MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN
“FOTOPERIODISME DAN VERNALISASI”
DOSEN
PENGAMPU:
Dra.
Hj. MUSWITA, M.Si
DISUSUN
OLEH KELOMPOK 5:
ROSSY MEILINDA (A1C4140)
SITI KHOIRIAH (A1C414038)
SUNDARI MIRWANA (A1C414040)
TASYA AGUSTINA (A1C414020)
PRODI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat tuhan Yang Maha
Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan
makalah dari mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
dalam waktu yang telah
ditentukan.
Dalam
makalah ini penulis sampaikan informasi mengenai fotoperiodisme dan vernalisasi dengan menggunakan literatur dari buku
dan internet.
Dalam menyelesaikan
makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ingin mengucapkan
terimakasih kepada :
1.
Dosen
pengampu mata kuliah Fisiologi Tumbuhan
2.
Teman-teman
prodi biologi
Penulis berharap makalah ini dapat
bermanfaat dalam pemberian informasi tentang Fotoperiodisme dan Vernalisasi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua untuk
masa sekarang dan masa yang akan datang.
Jambi, April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .................……………………………...…...........……….... i
DAFTAR ISI ..................…………………………………...........….......... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang ……….….………………………………..………….. 1
1.2.
Rumusan Masalah ……….….………………………………………….... 2
1.3.
Tujuan Masalah ……….….………………………………………..….. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1
Fotoperiodisme
.................................................................……..……......... 3
2.1.1.
Definisi
Fotoperiodisme...........................…....................................... 3
2.1.2.
Klasifikasi
tumbuhan…………………………………………………... 3
2.1.3.
Induksi Fotoperiodisme……………………………………………….. 6
2.1.4.
Mekanisme Pembungaan.................................................................... 6
2.2 Vernalisasi ...................................................…......................................... 9
2.2.1. Letak Vernalisasi.................................................................................. 8
2.2.2.
Hilangnya
Vernalisasi.......................................................................... 11
2.2.3. Organ Penerima Rangsangan Vernalisasi............................................. 12
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.......................………………………………………………....... 13
3.2 Saran................................................................................................................
13
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................
14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Jam biologis merupakan suatu isolator
internail yang mengikuti waktu. Jam biologis kelihatannya merupakan citi umum
organisme eukariotik, dan bukti pertama kita mengenal irama biologis datang
dari kajian-kajian pada tumbuhan.
Pembungaan,
pembuahan, dan set biji merupakan peristiwa-peristiwa penting dalam produksi
tanaman. Proses-proses ini dikendalikan baik oleh lingkungan terutama
fotoperiode dan temperatur, maupun oleh faktor-faktor genetik atau internal.
Salah satu proses perkembangan yang harus tepat waktu adalah proses pembungaan.
Tumbuhan tidak bisa berbunga terlalu cepat sebelum organ-organ penunjang
lainnya siap, misalnya akar dan daun lengkap. Sebaliknya tumbuhan tidak dapat
berbunga dengan lambat, sehingga buahnya tidak sempurna misalnya datangnya
musim dingin.
Faktor
lingkungan merupakan faktor yang sangat erat berhubungan kehidupan tanaman,
yang akan mempengaruhi proses-proses fisiologi dalam tanaman. Semua proses
fisiologi akan dipengaruhi oleh suhu dan beberapa proses akan tergantung dari
cahaya dan temperatur. Penyinaran cahaya terhadap tanaman merupakan salah satu
faktor eksternal yaitu faktor dari luar yang mempengaruhi pembungaan. Kejadian
musiman sangat penting dalam siklus kehidupan sebagian besar tumbuhan.
Perkecambahan biji, pembungaan, permulaan dan pengakhiran dormansi tunas
merupakan contoh-contoh tahapan dalam perkembangan tumbuhan yang umumnya
terjadi pada waktu spesifik dalam satu tahun. Stimulus lingkungan yang paling
sering digunakan oleh tumbuhan untuk mendeteksi waktu dalam satu tahun adalah
fotoperiode, yaitu suatu panjang relative malam dan siang. Respons fisologis
terhadap fotoperiode, seperti pembungaan, disebut fotoperiodisme
(photoperiodism).
Penemuan
fotoperiodisme merangsang banyak sekali ahli fisiologi tanaman untuk mengadakan
penyelidikan tentang proses itu lebih jauh dalam usahanya untuk menentukan
mekanisme aksi. Mereka segera menemukan bahwa istilah hari pendek dan hari
panjang merupakan salah kaprah (misnomer). Interupsi periode hari terang dengan
interval kegelapan tidak mempunyai efek mutlak pada proses pembungaan.
Faktor
temperatur sangat berpengaruh terhadap tanaman, karena umumnya temperatur
mengubah atau memodifikasi respons terhadap fotoperiode pada spesies dan
varietas (Thomas dan Raper, 1982). Banyak sepesies membutuhkan periode dingin
atau temperaturnya mendekati pembekuan selama 2 sampai 6 minggu agar dapat
berbunga pada waktu fotoperiode panjang pada musim semi.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dibahas
dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Apa
Pengertian Fotoperidisme ?
2. Bagaimana
Mekanisme Fotperiodisme ?
3. Apa
pengertian dan kerja Fitokorm ?
4. Apa
yang dimaksud dengan Vernalisasi ?
1.3 Tujuan Masalah
Adapun tujuan masalah adalah sebagai berikut:
1. Untuk
mengetahui Fotoperiodisme pada tumbuhan.
2. Untuk
mengetahui mekanisme dan klasifikasi tumbuhan Fotoperiodisme.
3. Untuk
mengetahui Fitokorm pada tumbuhan.
4. Untuk
mengetahui Vernalisasi pada tumbuhan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Fotoperiodisme
2.1.1 Definisi
Fotoperiodisme
Fotoperodisme adalah respon tumbuhan terhadap lamanya penyinaran
(panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang pembungaan. Istilah
fotoperodisme digunakan untuk fenomena dimana fase perkembangan tumbuhan
dipengaruhi oleh lama penyinaran yang diterima oleh tumbuhan tesebut. Beberapa
jenis tumbuhan perkembangannya sangat dipengaruhi oleh lamanya penyinaran,
terutama dengan kapan tumbuhan tersebut akan memasuki fase
generatifnya,misalnya pembungaan.
Beberapa
tumbuhan akan memasuki fase generatif (membentuk organ reproduktif) hanya jika
tumbuhan tersebut menerima penyinaran yang panjang >14 jam dalam setiap
periode sehari semalam, sebaliknya ada pula tumbuhan yang hanya akan memasuki
fase generatif jika menerima penyinaran singkat <10 Jam.
Lamanya
penyinaran juga mempengaruhi pertumbuhan. Di daerah subtropis beberapa jenis
tanaman termasuk tumbuhan hari panjang. Bunga mekar pada akhir musim panas,
yaitu setelah tumbuhan mendapat penyinaran lebih dari 12 jam. Pertumbuhan
vegetatif dan generatif suatu tumbuhan sangat dipengaruhi oleh lamanya
penyinaran. Tanggapan suatu tumbuhan terhadap panjang pendeknya hari disebut
fotoperiodisme.
2.1.2 Klasifikasi
Tumbuhan
Berdasarkan
panjang hari, tumbuhan dapat dibedakan menjadi empat macam :
a.
Tumbuhan hari pendek,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari.
Tumbuhan hari pendek contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan bunga
matahari.
b.
Tumbuhan hari panjang,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam)
sehari. Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan
tembakau.
c.
Tumbuhan hari sedang,
tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam sehari.
Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.
d.
Tumbuhan hari netral,
tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk pembungaannya.
Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan kapas.
Percobaan yang
dilakukan Garner dan Alard pada tahun 1920 di Amerika serikat menemukan bahwa
tembakau varietas Maryland Mammoth adalah tumbuhan hari Pendek
(short day plant), karena tumbuhan ini nyatanya memerlukan suatu periode terang
yang lebih pendek dibandingkan dengan panjang siang hari yang kritis untuk
pembungaan, pembungaannya terjadi pada musim dingin. Krisan, poinsettia, dan
beberapa varietas kacang kedelai merupakan contoh tumbuhan hari pendekyang
pada umumnya berbunga pada akhir musim panas, musim gugur, atau musim dingin.
Kelompok lain yang bergantung pada fotoperiode hanya akan berbunga ketika
periode terang lebih lama beberapa jam. Tumbuhan hari panjang (long
day plant) ini umumnya berbunga pada akhir musim semi atau awal musim
panas. Bayam, misalnya, memerlukan panjang siang hari 14 jam ata lebih lama.
Lobak, selada, iris, dan banyak varietas sereal lain merupakan tumbuhan hari
panjang. Perbungaan pada kelompok ketiga, yaitu tumbuhan hari netral, tidak
dipengaruhi oleh fotoperiode. Tomat, padi, dan dan delion adalah contoh tumbuhan
hari netral (day neutral plant) yang berbunga ketika mereka
mencapai tahapan pematangan tertentu, tanpa memperdulikan panjang siang hari
pada waktu itu.
Yang dimaksud
dengan panjang hari disini bukan panjang hari secara mutlak, tetapi panjang
hari kritis. Tumbuhan hari panjang (LDP) mungkin memiliki panjang hari kritis
lebih pendek dari tumbuhan hari pendek (SDP). Dinyatakan bahwa tumbuhan hari
panjang akan berbunga apabila memperoleh induksi penyinaran yang sama atau
lebih dari panjang hari kritisnya dan sebaliknya tumbuhan hari pendek akan
berbunga, apabila memperoleh penyinaran sama atau lebih pendek dari panjang
hari kritisnya. Sebelumnya diduga bahwa tumbuhan dirangsang perbungaannya oleh
lamanya panjang hari (day length).
Pada tahun
1940-an peneliti menemukan bahwa sesungguhnya panjang malam atau panjang
kegelapan tanpa selingan cahaya atau niktoperiode, dan bukan panjang siang
hari, yang mengotrol perbungaan dan respons lainnya terhadap fotoperiode.
Banyak
peneliti bekerja dengan Cocklebur, yaitu suatu tumbuhan hari
pendek yang berbunga hanya ketika panjang siang hari 16 jam ata lebih pendek
(dan panjangnya malam paling tidak 8 jam). Jika siang hari fotoperiode diselang
dengan pemberian kegelapan yang singkat, tidak ada pengaruh pada perbungaan.
Namun, jika bagian malam atau periode gelap dari fotoperiode disela dengan
beberapa menit penerangan cahaya redup, tumbuhan tersebut tidak akan
berbunga. Coklebur memerlukan paling tidak 8 jam kegelapan secar
terus menerus supaya dapat berbunga. Tumbuhan hari pendek sesungguhnya adalah
tumbuhan malam panjang, tetapi istilah yang lebih kuno tersebut tertanam kuat
dalam jargon fisiologi tumbuhan. Tumbuhan hari panjang sesungguhnya tumbuhan
malam pendek, apabila ditanam pada fotoperiode malam panjang yang biasanya
tidak menginduksi perbungaan, tumbuhan hari panjang akan berbunga jika periode
kegelapan terus menerus diperpendek selama beberapa menit dengan pemberian cahaya.
Dengan
demikian, respon fotoperiode tergantung pada suatu panjang malam kritis.
Tumbuhan hari pendek akan berbunga jika durasi malam hari lebih lama di banding
dengan panjang kritis (8 jam untuk cocklebur), tumbuhan hari
panjang akan berbunga ketika malam hari lebih pendek dibanding dengan panjang
malam kritis. Industri penanaman bunga telah menerapkan pengatahuan ini untuk
menghasilkan bunga diluar musimnya. Chrythemum misalnya adalah
tumbuhan hari pendek yang biasanya berbunga pada musim gugur, tetapi
perbungaannya dapat ditunda sampai hari ibu (amerika serikat, red) pada bulan
mei dengan cara menyelang setiap malam panjang dengan seberkas cahaya, yang
mengubah satu malam panjang menjadi malam pendek.
Pada banyak
spesies tumbuhan hari pendek atau tumbuhan hari panjang, perbungaan cukup
diinduksi dengan memaparkan sebuah daun tunggal terhadap fotoperiode yang
tepat. Meskipun hanya satu daun dibiarkan bertaut pada tumbuhan, fotoperiode
akan tetap terdeteksi dan tunas bunga akan diinduksi. Namun, jika semua daun
dibuang, tumbuhan akan buta terhadap fotoperiode. Transmisi meristem dari
pertumbuhan vegetatif sampai ke perbungaan. Apapun kombinasi petunjuk
lingkungan (seperti fotoperiode) dan sinyal internal (seperti hormon) yang
diperlukan untuk perbungaan, hasilnya adalah transmisi meristem tunas dari
keadaan vegetatif menjadi satu keadaan perbungaan. Transmisi ini memerlukan
perubahan ekspresi gen-gen yang mengatur pembentukan pola. Gen identitas
meristem yang menentukan bahwa tunas akan membentuk bunga terlebih dahulu dan
bukan membentuk tunas vegetatif, harus diaktifkan (di-on-kan) terlebih dahulu.
Kemudian gen identitas organ-organ bunga kelopak bunga, mahkota bunga, benang
sari dan putik diaktifkan pada daerah meristem yang tepat. Penelitian mengenai
perkembangan bunga sedang berkembang pesat, yang bertujuan untuk
mengidentifikasi jalur transduksi sinyal yang menghubungkan petunjuk-petunjuk
seperti fotoperiode dan perubahan hormonal dengan ekspresi gen yang diperlukan
untuk perbungaan.
2.1.3 Induksi Fotoperiodisme
Induksi
fotoperiodisme sangat penting dalam perbungaan atau lebih tepat disebut induksi
panjang malam kritisnya. Respon tumbuhan terhadap induksi fotoperioda sangat
bervariasi, ada tumbuhan untuk
perbungaannya cukup memperoleh induksi dari fotoperioda satu kali saja, tetapi
tumbuhan lain memerlukan induksi lebih dari satu kali. Xanthium
strumarium untuk perbungaannya memerlukan 8 x induksi fotoperioda yang
harus berjalan terus menerus. Apabila tanaman ini sebelum memperoleh induksi
lengkap, mendapat gangguan atau terputus induksi fotoperiodanya, maka tanaman
itu tidak akan berbunga. Kekurangan induksi fotoperioda tidak dapat ditambahkan
demikian saja, karena efek fotoperioda yang telah diterima sebelumnya akan
menjadi hilang. Untuk memperoleh induksi lengkap, tanaman tersebut harus
mengulangnya dari awal kembali.
Di dalam
menerima rangsangan fotoperioda ini, organ daun diketahui sebagai organ
penerima rangsangan. Ada 4 tahap yang terjadi dalam respon perbungaan terhadap
rangsangan fotoperioda, yaitu:
1.
Menerima rangsangan
2.
Transformasi dari
organ penerima rangsangan menjadi beberapa polametabolisme baru yang berkaitan
dengan penyediaan bahan untuk perbungaan
3.
Pengangkuatan hasil
metabolisme
4.
Terjadinya respon pada
titik tumbuh untuk menghasilkan perbungaan.
Beberapa
percobaan dalam hubungan dengan rangsangan ini, menunjukkan bahwa apabila daun
dibuang segera setelah induksi selesai, tidak akan terjadi perbungaan,
sedangkan apabila daun dibuang setelah beberapa jam sehabis selesai induksi,
tumbuhan tersebut dapat berbunga. Rangsangan yang diterima oleh satu tumbuhan
dapat diteruskan pada tumbuhan lain yang tidak memperoleh induksi, melalui cara
tempelan (grafting) sehingga tumbuhan tersebut dapat berbunga. Hormon yang
berperan dalam perbungaan ini adalah florigen, yang masih merupakan hormon
hipotesis.
2.1.4 Mekanisme Pembungaan
Ø
Efek Cahaya
Mengingat
ketergantungan tumbuhan hijau terhadap cahaya, tidaklah mengherankan jika
cahaya merupakan perangsang luar yang paling utama dalam hidup tumbuhan.
Beberapa respon tumbuhan terhadap cahaya telah disebutkan. Misalnya, respon
phototropic yang efeknya timbul melalui auksin. Respon ini akan membawa organ-
organ fotosintetik dalam posisi optimum relative terhadap datangnya cahaya.
Respon terhadap cahaya yang lain, misalnya membuka dan menutupnya sel pelindung
dan respon cahaya dalam sintesa klorofil dari tumbuhan berbunga. Kebanyakan
respon tumbuhan terhadap cahaya, adalah merupakan respon perkembangan dan tidak
mempunyai arti penting dalam metabolisme. Intensitas cahaya, qualitas cahaya,
dan panjangnya penyinaran, juga dapat menimbulkan respon perkembangan pada
tumbuhan.
Intensitas Cahaya
Beberapa respon
tumbuhan terhadap intensitas cahaya yang berbeda-beda adalah dilakukan melalui
auksin, dan efeknya timbul karena berkurangnya efektivitas auksin pada keadaan
cahaya yang terik. Sebagai contoh, tumbuhan yang tumbuh dalam gelap atau cahaya
yang lemah akan mempunyai batang yang panjang dengan ruas yang lebih panjang
dan lebih besar dari tumbuhan yang mendapat cahaya terang. Demikian juga, dalam
suatu tanaman dauan yang terluar yang mendapat cahaya matahari penuh tinggal
lebih kecil dari pada daun sebelah dalam yang terlindung. Tumbuhan tembakau
kadang- kadang dilindungi dari cahaya terik dengan jaring untuk mendapatkan daun
yang lebar.
Bila tumbuhan
berada lama dalam cahaya yang lemah, tumbuhan akan mengalami etiolasi, yakni
batangnya menjadi sangat panjang tanpa jaringan serabut penyongkong yang cukup.
Jika intensitas cahaya tidak naik kemtian akan terjadi. Sebaliknya, penyinaran
yang berlebihan akan menimbulkan tumbuhan yang kerdil dengan perkembangan yang
abnormal yang akhirnya berakhir dengan kematian.
Tumbuhan
memerlukan intensitas cahaya yang tertentu yang berbeda dari satu spesies
dengan spesies tumbuhan yang lain, untuk tumbuh dengan baik. Tumbuhan tertentu
seperti tomat, dan rumput- rumputan memerlukan cahaya matahari langsung dan
terang untuk perkembangan yang optimal. Pada tumbuhan itu, sintesa dari zat-
zat hidup meningkatnya berbanding lurus dengan meningkatnya intensitas
cahaya(sampai suatu batas tertentu). Sebaliknya tumbuhan lain seperti bangsa
perdu tumbuh secara optimal pada intensitas cahaya yang lebih rendah dan tumbuh
kerdil jika terkena cahaya matahari langsung terus- menerus. Sedang tumbuhan
lain seperti mawar tumbuh baik, baik pada cahaya terik maupun cahaya dengan
intensitas yang lebih rendah walaupun pertumbuhan dan berbunganya bisa dihambat
atau berhenti jika intensitas cahaya terlalu rendah.
Kualitas cahaya
Pada intensitas
cahaya yang tertentu, panjang gelombang cahaya yang berbeda menimbulkan efek
yang besar pada perkembangan tumbuhan. Sebagai contoh telah ditunjukkan bahwa
penyinaran pendek dengan cahaya merah sering menghambat perpanjangan batang
pada tumbuhan seperti kacang dan padi- padian. Tetapi penghambatan ini bisa
dikembalikan ke normal dan pertumbuhan batang bisa dipacu dengan penyinaran
“Farred” dari spectrum cahaya. Pada daun, penyinaran dengan cahaya merah dan
far red menghasilkan efek yang berlawanan; cahaya infra merah menghambat perkembangan
daun, sinar merah memperbaiki pengahambatan itu.
Panjangnya penyinaran
Respon
perkembangan tumbuhan terhadap bermacam- macam lama penyinaran disebut
photoperidositas. Perkembangan bunga tertutama sangat dipengaruhi oleh panjang
hari yang berbeda atau photoperiode. Berdasarkan photoperiode yang diperlukan
untuk berbunga, dapat dibedakan menjadi 3 jenis tumbuhan.
Dalam tumbuhan
hari pendek (short day plant) bunga berkembang jika tumbuhan mendapatkan
penyinaran kurang dari 12 jam perhari. Aster, strawberry, krisan, padi adalah
diantara tumbuhan yang termasuk dalam jenis ini.
Pada tumbuhan
hari panjang berkembang hanya jika photoperiode tiap hari adalah lebih dari 12
jam. Sebagai contohnya, termasuk gandum, clover, wortel, dan selada.
Group yang ketiga
tidak dipengaruhi oleh lama penyinaran. Group yang termasuk dalam tumbuhan de
minate menghasilkan bunga tanpa memandang lama penyinaran matahari setiap hari.
Tumbuhan yang termasuk adalah tomat, mentimun, kapas, dan bunga matahari.
Tumbuhan hari
pendek gagal berbunga atau berbunganya dihambat daan sangat berkurang jika
mendapat lama penyinaran matahari yang panjang. Sebaliknya tumbuhan hari
panjang lambat berbunga atau tidak berbunga sama sekali jika mendapat
penyinaran yang pendek. Seringkali penyinaran yang singkat pada panjang
penyinaran yang sesuai diperlukan untuk mendorong tumbuhan itu berbunga. Dalam
hal ini spesies yang berbeda menunjukkan kebutuhan yang berbeda.
Ø
Fitokorm
Pengertian Fitokrom
Fitokrom
adalah reseptor cahaya, suatu pigmen yang digunakan oleh tumbuhan untuk
mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai sensor, ia terangsang oleh cahaya
merah dan infra merah. Infra merah bukanlah bagian dari cahaya tampak oleh
mata manusia namun memiliki panjang gelombang yang lebih besar daripada merah.
Fitokrom
ditemukan pada semua tumbuhan. Molekul yang serupa juga ditemukan pada bakteri.
Tumbuhan menggunakan fitokrom untuk mengatur beberapa aspek fisiologi adaptasi
terhadap lingkungan, seperti fotoperiodisme (pengaturan saat berbunga pada
tumbuhan), perkecambahan, pemanjangan dan pertumbuhan kecambah (khususnya pada
dikotil), morfologi daun, pemanjangan ruas batang, serta pembuatan (sintesis)
klorofil.
Secara
struktur kimia, bagian sensor fitokrom adalah suatu kromofor dari kelompok
bilin (jadi disebut fitokromobilin), yang masih sekeluarga dengan
klorofil atau hemoglobin (kesemuanya memiliki kerangka heme). Kromofor ini
dilindungi atau diikat oleh apoprotein, yang juga berpengaruh terhadap kinerja
bagian sensor. Kromofor dan apoprotein inilah yang bersama-sama disebut sebagai
fitokrom.
Peranan Fitokorm
Peranan fitokrom
dalam fotoperiodisme mungkin untuk menyelaraskan waktu dengan lingkungan dengan
memberitahukan kapan matahari terbenam dan terbit. Jika kebutuhan fotoperioodik
untuk pembungaan telah dipenuhi, jam tersebut akan memicu beberapa jenis alarm
yang menyebabkan daun mengirimkan suatu stimulus (kemungkinan suatu hormone)
perbungaan ke tunas. Panjang malam diukur dengan sangat tepat, beberapa
tumbuhan hari pendek tidak akan berbunga jika malam lebih pendek satu menit
sekalipun dibandingkan dengan panajang kritisnya. Beberapa spesies tumbuhan
selalu berbunga pada hari yang sama setiap tahun. Menurut hipotesis yag
dijelaskan disini, tumbuhan memberitahukan musim pada tahun tersebut dengan
menggunakan jam, yang nyatanya dikendalikan oleh fitokrom untuk mengikuti
fotoperiode.
2.2 Vernalisasi
Beberapa tumbuhan sebelum ditanam perlu
mengalami perlakuan suhu rendah agar dapat berbunga. Peningkatan perbungaan
dengan suhu rendah ini disebut Vernalisasi. Lokasi respon suhu rendah
adalah tunas, mungkin meristem. Organ yang mengalami respon vernalisasi adalah
biji, akar, embrio, pucuk batang.
Perbungaan terjadi bila tunas diberikan
suhu rendah. Apabila daun tumbuhan yang memerlukan vernalisasi mendapat perlakuan
pendinginan, sedangkan pada bagian pucuknya batangnya dihangatkan, maka
tumbuhan tidak akan berbunga. Vernalisasi dapat balik apabila setelah perlakuan
vernalisasi tanaman dipajan pada suhu tinggi menyebabkan tumbuhan tidak
berbunga. Fenomena ini disebut Devernalisasi.
Pada tahun
1920-an, para ahli sains dari Departemen Pertanian A.S. yang melakukan
penelitian di Beltsville, Maryland mulai meneliti aktivitas pembungaan pada
tumbuhan. Mereka mulai menyadari bahwa pembungaan dimulai oleh panjang siang.
Setelah menanam tumbuhan dalam rumah tanaman, tempat fotokalanya dapat diubah
secara buatan, mereka membuat kesimpulan bahwa tumbuhan dapat dibagi menjadi
tiga kumpulan :
1.
Tumbuhan pendek siang- berbunga apabila
fotokalanya lebih pendek daripada panjang genting. (Contoh yang baik ialah
pohon cocklebur, pohon merah (poinsetia, kekwa).
2.
Tumbuhan panjang siang- berbunga apabila
fotokalanya lebih panjang daripada suatu panjang genting. (Contoh yang baik
ialah gandum, barli, bunga cengkih, bayam).
3.
Tumbuhan netral siang- pembungaan tidak
bergantung kepada suatu fotokala. (Contoh yang baik ialah tomat dan timun).
Vernalisasi
merupakan induksi pendinginan yang diperlukan oleh tumbuhan sebelum mulai
perbungaan. Vernalisasi sebenarnya tidak khusus untuk perbungaan, tetapi
diperlukan pula oleh biji-biji tumbuhan tertentu sebelum perkecambahan. Respon
terhadap suhu dingin ini bersifat kualitatif (mutlak), yaitu pembungaan akan
terjadi atau pembungaan tidak akan terjadi. Lamanya periode dingin haruslah
beberapa hari sampai beberapa minggu, tergantung sepesiesnya. Spesies semusim
pada musim dingin, dua tahunan, dan banyak spesies tahunan dari daerah beriklim
sedang yang membutuhkan vernalisasi semacam itu agar berbunga. Biji, umbi, dan
kuncup banyak spesies tanaman di daerah beriklim sedang membutuhkan
stratifikasi (beberapa minggu diletakkan dalam penyimpanan yang dingin dan
lembab) untuk mematahkan dormansi. Jadi vernalisasi secara harfiah berarti
membuat suatu keadaan tumbuhan seperti musim semi, yaitu menggalakkan
pembungaan sebagai respon terhadap hari-hari yang panjang selama musim semi.
Seterusnya
kita harus mengambil perhatian bahwa suatu tumbuhan panjang siang dan pendek
siang dapat mempunyai panjang hari genting yang sama. Bayam merupakan suatu
tumbuhan panjang siang yang mempunyai panjang genting selama empat belas jam,
rumput reja merupakan suatu tumbuhan pendek siang dan mempunyai panjang genting
yang sama. Walau bagaimanapun, bayam hanya berbunga pada musim panas apabila
panjang siang meningkat sehingga empat belas jam atau lebih, dan rumput reja
berbunga pada musim gugur apabila panjang siangnya berkurang hingga empat belas
jam atau kurang. (Rumput reja harus menjadi matang sebelum dapat berbunga,
sebab itulah tumbuhan ini tidak berbunga pada musim bunga walaupun panjang
siangnya kurang daripada empat belas jam).
Pada tahun
1938, K. C. Hammer dan J. Bonner memulai eksperimen dengan panjang siang dan
malam buatan yang tidak perlu sama dengan suatu normal, yaitu siang dua puluh
empat jam. Mereka kemudian berpendapat bahwa cocklebur yang merupaka tumbuhan
pendek siang akan berbunga pada waktu gelapnya berterusan selama delapan
setengah jam, tanpa memperkirakan panjang waktu siang. Selanjutnya, jika waktu
gelap ini diganggu untuk seketika oleh pancaran cahaya, maka pohon cocklebur
tidak akan berbunga. ( Mengganggu panjang waktu penyinaran dengan kegelapan
tidak memiliki arti ). Keputusan yang sama juga telah diperoleh bagi tumbuhan
panjang siang. Tumbuhan tersebut memerlukan suatu waktu gelap yang lebih pendek
daripada suatu panjang genting tanpa memperhitungkan panjang waktu pencahayaan.
Walau bagaimanapun, jika suatu malam yang lebih panjang dari panjang genting
diganggu oleh suatu pancaran cahaya yang sekejap, maka tumbuhan siang panjang
akan berbunga. Dengan demikian, dapatlah dibuat kesimpulan bahwa panjang waktu
gelap yang mengakibatkan pembungaan, bukannya panjang waktu pencahayaan. Dalam
keadaan alami, jelaslah siang yang lebih pendek senantiasa berfungsi dengan
malam yang lebih panjang, dan begitulah sebaliknya.
2.2.1 Letak Vernalisasi
Bukti-bukti
bahwa rangsangan dingin dihasilkan di dalam meristem atau kuncup dan bukan
didalam daun diperoleh dari empat fenomena:
1.
Biji yang telah mengalami imbibisi mudah
divernalisasi
2.
Pengenaan suhu dingin hanya pada daun,
akar, atau batang tidak efektif
3.
Biji yang sedang berkembang pada tanaman
induk dapat dan seringkali sudah tervernalisasi apabila tepat pada waktu suhu
dingin berlangsung sebelum biji menjadi kering
4.
Tanaman yang ditanam dari kuncup liar suatu
daun yang sudah tervernalisasi telah tergalakkan untuk berbunga.
2.2.2 Hilangnya Vernalisasi
Vernalisasi
pada biji dapat dinolkan dengan pengenaan kondisi yang parah, seperti
kekeringan atau temperatur tinggi (30-35̊C) selama periode beberapa hari. Pada
percobaan yang dilakukan oleh Lysenko di Uni soviet, mengenai biji serealia
musim dingin yang divernalisasi dan dipertahankan biji dalam keadaan kering
menyebabkan proses devernalisasi (penghilangan vernalisasi). Percobaan yang
dilakukan Lysenko itu tidak berlaku di mana saja, mungkin karena telah tersedia
kultivar tipe musim semi yang teradaptasi.
Vernalisasi
pada rumput-rumputan tahunan tertentu, ternyata lebih kompleks, selain dingin,
juga diperlukan beberapa fotoperiode pendek. Contohnya pada rumput orchard, penggalakan
pembungaan terjadi secara alamiah, dan diperlukan suhu dingin untuk
menggalakkan pembungaan pada spesies-spesies tersebut.
2.2.3 Organ Penerima Rangsangan
Vernalisasi
Organ tumbuhan
yang dapat menerima rangsangan vernalisasi sangat bervariasi yaitu biji, akar,
embrio, pucuk batang. Apabila daun tumbuhan yang memerlukan vernalisasi
mendapat perlakuan dingin, sedangkan bagian pucuk batangnya dihangatkan, maka
tumbuhan tidak akan berbunga (tidak terjadi vernalisasi).
Vernalisasi
merupakan suatu proses yang kompleks yang terdiri dari beberapa proses.
Pada Secale cereale, vernalisasi pada tanaman ini terjadi di dalam
biji dan semua jaringan yang dihasilkannya berasal dari meristem yang
tervernalisasi. Pada Chrysantheum, vernalisasi hanya dapat terjadi pada meristemnya.
Zat yang
bertanggung jawab dalam meneruskan rangsangan vernalisasi disebut vernalin,
yaitu suatu hormon hipotesis karena sampai saat ini belum pernah diisolasi. Di
dalam hal perbungaan GA dapat mengganti fungsi vernalin, meskipun GA tidak sama
dengan vernalin.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan:
1. Fotoperodisme adalah respon tumbuhan
terhadap lamanya penyinaran (panjang pendeknya hari) yang dapat merangsang
pembungaan.
2.
Berdasarkan panjang hari, tumbuhan dapat
dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
·
Tumbuhan hari pendek, tumbuhan yang
berbunga jika terkena penyinaran kurang dari 12 jam sehari. Tumbuhan hari
pendek contohnya krisan, jagung, kedelai, anggrek, dan bunga matahari.
·
Tumbuhan hari panjang, tumbuhan yang
berbunga jika terkena penyinaran lebih dari 12 jam (14 – 16 jam) sehari.
Tumbuhan hari panjang, contohnya kembang sepatu, bit gula, selada, dan
tembakau.
·
Tumbuhan
hari sedang, tumbuhan yang berbunga jika terkena penyinaran kira-kira 12 jam
sehari. Tumbuhan hari sedang contohnya kacang dan tebu.
·
Tumbuhan
hari netral, tumbuhan yang tidak responsif terhadap panjang hari untuk
pembungaannya. Tumbuhan hari netral contohnya mentimun, padi, wortel liar, dan
kapas.
3.
Fitokrom adalah reseptor cahaya, suatu
pigmen yang digunakan oleh tumbuhan untuk mencerap (mendeteksi) cahaya. Sebagai
sensor, ia terangsang oleh cahaya merah dan infra merah, cahaya infra merah
memiliki panjang gelombang yang lebih besar dari pada cahaya merah. Fitokrom
ditemukan pada semua tumbuhan.
4.
Beberapa tumbuhan
sebelum ditanam perlu mengalami perlakuan suhu rendah agar dapat berbunga. Peningkatan
perbungaan dengan suhu rendah ini disebut Vernalisasi.
Vernalisasi tanaman dipajang pada suhu tinggi menyebabkan tumbuhan tidak berbunga. Fenomena
ini disebut Devernalisasi.
3.2 Saran
Tiada kesempurnaan di dunia
ini, kami sangat mengharapkan kritik maupun saran dari makalah ini tujuannya
hanyalah demi kesempurnaan. Dan semoga makalah yang telah kami susun bermanfaat
bagi kita semua, Amin.
DAFTAR PUSTAKA
Dwijoseputro, D. 1987. Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: PT Gramedia.
Salisbury. 1995. Fisiologi Tumbuhan
Jilid I Edisi IV. Bandung: ITB
Tidak ada komentar:
Posting Komentar