Jumat, 21 Oktober 2016

SISTEM PERNAPASAN PADA HEWAN



MAKALAH FISIOLOGI HEWAN
SISTEM PERNAPASAN PADA HEWAN
 





Dosen Pengampu :
Dr.Dra. Asni Johari, M.Si

Kelompok 7
1.      Endah Kartika Sari (A1C414032)
2.  Gustiana (A1C414041)
3.    Mona Septiani (A1C414026)
4.    Septian Harmi Lestari (A1C414029)
5.      Tiara Putri Utami (A1C414009)

PENDIDIKAN BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas rahmat dan hidayah serta izin-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan makalah Fisiologi Hewan mengenai “Sistem Pernapasan Pada Hewan”.
            Makalah ini membahas tentang bagaimana sistem pernapasan pada hewan invertebrata dan vertebrata . Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal, makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya.
              Walaupun demikian, kami berharap penulisan makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca umumnya, sehingga dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang dengan cepat. 
                                                                                                



Jambi,   2 Februari 2016

Penyusun





DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR..........................................................................................i
DAFTAR ISI .......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah................................................................................. 1
C. Tujuan................................................................................................... 1
BaB II PEMBAHASAN
A.
BAB III PENUTUP
A.  Kesimpulan.......................................................................................... 17
B.  Saran.................................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... iii















BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

        Salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas. Tanpa bernapas makhluk hidup tidakdapat menjalankan fungsi kehidupannya. Bernapas adalah proses pemasukkan Oksigen kedalam jaringan tubuh dan pengeluaran karbon dioksida ke lingkungan. Secara biologi bernapas dapat pula disebut sebagai Respirasi, dimana terjadi proses untuk menghasilkan energi. Energi tersebutlah yang digunakan makhluk hidup untuk bertahan hidup.
        Makhluk hidup yang melakukan proses pernapasan secara garis besar dibedakan menjadi dua golongan. Yaitu golongan invertebra dan golongan vertebrata. Invertebra berarti hewan yang tidak memiliki tulang belakang sedangkan vertebrata berarti hewan yang memiliki tulang belakang.
            Hewan-hewan Invertebrata ada yang belum memiliki sistem pernapasan khusus, seperti Porifera dan sebagian cacing (Vermes). Umumnya hewan-hewan tersebut melakukan pernapasan langsung, yaitu secara difusi melalui permukaan tubuhnya.  Namun, pada hewan-hewan yang lebih tinggi, seperti Mollusca dan Arthropoda sudah memiliki sistem pernapasan khusus, walaupun masih sederhana. Misalnya Insecta dan Myriapoda beranapas menggunakan trakea, hewan-hewan Arachnida, misalnya laba-laba bernapas menggunakan paru-paru buku. Hewan-hewan yang hidup di air misalnya Crustacea (golongan udang-udangan) dan Mollusca (siput dan kerang) bernapas menggunakan insang.
        Hewan vertebrata secara umum terbagi atas golongan Amfibia, Reptilia, Pisces, Aves dan Mamalia. Golongan amfibia contohnya seperti katak, golongan reptilia contohnya seperti buaya, golongan pisces seperti ikan gabus, golongan aves seperti burung pipit dan golongan mamalia seperti manusia. Sebenarnya banyak lagi contoh hewan-hewan dari golongan-golongan tersebut, namun walaupun berada dalam satu golongan mungkin saja didapati struktur sistem pernapasan yang berbeda-beda. Hal tersebut tentu saja disesuaikan dengan habitat dan jenis dari masing-masing hewan tersebut.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1.         Apakah Pengertian Pernapasan pada Hewan
2.         Bagaimana Sistem Pernafasan Pada Hewan Invertebrata
3.         Bagaimana Sistem Pernafasan Pada Hewan Vertebrata

C.    Tujuan
Adapun tujuan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1.      Dapat Mengetahui Pengertian Pernapasan pada Hewan
2.      Dapat Mengetahui Sistem Pernafasan Pada Hewan Invertebrata
3.      Dapat Mengetahui Sistem Pernafasan Pada Hewan Vertebrata



















BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pernapasan pada Hewan
   Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O dan energi. Namun demikian respirasi pada hakikatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O. Yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumlahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Sedangkan metabolit respirasi adalah intermediat-intermediat yang terbentuk dalam reaksi-reaksi respirasi (Anonim, 2008).
                        Alat respirasi adalah alat atau bagian tubuh tempat O2 dapat berdifusi masuk dan sebaliknya CO2 dapat berdifusi keluar.  Alat respirasi pada hewan bervariasi antara hewan yang satu dengan hewan yang lain, ada yang berupa paru-paru, insang, kulit, trakea, dan paruparu buku, bahkan ada beberapa organisme yang belum mempunyai alat khusus sehingga oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke dalam tubuh, contohnya pada hewan bersel satu, porifera, dan coelenterata. Pada ketiga hewan ini oksigen berdifusi dari lingkungan melalui rongga tubuh.
            Respirasi pada hewan merupakan proses yang diatur oleh saraf untuk mencukupi kebutuhan akan oksigen dan membuang CO2 secara efektif. Pengaturan respirasi dapat berlangsung secara kimiawi maupun saratif. Pembuangan CO2 dan pemasokan oksigen harus sesuai dengan kebutuhan tubuh hewan, yang dari waktu ke waktu dapat sangat bervariasi. Pada saat laju metabolisme meningkat, kebutuhan oksigen dan pembentukan karbondioksida juga meningkat. Apabila saat tersebut darah tidak mengandung cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhannya, hewan akan mengalami kondisi hipoksa atau bahkan asfiksia (keadaan tidak terdapat oksigen dalam jaringan tubuh). Sebaliknya, apabila kadar oksigen dalam sel/tubuh terlalu tinggi, dapar terjadi oksidasi yang tidak diharapkan, yang dapat mengakibatkan kehancuran sel-sel tubuh. Pasokan oksigen yang tidak memadai npada umumnya berkaitan erat dengan adanya timbunan karbondioksida. Sementara itu, tumbunan karbondioksida dalam tubuh dapat meninbulkan berbagai gangguan yang tidak diinginkan, antara lain gangguan metabolisme seperti telah diuraikan sebelumnya.
            Kebanyakan orang sering salah paham dalam pengertian bernafas dan respirasi, tetapi mereka adalah dua proses fisiologis yang saling terkait namun berbeda. Pernapasan terjadi pertama sekali dan respirasi terjadi setelah itu. Tempat di mana dua proses ini berlangsung juga berbeda.
            Bernapas adalah proses mengambil oksigen ke dalam tubuh  dan mengeluarkan karbon dioksida dari tubuh. Pernapasan sangat penting bagi kehidupan, ia bisa menghilangkan karbon dioksida yang merupakan produk limbah respirasi. pernapasan juga dapat menghilangkan kelebihan air dari tubuh.

Pernapasan
Respirasi
proses mekanik
proses kimia.
pertukaran sebagian besar gas masuk dan keluar dari tubuh
proses memecah nutrisi dengan oksigen untuk menghasilkan energi.
terjadi antara tubuh dan lingkungan eksternal
terjadi pada tingkat sel.
melibatkan proses aktif dan pasif
proses aktif
sadar dan tidak sadar
merupakan proses tidak sadar
melakukan pertukaran gas

menghasilkan energi dan produk-produk limbah


B. Sistem Pernafasan Pada Hewan Invertebrata
1. Sistem Pernafasan pada Porifera
                 Porifera bernapas dengan cara memasukkan air melalui pori-pori (ostium) yang terdapat pada seluruh permukaan tubuhnya, masuk ke dalam rongga spongocoel. Proses pernapasan selanjutnya dilakukan oleh sel leher (koanosit), yaitu sel yang berbatasan langsung dengan rongga spongocoel. Aliran air yang masuk melalui ostium menuju rongga spongocoel membawa oksigen sekaligus zat-zat makanan (Anonim, 2009). 
                 Pengikatan O2 dan pelepasan CO2 dilakukan oleh sel leher (koanosit). Selain melakukan fungsi pernapasan, sel leher sekaligus melakukan proses pencernaan dan sirkulasi zat makanan. Selanjutnya, air keluar melalui oskulum.
Sebetulnya spons tidak mempunyai alat atau organ pernafasan khusus, kendati demikian mereka dalam hal respirasi bersifat aerobik. Dalam hal ini yang bertugas menangkap/mendifusikan oksigen yang terlarut di dalam air medianya bila di jajaran luar adalah sel-sel epidermis (sel-sel pinakosit), sedangkan pada jajaran dalam yang bertugas adalah sel-sel leher (khoanosit) selanjutnya oksigen yang telah berdifusi ke dalam kedua jenis sel tersebut diedarkan ke seluruh tubuh oleh amoebosit. Berhubung hewan spons bersifat sesil artinya tidak mengadakan perpindahan tempat sedangkan hidupnya sepenuhnya tergantung akan kaya tidaknnya kandungan material (oksigen, partikel makanan) dari air yang merupakan medianya, maka ketika Porifera masih dalam fase larva yang sanggup mengadakan pergerakan yaitu berenang-renang mengenbara kian kemari dengan bulu-bulu getarnya, ia akan memilih tempat yang strategis dalam arti yang kaya akan kandungan material yang dibutuhkan untuk kepentingan hidup.
                 Bila air yang merupakan media hidupnya itu mengalami penyusutan kandungan oksigennya, maka hal ini akan mempengaruhi kehidupan Porifera yang bersangkutan, artinya tubuhnya juga akan mengalami penyusutan sehingga menjadi kecil dan bila kekurangan sampai melampaui batas toleransinya maka Poriferanya akan mati.
2. Sistem Pernapasan pada Coelenterata (Hewan Berongga)
                 Hewan Hydra “pertukaran gas pada hydra terjadi secara langsung pada permukaan tubuhnya. Hal ini karena Hydra tidak mempunyai organ khusus untuk pernafasan, pembuangan hasil ekskresi, dan juga tidak mempunyai darah serta sistem peredaran darah. Semua organ-organ itu bagi Hydra tidak diperlukan, sebab tubuhnya tersusun atas deretan sel-sel yang sebagian besar masih bebas bersentuhan langsung dengan air yang ada di sekitarnya. Di samping itu dinding tubuh Hydra merupakan dinding yang tipis, oleh sebab itu pertukaran gas oksigen dan karbondioksida maupun zat-zat sampah dari bahan nitrogen tidak menjadi persoalan bagi tubuh Hydra.
                
6

Pertukaran zat tersebut berlangsung secara langsung dengan dunia luar secara difusi dan osmosis melalui membran dari masing-masing sel. Dengan perkataan lain proses pernafasan maupun pembuangan sisa metabolisme dilakukan secara mandiri oleh masing-masing sel yang bersangkutan.
                 Hewan Scypozoa “seperti halnya hydra, Ubur-ubur ini tidak mempunyai alat respirasi maupun ekskresi yang khusus. Kedua proses tersebut dilakukan secara langsung melalui seluruh permukaan tubuhnya. Dalam hal ini sistem saluran air dan sistem saluran gastrovaskular sangat membantu dalam memperlancar proses respirasi maupun ekskresi (Suripto, 2000).
                 Gas-gas O2 yang terlarut di dalam air akan masuk secara difusi masuk kedalam lapisan epidermis maupun gastrodermis tubuh ubur-ubur. Sebaliknya gas-gas O2 yang dihasilkan dari proses respirasi akan dikeluarkan dari tubuhnya secara difusi. Demikian halnya dengan zat-zat sampah, terutama yang berupa zat-zat nitrogen sebagai sisa-sisa metabolisme, akan dibuang secara langsung oleh sel-sel epidermis maupun gastrodermis ke lingkungan luar tubuh.
3. Sistem pernapasan pada Platyhelminthes
                 Filum Platyhelminthes yaitu Planaria. Pada Planaria, O2 yang terlarut di dalam air berdifusi melalui permukaan tubuhnya. Demikian juga dengan pengeluaran CO2. Pada cacing tanah, O2 berdifusi melalui permukaan tubuhnya yang basah, tipis, dan memiliki pembuluh-pembuluh darah. Selanjutnya, O2 diedarkan keseluruh tubuh oleh sistem peredaran darah. CO2 sebagai sisa pernapasan dikeluarkan dari jaringan oleh pembuluh darah, kemudian keluar melalui permukaan tubuh secara difusi. Permukaan tubuh cacing tanah selalu basah. Hal ini berfungsi untuk mempermudah proses difusi O2 melalui permukaan tubuhnya.
                 Cacing pipih belum memiliki alat pernafasan khusus. Pengambilan oksigen bagi anggota yang hidup bebas dilakukan secara difusi melalui permukaan tubuh. Sementara anggota yang hidup sebagai endoparasit bernafas secara anaerob, artinya respirasi berlangsung tanpa oksigen. Hal ini terjadi karena cacing endoparasit hidup pada lingkungan yang kekurangan oksigen.
                
7

Cacing senang hidup di daerah lembab. Hal ini dilakukan supaya kulit cacing selalu lembab. Bagi cacing, misalnya saja cacing tanah, kulitnya dijadikan sebagai organ pernapasan atau tepatnya sebagai tempat pertukaran gas.
                 Melalui kulitnya, oksigen dari luar ke dalam tubuh secara difusi. Hemoglobin yang terkandung dalam darah akan mengikat oksigen tersebut untuk dialirkan ke seluruh tubuh. Sementara, hasil metabolisme yang berupa karbon dioksida dikeluarkan melalui permukaan tubuh cacing. Pertukaran gas melewati permukaan tubuh pada cacing ini dinamakan juga pernapasan integumenter.
4. Sistem pernapasan pada Nemathelminthes
                 Cacing Ascaris tidak mempunyai alat respirasi. Respirasi dilakukan secara anaerob. Energi diperoleh dengan cara mengubah glikogen menjadi CO2 dan asam lemak yang diekskresikan melalui kutikula. Namun sebenarnya Ascaris dapat mengkonsumsi oksigen kalau di lingkungannya tersedia. Jika oksigen tersedia, gas itu diambil oleh hemoglobin yang ada di dalam dinding tubuh dan cairan pseudocoelom.
5. Sistem pernapasan pada Annelida
                 Cacing tanah bernapas dengan kulitnya, sebab kulitnya bersifat lembab, tipis, banyak mengandung kapiler-kapiler darah. Pada beberapa Annelida bernapas dengan insang, misalnya Annelida yang hidup di air yaitu Polychaeta (golongan cacing berambut banyak) contohnya pada spesies Nereis virens ini bernapas menggunakan sepasang porapodia yang berubah menjadi insang.
6. Sistem Pernapasan pada Mollusca
                 Sebagian besar Mollusca organ respirasinya adalah insang. Hewan bertubuh lunak (Mollusca) yang hidup di air, seperti siput, cumi-cumi, dan kerang (Bivalvia) bernapas menggunakan insang. Aliran air masuk ke dalam insang dan terjadi pertukaran udara dalam lamela insang. Mollusca yang hidup di darat, seperti siput darat (bekicot) bernapas menggunakan paru-paru. Insang diadaptasikan untuk pertukaran gas oksigen dan kabondioksida dalam air melalui permukaan insang yang luas dan berbentuk membran yang tipis.
                 Pada Mollusca, insang disebut juga ktinidium (Yunani : kteis; sebuah sisir). Ktenidia terdiri atas sebuah filamen (= lamela) yang ditutupi silia. Gerakan silia menyebabkan air melintasi permukaan filamen, oksigen berdifusi melintasi membran menuju ke darah, dan karbondioksida berdifusi keluar. Pada beberapa Mollusca seperti remis dan bivalvia lain, silia pada insang juga berperan menyaring partikel makanan, kemudian mengirimnya ke mulut dalam bentuk benang lendir. Setelah insang aliran air biasanya menuju anus dan saluran keluar ginjal sambil membawa bahan yang akan dibuang. Pada beberapa Mollusca, air masuk melalui incurent siphon dan keluar melalui excurent siphon. Sebelum mencapai insang aliran air yang masuk dideteksi oleh organ sensorik (osphradium) yang dapat berfungsi mendeteksi endapan lumpur, makanan atau predator.
                 Beberapa Mollusca yang tidak memiliki insang, maka pertukaran gas respirasi terjadi secara langsung melalui permukaan mantel. Keong memiliki kemampuan adaptasi untuk kehidupan darat yaitu dengan hilangnya insang, maka mantel yang dimilikinya dimodifikasi menjadi sebuah paru-paru untuk pernapasan udara. Beberapa keong (pulmoat) kembali ke habitat air, namun tetap mempertahankan paru-parunya. Untuk itu mereka terlihat sering merambat naik ke permukaan air untuk mengambil udara.
7. Sistem Pernapasan pada Echinodermata
               Hewan-hewan Echinodermata hidup di air laut, contohnya bintang laut, landak laut, dan mentimun laut. Hewan-hewan ini bernapas dengan insang dermal atau insang kulit. Organ respirasi pada Asterias adalah insang, atau papula dan kaki tabung. Papula  merupakan organ respirasi utama. Mereka adalah sederhana, kontraktil, transparan, hasil pertumbuhan dari dinding tubuh pada permukaan aboral mempunyai ephithelium bersilia pada permukaan sebelah luar dan sebelah dalamnya. Itu merupakan derivat atau perubahan lanjut dari coelom dan sisa lumennya berhubungan langsung dengan coelom.
         Pertukaran O2 dan CO2 terjadi di antara air laut dan cairan tubuh dari insang-insangnya. Silia pada epithelium mempunyai peranan vital dalam menggerakkan cairan coelom dan dalam menciptakan air untuk pernapasan keluar masuk di dalam air laut. Di samping dindingnya tipis, kaya akan percabangan dan bagian-bagian tubuh lembab, juga bertindak sebagai organ-organ respirasi.


8. Sistem pernapasan pada Arthropoda
Filum Arthropoda meliputi 4 kelas, yaitu:
a.         Crustacea (golongan udang dan kepiting) bernapas dengan insang.
              Pada golongan Crustacea (udang-udangan), seperti udang dan ketam, ber-napas dengan insang buku. Insang buku ini tumbuh dari dasar anggota tubuh dan dinding tubuh yang berdekatan, dan menjulur ke atas ke dalam ruang brankial. Tiap insang terdiri atas sumbu sentral tempat pertautan lamela atau filamen. Aliran air dihasilkan oleh gerakan mendayung dari insang timba, yaitu suatu penjuluran berbentuk bulan sabit dari salah satu penjuluran mulut (maksila kedua).
              Pada udang, air masuk ke dalam ruang brankial di belakang karapaks dan di antara kaki. Selanjutnya, saluran di dalam sumbu insang membawa darah ke dan dari ruang di dalam lamela, pertukaran udara pernapasan berlangsung melalui dinding tipis lamela. Keluar masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur.
         Baik paru-paru buku maupun insang buku, keduanya mempunyai fungsi yang sama seperti fungsi paru-paru pada Vertebrata.
b.    Myriapoda (golongan lipan dan luwing) bernapas dengan trakea.
c.    Arachnida (golongan laba-laba dan kalajengking) bernapas dengan paru-          paru buku.
       Laba-laba (Arachnida) dan kalajengking (Scorpionida) bernapas dengan paru-paru buku. Paru-paru buku ini merupakan invaginasi (pelekukan ke dalam) abdomen. Paru-paru buku memiliki banyak lamela seperti halaman buku yang dipisahkan oleh batang-batang sehingga udara dapat bergerak bebas. Udara dari luar, masuk melalui spirakel secara difusi. Selanjutnya, udara masuk di antara sel-sel lamela dan berdifusi dengan pembuluh darah di sekitar lamela.
d.         Insecta (golongan serangga) bernapas dengan trakea.
                Serangga memiliki organ pernapasan yang khas. Pertukaran oksigen dan karbon dioksida dilakukan melalui trakea. Trakea merupakan bagian tubuh serangga yang terbuat dari pipa/tabung udara. Jumlah trakea di dalam tubuh serangga sangat banyak. Oleh karena itu, sistem pernapasan serangga dinamakan sistem trakea.
            Saat serangga melakukan pernapasan, udara masuk trakea melalui bagian yang terletak pada permukaan tubuh. Bagian tersebut dinamakan spirakel. Spirakel dilindungi oleh bulu halus dengan fungsi sebagai penyaring debu dan benda asing yang masuk menuju trakea. Setelah itu, udara tersebut akan melewati pipa kecil yang disebut trakeola.
            Trakeola juga ini akan terhubung dengan membran sel. Trakeola memiliki ujung kecil tertutup dan mengandung cairan dengan warna biru gelap. Oksigen akan berdifusi masuk ke dalam sel tubuh melalui trakeola, sedangkan karbondioksida akan berdifusi keluar. Setelah melewati trakeola, karbondioksida akan dikeluarkan ke lingkungan melewati trakea.
            Apabila serangga sedang aktif dan menggunakan banyak oksigen, sebagian besar cairan yang berwarna biru akan ditarik ke dalam tubuh. Akibatnya, luas permukaan udara yang berkontak langsung dengan sel menjadi semakin luas. Seekor serangga yang sedang terbang mempunyai laju metabolisme lebih tinggi dibandingkan saat istirahat. Otot akan berkontraksi dan berelaksasi se-cara bergantian sehingga tubuh bisa memampat dan menggembung. Oleh karenanya udara akan secara cepat terpompa melalui sistem trakea.
            Sebagian besar serangga hidup di daratan. Namun, ada juga serangga yang hidup pada perairan seperti larva capung.Proses respirasi pada serangga, sama dengan pada organisme lain, merupakan proses pengambilan oksigen (O2), untuk diproses dalam mitokhondria. Baik se-rangga terestrial maupun akuatik membutuhkan O2 dan membuang CO2, namun pada keduanya terdapat perbedaan jelas: di udara terdapat kl. 20% oksigen, sedang di air 10%. Oleh karenanya kecepatan diffusinya juga berbeda, di air 3 x 106 lebih kecil daripada kecepatan difusi O2 di udara.
            Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat atau organ yang disebut spirakulum (spiracle),  juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal yaitu adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.
            Pada umumnya serangga akuatik kecil luas permukaan tubuhnya lebih besar daripada volumenya, sehingga diffusi O2 dapat berjalan dengan baik berhubung luas permukaan yang cukup untuk akomodasi aliran O2 dari luar tubuh.
            Sebaliknya pada serangga yang ukurannya lebih besar, harus dibantu dengan menggunakan kantung udara (air-sacs), yang mengumpulkan udara dengan mekanisme kontraksi, yang harus didukung oleh suatu sistem pemanfaatan energi. Con­tohnya pada beberapa jenis belalang yang mampu hidup di dalam air.
            Sistem respirasi terbuka banyak digunakan oleh serangga-serangga darat dan beberapa jenis serangga air, sedang sistem tertutup digunakan oleh serangga air, yang tidak menggunakan spirakulum, antara lain untuk mencegah supaya jangan terjadi evapotranspirasi.
            Pada kepik air (Belastomatidae) digunakan apa yang disebut “insang fisis” atau physical gill digunakan untuk mengumpulkan gelembung, dan jaringan mengambil O2 dari dalam gelembung-gelembung udara yang disimpan. Jika tekanan parsial O2 menurun, tekanan udara di dalam air menjadi lebih besar, akan ada gerakan udara dari dalam air ke dalam tubuh serangga, sehingga terkumpullah gelembung-gelembung udara. Apabila di dalam gelembung udara yang disaring tersebut sudah terkan­dung terlalu banyak N2, maka serangga akan muncul ke permukaan dan membuka mulut.
            Sebaliknya terdapat juga serangga yang mampu tinggal lama di dalam air dengan bantuan suatu organ yang disebut plastron, suatu filamen udara. Dengan alat ini maka CO2 yang terbentuk dibuang, dan O2 yang terlarut diambil langsung.  Bangunan ini sering juga disebut sebagai insang fisis khusus (special physical gill). Karenanya serangga mampu bertahan di dalam air dalam jangka waktu yang lebih lama. Serangga air juga ada yang memanfaatkan insang trakheal (tracheal gill) yang merupakan insang biologis, berfungsi karena gerak biologis.
            Adapun Mekanisme pernapasan pada belalang diatur oleh otot perut (ab-domen). Ketika otot perut (abdomen) berelaksasi, volume trakea normal sehingga udara masuk. Sebaliknya, ketika otot abdomen berkontraksi, volume trakea mengecil sehingga udara keluar. Jalur yang dilalui udara pernapasan, yaitu udara luar → stigma/spirakel → saluran/pembuluh trakea → trakeolus → jaringan tubuh. 
           
12

Jadi, sistem trakea berfungsi mengangkut O2 dan mengedarkannya ke seluruh tubuh, serta sebaliknya mengangkut CO2 hasil pernapasan untuk dikeluarkan dari tubuh. Dengan demikian, darah pada serangga hanya berfungsi mengangkut sari makanan dan bukan untuk mengangkut udara pernapasan.
            Pada serangga air, seperti jentik nyamuk, udara diperoleh dengan men-julurkan tabung pernapasan ke permukaan air untuk mengambil udara. Serangga air tertentu mempunyai gelembung udara, sehingga dapat menyelam di dalam air dalam waktu lama. Misalnya, kepik Notonecta sp. mempunyai gelembung udara di organ yang menyerupai rambut pada permukaan ventral. 
            Selama menyelam, O2 dalam gelembung udara dipindahkan melalui sistem trakea ke sel-sel pernapasan. Adapula serangga yang mempunyai insang trakea yang berfungsi menyerap udara dari air, atau pengambilan udara melalui cabang-cabang halus serupa insang. Selanjutnya O2 diedarkan melalui pembuluh trakea.
9. Sistem Pernapasan pada Protozoa
                      Protozoa (hewan bersel satu) tidak memiliki alat pernapasan khusus. Pernapasan dilakukan melalui seluruh permukaan selnya. O2 dan CO2 masuk dan keluar secara difusi. Mekanisme respirasi protozoa adalah dengan cara aerob atau anaerob. Pada respirasi aerob terjadi oksidasi dengan O2 yang masuk dalam tubuh dengan cara difusi dan osmosis melalui seluruh permukaan tubuh, sedang pada anaerob terjadi pembongkaran zat yang kompleks menjadi zat yang sederhana dengan menggunakan enzim-enzim tanpa memerlukan oksigen. Hasil kedua peristiwa itu akan sama yakni dihasilkan energi dan zat sisa-sisa yang akan ditampung dalam vakuola kontraktil sebagai zat ekskresi (Soemadji, 1993).
                 Hewan protozoa seperti Amoeba atau Paramaecium bernapas menggunakan permukaan tubuhnya. Oksigen dan karbondioksida saling berdifusi melalui membran sel. Saat Amoeba bernapas, konsentrasi oksigen dalam sel semakin berkurang (rendah), sedangkan sisa metabolisme yang berupa karbondioksida di dalam sel semakin tinggi konsentrasinya. Di sisi lain, konsentrasi oksigen dalam air lebih tinggi daripada di dalam sel, sementara konsentrasi oksigennya lebih rendah. Akibatnya, oksigen dari luar akan berdifusi ke dalam sel, sementara karbondioksida berdifusi keluar sel menuju air.
                
13

Pertukaran gas tersebut akan terjadi pada seluruh luas permukaan tubuh protista. Selain itu, proses seperti ini terjadi juga pada organisme uniselluler lain dan beberapa hewan seperti spons, Cnidaria, dan cacing pipih.
 
C. Sistem Pernafasan Pada Hewan Vertebrata
1.    Pernapasan pada ikan
Alat pernapasan pada ikan berupa insang. Ikan bertulang  rawan memiliki 5 – 7 pasang insang, Pada ikan bertulang rawan, insang tidak mempunyai tutup. Contoh ikan bertulang rawan, yaitu ikan pari. Tutup insang disebut dengan operkulum. Sedangkan ikan bertulang sejati memiliki 4 pasang insang. Insang pada ikan bertulang sejati dilengkapi dengan tutup. Contoh ikan bertulang sejati, adalah ikan mas. Rongga insang beberapa jenis ikan mengalami perluasan ke atas yang disebut labirin. Labirin berfungsi sebagai alat menyimpan oksigen, sehingga ikan tetap hidup di air yang kadar oksigennya rendah. Berikut mekanisme pernapasan pada ikan.
a.    Fase inspirasi (pengambilan O2)
Celah mulut tetap tertutup, tutup insang bergerak ke samping atau mengembang, sehingga tekanan udara mulut lebih kecil. Celah mulut membuka udara dan air masuk.
b.    Fase ekspirasi (pengeluaran CO2)
Air dalam rongga mulut menjadikan celah rongga mulut menutup maka insang ke semula menyentuh lembaran insang atau menyempit, sehingga selaput insang membuka, maka air akan keluar setelah terjadi pertukaran gas. Air dengan kandungan oksigen yang larut di dalamnya akan membasahi flamen insang yang terdapat banyak kapiler darah. Oksigen diikat oleh darah dan karbon dioksida keluar bersama air melalui celah tutup insang.

            Pada ikan air tawar seperti ikan mas, Insang ikan mas terdiri dari lengkung insang yang tersusun atas tulang rawan berwarna putih, rigi-rigi insang yang berfungsi untuk menyaring air pernapasan yang melalui insang, dan filamen atau lembaran insang. Filamen insang tersusun atas jaringan lunak, berbentuk sisir dan berwarna merah muda karena mempunyai banyak pembuluh kapiler darah dan merupakan cabang dari arteri insang. Di tempat inilah pertukaran gas CO2 dan O2 berlangsung.

2.    Pernapasan pada Amfibi
Alat pernapasan katak mengalami perubahan sesuai dengan perjalanan metamorfosisnya. Perkembangan alat pernapasan katak selama metamorfosis tercantum dibawah ini.
a.  Saat fase berudu, alat pernapasanya berupa insang luar
b.  Saat fase katak muda, alat pernapasannya berupa insang dalam
c.  Saat fase katak dewasa, alat pernapasannya berupa paru-paru, kulit yang basah dan selaput kulit pada rongga mulut. Pada katak, rongga dada dan perut tidak dibatasi diafgrama pernapasan katak berupa pernapasan perut.

3.    Pernapasan pada Reptilia
Alat pernapasan utama reptil adalah paru-paru. Beberapa reptil mempunyai variasi alat pernapasan yang disesuaikan dengan kebiasaan hidupnya.
a.    Reptil yang hidup di air
Reptil yang hidup memiliki katup pada lubang hidungnya. Katup berfungsi untuk menutupi hidung pada saat menyelam, sehingga air tidak masuk ke dalam paru- paru. Selain itu, reptil yang hidup di air dalam rongga dadanya terdapat foramen pannizae. Foramen pannizae berfungsi untuk mengedarkan oksigen ke alat pencernaan dan untuk keseimbangan tekanan jantung saat menyelam. Contoh reptil yang memiliki katup pada lubang hidung dan foramen pannizae adalah buaya.
b.     Reptil yang dapat melayang diudara
Reptil yang memiliki kemampuan melayang di udara, selain bernapas dengan paru-paru juga memiliki pundi-pundi udara, contohnya adalah bunglon afrika.

4.    Pernapasan pada burung
Sistem pernapasan pada burung tersusun oleh organ-organ pernapasan. Berikut ini susunan organ-organ pernapasan pada burung.
a.    Sepasang lubang hidung yang terletak pada pangkal paruh sebelah atas.
b.    Sepasang lubang hidung dalam langit-langit rongga mulut.
c.    Trake (batang tenggorokan), terdapat pada percabangan (bifurkasi trakea) dan alat suara (siring).
d.    Sepasang paru-paru pada rongga dada
e.    Pundi-pundi udara (saccus pneumaticus) berjumlah 8 atau 9 buah, yaitu pada :
    Pangkal leher (servikal)
    Rongga dada depan (toraks anterior)
    Rongga dada belakang (toraks posterior)
    Antara tulang selangkang (korakoid) atas dan bawah
    Rongga perut dan
    Ketiak sayap

Fungsi pundi-pundi udara diantaranya
    Membantu pernapasan pada waktu terbang
    Membantu memperbesar ruang siring, sehingga suara keras
    Mencegah hilangnya panas badan berlebihan
    Mengatur berat jenis tubuh saat terbang atau berenang.

            Mekanisme pernapasan pada burung terbagi menjadi dua, yaitu saat hinggap dan saat terbang.
a.    Pada saat hinggap
Pada saat hinggap proses pernapasan burung baik inspirasi dan ekspirasi
diuraikan berikut ini.
1)    Inspirasi
            Tulang rusuk ke depan, sehingga volume rongga dada besar dan tekanan kecil, maka udara masuk lewat hidung ke tenggorokan sampai ke kantong udara dan paru-paru.
2)    Ekspirasi
            Tulang rusuk kembali ke posisi semula. Volume rongga dada mengecil dan tekanan besar, sehingga udara keluar dari paru-paru.
b.    Pada saat terbang
Pada saat terbang proses inspirasi dan ekspirasi diuraikan berikut ini.
1)    Inspirasi
            Pada saat sayap diangkat, pundi-pundi udara korakoid terjepit dan pundi-pundi udara ketiak mengembang, sehingga udara masuk ke paru-paru.
2)    Ekspirasi
            Pada sayap turun, pundi-pundi udara ketiak terjepit dan korakoid mengembang sehingga udara keluar dari paru-paru.

5. Mamalia
Jalannya udara pernapasan:
1. Udara masuk melalui lubang hidung
2. Melewati nasofaring
3. Melewati oralfarink
4. Melewati glotis
5. Masuk ke trakea
6. Masuk ke percabangan trakea yang disebut bronchus
7. Masuk ke percabangan bronchus yang disebut bronchiolus
8. Udara berakhir pada ujung bronchus berupa gelembung yang disebut  
    alveolus (jamak: alveoli)
Organ pernapasan mamalia :
a.    Nasal (Hidung) merupakan organ pernapasan yang pertama dilalui udara luar. Didalam rongga hidung terdapat rambut dan selaput lendir berguna untuk menyaring udara yang masuk, lendir berguna untuk melembabkan udara, dan konka untuk mengangatkan udara pernapasan
b.    Faring merupakan percabangan dua saluran, yaitu saluran tenggorokan (nasofaring) yang merupakan saluran pernapasan, dan saluran kerongkongan (oralfaring) yang merupakan saluran pencernaan.
c.                   Laring (pangkal tenggorokkan) merupakan bagian pangkal dari saluran pernapasan (trakea). Laring tersusun atas tulang rawan yang berupa lempengan dan membentuk struktur jakun. Diatas laring terdapat katup (epiglotis) yang akan menutup saat menelan. Katup berfungsi mencegah makanan dan minuman masuk ke saluran pernapasan. Pada pangkal laring terdapat selaput suara. Selaput suara akan bergetar jika terhembus udara dari paru-paru
d.                  Trakea (tenggorokan) Batang tenggorokan terletak di daerah leher didepan kerongkongan. Batang tenggorokkan berbentuk pipa dengan panjang 10 cm. dinding trakea terdiri atas 3 lapisan, lapisan dalam berupa epithel bersilia dan berlendir. Lapisan tengah tersusun atas cincin tulang rawan dan berotot polos. lapisan luar tersusun atas jaringan ikat. Cincin tulang rawan berfungsi untuk mempertahankan bentuk pipa dari batang tenggorokkan, sedangkan selaput lendir yang sel-selnya berambut getar berfungsi menolak debu dan benda asing yang masuk bersama udara pernapasan. Akibat tolakan secara paksa tersebut kita akan batuk atau bersin.
e.                   Bronchus (cabang tenggorokkan). Ujung tenggorokkan bercabang dua disebut bronchus, yaitu bronchus kiri dan bronchus kanan. Struktur bronchus kanan lebih pendek dibandingkan bronchus sebelah kiri. kedua bronchus masing-masing masuk kedalam paru-paru. Didalam paru-paru bonchus bercabang menjadi bronchiolus yang menuju setiap lobus (belahan) paru-paru. bronchus sebelah kanan bercabang menjadi 3 bronchiolus, sedangkan sebelah kiri bercabang menjadi 2 bronchiolus. Cabang bronchiolus yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru yang disebut alveolus. Dinding alveolus mengandung banyak kapiler darah. melalui kapiler darah oksigen yang berada dalam alveolus berdifusi masuk ke dalam darah.
f.                   Pulmo (alveolus). Paru-paru terletak dalam rongga dada diatas diafraghma. Diafraghma adalah sekat rongga badan yang membatasi rongga dada dengan rongga perut. Paru-paru terdiri dari dua bagian yaitu paru-paru sebelah kiri dan paru-paru sebelah kanan. Paru-paru kanan memiliki tiga gelambir sedangkan paru-paru kiri terdiri atas 2 gelambir. Paru-paru dibungkus oleh 2 buah selaput yang disebut selaput pleura. Selaput pleura sebelah luar yang berbatasan dengan dinding bagian dalam rongga dada disebut pleura parietal, sedangkan yang membungkus paru-paru disebut pleura visceral. Diantara kedua selaput terdapat rongga pleura yang berisi cairan pleura yang berfungsi untuk mengatasi gesekan pada saat paru-paru mengembang dan mengempis.
            Mekanisme bernapas mamalia Terutama pernapasan manusia dibedakan atas pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada terjadi melalui fase inspirasi dan ekspirasi, demikian juga untuk pernapasan perut.

a.    Mekanisme pernapasan dada
1)   Fase Inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi --> tulang rusuk terangkat (posisi datar) --> Paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara luar masuk ke paru-paru
2)   Fase ekspirasi pernapasan dada adalah sebagai berikut:
Otot antar tulang rusuk relaksasi --> tulang rusuk menurun --> paru-paru menyusut --> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.

b. Mekanisme pernapasan perut
1)        Fase inspirasi pernapasan perut sebagai berikut :
Sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi --> posisi dari melengkung menjadi mendatar --> paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara masuk.
2)   Fase ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:
otot diafraghma relaksasi --> posisi dari mendatar kembali melengkung --> paru-paru mengempis --> tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.





BAB II
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
B.     Saran
























DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Sistem Respirasi Serangga, (Online)  http://ginapodia.blogspot.com/2009/05/sistem-respirasi-serangga.html. Di          akses pada tanggal 29 februari 2016  
Anonim. 2009. Sistem Pernafasan Pada Hewan Invertebrata, (Online), http://www.materisekolah.com/sistem-pernapasan-pada-hewan-invertebrata/#ixzz2NfItqlE6. Di akses pada tanggal 29 februari 2016         
Suripto. 2000. Struktur Hewan. Jakarta : Universitas Terbuka
Soemadji. 1993. Zoologi. Jakarta : Universitas Terbuka


Tidak ada komentar:

Posting Komentar