berada di daerah tersebut dalam rangka untuk pengembangan sumber daya
manusia yang bervariasi untuk kepentingan pembangunan pendidikan dan juga
pembangunan nasional secara menyeluruh.
2. Penerapan
Otonomi dalam Pengelolaan Pendidikan Tinggi
Dalam pengelolaan
pendidikan tinggi yang mempercayakan sepenuhnya kepada perguruan tinggi untuk
dapat mengelola dan mengembangkannya sendiri sesuai dengan kebutuhan dan
potensi perguruan tinggi tersebut dan daerah masing-masing di mana perguruan
tinggi itu berada. Setiap perguruan tinggi akan diberikan kepercayaan dan
kewenangan yang luas untuk dapat mengelola proses pendidikan dengan segala
aspek yang ada di dalamnya.
3.
Profesionalisasi Jabatan Tenaga Kependidikan
Supaya
tingkat efektivitas dan efisiensi hasil pendidikan nasional dapat dioptimalkan
untuk kepentingan masyarakat dan kepentingan bangsa dalam mengejar berbagai
ketinggalan bangsa Indonesia dengan bangsa lain sehingga pada akhirnya bangsa
Indonesia dapat bersaing secara sehat dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
4. Kendali Mutu
Pendidikan Nasional
Mutu proses pengajaran
sangat dipengaruhi oleh perilaku guru dalam hal :
1)
menyusun desain instruksional,
2)
menguasai berbagai macam metode mengajar
dan mampu menerapkan metode tersebut dengan kegiatan siswa di dalam kelas,
3)
berinteraksi dengan siswa untuk
menumbuhkan dan membangkitkan motivasi belajar yang menyenangkan,
4)
menguasai bahan dan menggunakan berbagai
macam sumber belajar untuk membangkitkan kegiatan belajar aktif,
5)
mengenal perbedaan individual setiap
siswa, dan
6)
memilih proses dan hasil belajar,
memberikan umpan balik, dan juga mampu dalam merancang program belajar remedial
(Djam‟an Satori dan Udin S. Saud 1994).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar