BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian dari Sistem sirkulasi
dan fungsinya
Setiap organisme melakukan metabolisme, baik organisme
uniseluler maupun multiseluler. Metabolisme berlangsung didalam setiap sel
makluk hidup dan untuk itu diperlukan bahan-bahan untuk berlangsungnya proses
metabolisme dengan lancar. Sel-sel mendapat suplai makanan atau
bahan- bahan dari luar tubuh dan dihantarkan ke setiap sel melalui system
sirkulasi. Secara garis besar, sistem sirkulasi memiki tiga fungsi sebagai
berikut:
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan
dan oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera.
2. Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh
3. Menyebarkan tekanan atau kekuatan
Sistem sirkulasi pada hewan bervariasi tergantung pada
tingkat perkembangan tubuh hewan. Protozoa
Bersilia yang hidup sesil mampu menyelenggarakan sirkulasi cairan tubuh
menggunakan khoanosit, sedangkan Coelentrata dengan cara mengalirkan air
melalui saluran khusus pada sistem gastrovaskular yang bersilia. Pada molusca
sangat tergantung pada arah gerakan silia yang dapat mengalirkan air (yang
mengandung makanan) melalui rongga mantel. Di rongga mantel, partikel makanan
dikumpulkan dan ditelan. Sistem ini juga berfungsi untuk menyediakan oksigen
bagi insang. Hal 3 tersebut menunjukkan bahwa sistem sirkulasi berfungsi untuk
mengangkut gas dan makanan.
B.Komponen Sistem Sirkulasi
Sistem
sirkulasi tersusun atas tiga komponen utama yaitu jantung, pembuluh, dan
cairan tubuh.
1.
Jantung: sebagai pompa penggerak cairan tubuh di sepanjang pembuluh.
a. Jantung Tubuler: Terdapat
pada hewan invertebrata, bentuk sederhana tidak ada klep, dan bekerja secara
kontraksi peristaltik.
b. Jantung Berongga: Terdapat pada hewan vertebrata,
mernya memompa jantung, merupakan organ berotot, gerak, dan kontraksinya
secara periodik.
2.
Pembuluh: saluran yang akan dilewati oleh cairan yang beredar ke seluruh tubuh
a.Pembuluh Darah terdiri atas Arteri, Vena dan Kapiler.
Arteri dan
Vena tersusun atas tiga lapisan jaringan melingkar dan membentuk saluran/lumen
di bagian tengahnya. Nama lapisannya yaitu tunika intima (Endotelium), tunika
media, dan tunika adventitia , sedangkan kapiler hanya tersusun atas tunika
intima saja.
b. Pembuluh Limfe
1) Kondisi Pembuluh Limfe Pada
Berbagai Hewan. Pada hewan vertebrata tingkat tinggi mempunyai saluran buntu
dengan ujung 5 terbuka yang berfungsi mengangkut kelebihan cairan di ekstrasel
ke sirkulasi darah;
2) Pada
hewan invertebrata tidak ditemukan adanya pembuluh limfe kecuali pada teleoste;
3) Pada hewan tingkat rendah ditemukan
berbagai bentuk peralihan yang menunjukan adanya perkembangan system pembuluh
limfe.
3. Cairan Tubuh
Pada hewan multiseluler ada dua cairan tubuh yaitu cairan
intrasel dan cairan ekstrasel. Kira-kira 70% dari seluruh bagian tubuh hewan
berupa air, sekitar 45% diantaranya terdapat didalam sel (intra sel).
Pada cairan ekstrasel dapat ditemukan di berbagai tempat dengan sebutan yang
berbeda yaitu cairan jaringan, darah, limfe, dan homolimfe. Cairan
jaringan mengandung sedikit protein, sejumlah garam dan bahan nutritive
serta zat sisa. Cairan jaringan berfungsi sebagai fagostik dan mampu
bergerak melalui ruang antar jaringan.
Pada hewan yang
memiliki system sirkulasi tertutup darah dan jaringan cairan merupakan
dua macam cairan yang terpisah dengan jelas. Darah tersusun atas cairan plasma
dan sel darah. Sementara cairan jaringan cairan (cairan intersititiel) yang
dibentuk dengan menyaring plasma yang akan kemudian berdifusi melalui dinding
kapiler menuju ruang antar sel, menurut gradien tekanan hidrostatik. Filtrat
tersebut bukan koloid karna hanya mengandung
protein 0,85% (sebagai pembanding darah mannusia mengandung 7% protein),
filtarat/cairan yang keluar tersebut akan dikembalikan lagi ke system sirkulasi
melaui system pembuluh khusus yaitu limfe.
Pada vertebrata tingkat tinggi ,pembuluh limfe
dimulai sebagai saluran buntu dengan ujung terbuka. Pembuluh limfe berfungsi
mengangkut kelebihan cairan yang tertimbun dilingkungan ekstra sel dan
mengembalikan ke sirkulasi darah. Pada ikan (selain telostei) dan invertebrate
tidak ditemukan adanya pembuluh limfe.Pada berbaguia hewan yang memiliki
tingkat perkembangan yang lebih rendah dapat ditemukan berbagai bentuk
peralihan (intermediet) yang menunjukkan adanya perkembangan sistem pembuluh
limfe. Cairan dalam pembuluh limfe sebenarnya berasal dari cairan
jaringan yang masuk kedalam pembuluh dengan cara difusi melalui dinding
pembuluh atau mengalir langsung ke dalam pembuluh melalui lubang yang terbuka
pada ujungnya. Pada saat tertentu, cairan limfe akan menjadi cairan jaringan
dan sebaliknya. Cairan hemolimfe merupakan pembatasan antara cairan darah
dan caiaran limfe (cairan jaringan) karena cairan yang mengalir dalam pembuluh
dan di ruang antarsel merupakan cairan yang sama.
Cairan
ekstrasel pada semua hewan mengandung sel jenis tertentu yang mengapung bebas
dan mengembara melalui ruang-ruang antar jaringan. Secara fungsional, sel
tersebut berkaitan erat dengan transfor gas dan pertahanan tubuh hewan dalam
melawan mikroorganisme serta berbagai zat asing yang masuk ke dalam
tubuh. Pada hewan tertentu, sel tersebut juga berperan penting dalam proses
pembekuan darah.
Adapun fungsi darah, sebagai beriku :
a. Mensuplai
zat-zat makanan dari saluran pencernaan ke jaringan-jaringan
b.Mensuplai
oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan
c. Membawa
dan membuang zat-zat yang tidak berguna dari jaringan ke organ ekskresi
d. Mendistribusikan
sekresi kelenjar endokrin dan zat lain yang mengatur fungsi sel
e. Membantu
menyelenggarakan keseimbangan komposisi air dalam berbagai organ tubuh
C.Susunan
Cairan Darah
a.Sel Darah : Terdiri atas Eritrosit, Leukosit, dan
Trombosit
b.Plasma Darah : Mengandung sekitar 90% air dan berbagai zat
terlarut. Zat tersebut mencakup beberapa jenis bahan diantaranya :
1) Protein
Plasma,yaitu Albumin,Globulin dan fibrinogen
2) Sari makanan ,yaitu Glokusa,monosakarida,asam amino dan
lipid
3)Bahan untuk dibuan dari
tubuh,anatara lain : Urea dan senyawa nitrogen 4) Berbagai ion,misalnya
natrium,kalium,klor,posfor,kalsium,sulfat dan senyawa bikarbonat
D. Sistem Sirkulasi Darah pada Hewan
Tingkat Rendah
Sistem sirkulasi atau sistem peredaran darah pada organisasi
tingkat rendah umunya belum memiliki sistem sirkulasi secara khusus. Contoh
hewan tingkat rendah (invertebrate), antara lain protozoa, cacing tanah, dan
serangga. Hewan ini mempunyai system sirkulasi darah yang berbeda.
1. Sistem sirkulasi darah pada protozoa
Hewan bersel satu atau protozoa tidak memiliki system
sirkulasi darah karena tubuhnya hanya terdiri atas satu sel. Sari-sari makanan
yang telah dicerna di dalam vakuola diserap oleh protoplasma di sekelilingnya.
Oksigen diserap secara difusi, dan CO2 dikeluarkan juga secara difusi. Contoh dari
protozoa adalah amoeba dan paramaecium. System sirkulasi pada paramecium
lebih sempurna daripada amoeba.
Pada
paramaecium, makanan yang berupa materi halus diserap melalui permukaan
tubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan masuk sitostoma (mulut sel).
Makanan yang berbentuk cair akan diedarkan oleh vakuola kontraktil, sedangkan
zan makanan yang berbentuk padat akan dicerna dan diedarkan oleh vacuola
makanan. Penyebaranya ke dalam endoplasma terjadi secara osmosis.
2. Sistem sirkulasi pada darah
cacing tanah
Sistem sirkulasi pada cacing tanah
terdiri atas lengkung aorta, pembuluh darah punggung, dan pembuluh darah
perut. Lengkung aorta berjumlah lima dan berfungsi sebagai jantung. Darah
dalam cacing beredar di dalam pemmbuluh sehingga termasuk peredaran darah
tertutup Darah yang terdapat pada pembuluh kapiler akan mengikat oksigen.
Pembuluh tersebut banyak terdapat pada kulit. Darah yang telah mengikat oksigen
ini akan mengalir ke pembuluh punggung kemudian bergerak menuju lengkung aorta.
3. Sistem sirkulasi darah pada serangga
Sistem transportasi pada serangga
contohnya pada belalang. Belalang mempunyai sistem peredaran terbuka karena
darah tidak selalu berada dalam pembuluh darah. Alat transportasinya
berupa pembuluh yang dapat berdenyut sehingga menyerupai jantung. Oleh karena
itu, pembuluhnya disebut jantung pembuluh. Peredaran darah pada belalang
berlangsung sebagai berikut: Darah dipompa oleh jantung pembuluh ke bagian
depan tubuh melalui aorta dorsal. Selanjutnya darah beredar ke seluruh tubuh ke
ruang antar organ tanpa melalui pembuluh darah Darah serangga tidak mengandung
hemoglobin sehingga tidak berwarna merah. Darah serangga disebut
hemolimfa. Darah ini mengadung sel darah yang tidak berwarna yang berfungsi
untuk melenyapkan organisme asing. Karena tidak mengandung Hb, darah serangga
berfungsi untuk mengangkut zat makanan, tidak untuk mengangkut oksigen ataupun
gas CO2. Gas- gas tersebut disalurkan melalui system trakea.
4. Sistem sirkulasi darah pada hewan
invertebrata lainnya
Hewan invertebrate lainnya seperti
porifera dan coelenterata, belum memiliki organ tubuh. System transportasinya
juga belum ada. Oleh karena itu zat makanan dan oksigen berdifusi langsung dari
lingkungan ke sel, dan dari sel ke sel lainnya. Begitu juga sebaliknya untuk
pengeluaran zat-zat sisa. Hewan invertebrate seperti echinodermata, memilki
system sirkulasi radial yang bentuknya mengecil. Pengangkutan zat dibantu
dengan system sirkulasi air yang disebut system air ambulakral System sirkulasi
pada mollusca terdiri atas jantung dengan satu atau dua ruang jantung, aorta
dan pembuluh lainnya
E.
Struktur Sistem Sirkulasi Pada Invertebrata
Sistem sirkulasi adalah sistem penyebaran oksigen pada
seluruh tubuh. Tidak semua hewan mempunyai sistem sirkulasi khusus, misalnya
pada hewan yang uniseluler. Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi
Sistem difusi yaitu isitem yang terjadi pada invertebrata rendah seperti
paramecium, amoeba maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi berupa jantung
dengan salurannya yang merupakan jalan untuk peredaran makanan. Makanan umumnya
beredar keseluruh tubuh karena adanya aliran protoplasma. Sistem peredaran
darah terbuka yaitu jika dalam peredarannya darah tidak selalu berada di dalam
pembuluh, misalnya Arthropoda dan Sistem peredaran darah tertutup jika dalam
peredaran-nya darah selalu berada di dalam pembuluh,misalnya Annelida, Mollusca, Vertebrata.
Struktur sistem sirkulasi pada hewan invertebrata adalah
sebagai berikut :
1. Protozoa
Hewan bersel satu (Protozoa) tidak memiliki sistem peredaran
darah. Gas yang dibutuhkan dan zat makanan yang akan diserap dilakukan secara
difusi, karena tubuh hanya terdiri atas satu sel sehingga seluruh aktivitas
metabolismenya dilakukan oleh sel itu sendiri.
Banyak hewan jenis ini yang mengunakan organel selnya untuk
metabolisme. Seperti paramecium menggunkan vakuola kontraktril untuk
mengedarkan zat makanan cair, dan menggunakan vakuola makanan untuk mengedarkan
zat makanan padat.
2. Porifera
Belum memiliki sistem sirkulasi
khusus, tubuhnya terdiri atas dua lapisan sel, lapisan dalam terdiri atas
sel-sel yang disebut koanosit. Koanosit berfungsi menangkap makanan
secara fagosit yang selanjutnya disebarkan keseluruh tubuh oleh amoebosit secara difusi dan osmosis
3.
Coelenterata
Pada invertebrata yang belum
memiliki sistem peredaran khusus, misalnya Hydra, transportasinya dilakukan
oleh sistem gastrovaskuler, yakni saluran pencernaan yang berfungsi sekaligus
sebagai alat peredaran. Saluran pencernaan pada Hydra bercabang-cabang dan
bercabang-cabang lagi ke semua bagian tubuh. Percabangan ini menyebabkan
permukaan dalam saluran pencemaan semakin luas, sehingga saluran ini akan
lebih efisien dalam melakukan penyerapan zat sekaligus mengantarkan zat yang
diserapnya ke seluruh jaringan tubuh. Dengan demikian, walaupun pada hewan ini
tidak terdapat sistem peredaran khusus, zat yang diserap oleh saluran
pencernaan akan dapat mencapai seluruh jaringan tubuh.
4.
Platyhelminthes
Platyhelminthes seperti planaria
sistem peredarannya dilakukan secara osmosis ke seluruh permukaan tubuh. Sel mesenkim berrfungsi membantu
distribusi makanan yang telah dicernakan. Makanan yang tidak dicerna
dikeluarkan melalui mulut, misal pada Planaria.
5.
Nemathelminthes
6.
Annelida
Cacing menggunakan permukaan tubuhnya untuk bernapas. Hewan
ini memanfaatkan permukaan kulitnya untuk bernapas. Oleh karena itu, kulit
cacing tanah selalu basah untuk memudahkan terjadinya pertukaran udara. Di
bawah permukaan kulitnya yang basah tersebut, ternyata terdapat kapiler-kapiler
darah. Melalui kapiler ini, oksigen berdifusi masuk ke dalam kulit, lalu
ditangkap dan diedarkan oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon
dioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh.
·
Peredaran darah cacing tanah merupakan sistem
peredaran darah tertutup.
- Cacing tanah mempunyai lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung
Peredaran
Darah Annelida
Annelida, misalnya cacingtanah memiliki beberapa
komponen sistem peredaran darah, yaitu cairan dan pembuluh darah
·
Cairan darah terdiri atas plasma darah yang mengandung
hemoglobin dan korpuskula. Korpuskula mengandung gas, gula, asam amino, garam,
dan molekul-molekul serta ion-ion yang berperan dalam metabolisme. Darah pada
cacing tanah berfungsi untuk mengangkut O2 dan zat makanan.
·
Pembuluh darah terdiri atas pembuluh darah dorsal atau
supraintestinal yang terletak di punggung, pembuluh darah ventral atau
subintestinal yang terletak di perut, dan pembuluh saraping. Pembuluh samping
berupa lengkung-lengkung aorta (jantung) yang berjumlah lima pasang dan
terletak pada ruas ketujuh. Lengkung-lengkung aorta menghubungkan pembuluh
darah ventral dan dorsal.
·
Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup.
Peredaran darah dimulai pada saat pembuluh darah punggung dan lima lengkung
aorta berkontraksi. Cairan darah yang berasal dari lengkung aorta menuju ke
pembuluh darah perut. Dari pembuluh darah perut, zat- zat yang diangkut oleh
cairan darah akan berdifusi ke dalam jaringan
melalui kapiler. Cairan darah yang berasal dari
jaringan, mengalir ke system pembuluh kedua menuju pembuluh darah punggung,
kemudian kembali ke lengkung aorta. Pengangkutan kotoran dari jaringan
dilakukan oleh pembuluh limfa dan dialirkan ke alat ekskresi unfuk dibuang.
Memiliki sistem peredaran darah
tertutup, yang terdiri dari pembuluh darah dorsal, pembuluh darah ventral dan
lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung, misal pada cacing
tanah (Pheretima).
Arah aliran darah :
Lengkung à pembuluh dorsal à kapiler (seluruh jaringa tubuh) à pembuluh ventral à aorta lengkung aorta (pembuluh jantung).
Oksigen diabsorbsi melalui kulit dan
dibawa pembuluh kapiler menuju ke pembuluh dorsal. Pertukaran darah terjadi
paad kapiler. Darah cacing tanah mengandung haemoglobin yang terlarut dalam
cairan darahnya
Jantung aorta pada cacing tanah, terbagi menjadi
pembuluh darah dorsal dan ventral
Bila pembuluh punggung dan jantung berdenyut, darah
mengalir menuju ke pembuluh darah perut, lalu mengalir menuju ke bagian
belakang (posterior) tubuh dan selanjutnya kembali ke jantung aorta melalui
poembuluh darah punggung. Darah yang beredar mengangkut nutrisi dan oksigen,
serta mengambil sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Cacing tanah belum memiliki alat
pernapasan khusus. Oksigen dari udara bebas berdifusi ke dalam darah cacing
melalui seluruh permukaan kulit. Dari sini oksigen diangkut oleh darah didalam
kapiler bersama-sama dengan darah yang mengangkut zat makanan dari usus menuju
ke pembuluh darah punggung. Selanjutnya darah tersebut dipompakan keseluruh
jaringan tubuh.
Berbeda
dengan darah vertebrata yang hemoglobinnya terikat dalam sel darah merah,
hemoglobin darah cacing larut dalam plasma darah.
7. Mollusca
Alat peredaran darah terdiri atas jantung pada ruang perkard
di sebeah ujung posterior-dorsal, sinus dan pembuluh darah. Darah yang berasal
dari tubuh masuk ke jantung melalui sinus.
GASTROPODA
Darah Achatina fulica terdiri dari sel-sl darah dan
plasma yang tidak berwarna. Alat peredaran darah terdiri dari jantung dan
pembuluh darah. Jantung terdiri atas sebuah atrium dan ventrikel berotot, dan
sinus . Dari ventrikel keluar aorta yang bercabang menjadi aorta posterior yang
memasok kelanjar pencernaan dan aorta anterior ang memasok darah ke kepala dan
kaki. Darah dari kapiler arteri masuk ke kapiler vena lalu mauk ke jantung
melalui sinus. Darah dari sinus akan masuk ke dinding rongga mantel. Setelah
terjadi pertukaran gas, darah yang kaya akan oksigen masuk ke vena
pulmonalis menuju atrium.
BILVAVIA
Sistem sirkulasi terdiri atas jantung, aorta anterior dan
aorta dorsal. Jantung terletak di bagian dorsal di dalam perikard dan
terdiri atas dua aurikel dan ventrikel. Dari ventrikel muncul dua aorta, yakni
aorta anterior yang memasok darah ke kaki, lambung dan mantel; serta aorta
posterior yang memasok darah ke rectum dan mantel.
CEPALOPODA
Respirasi dilakukan dengan menggunakan insang yang berjumlah
sepasang di kanan kiri ruang mantel bagian ventral. Sirkulasi darah dilakukan
dengan baik. Alat-alat sirkulasi terdiri atas jantung dan sejumlah pembuluh
darah. Jantung menerima darah dari vena cava anterior dan vena cava posterior
kemudian meuju insang melalui pembuluh darah afferent ke kapiler dan terjadilah
pertukaran O2 dengan CO2. Darah yang mengandung O2
keluar dari masing-masing insang melalui pembuluh darah efferent menuju aurikel
di setiap sisi yang masing-masing bermuara pada jantung sistemik.
Alat peredaran darah siput terdiri
atas jantung dan pembuluh darah yang masih sederhana. Jantungnya terdiri atas
atrium dan ventrikel yang terletak di dalam rongga perikardial. Jika jantung
berdenyut, darah akan terpompa ke luar menuju rongga perikardial atau sinus
terus menuju ke jaringan tubuh. Di dalam jaringan, darah akan membebaskan zat
makanan dan menyerap zat-zat sisa. Selanjutnya darah akan menuju ke rongga
perikardial terus ke jantung melalui ostium.
Mollusca
Memiliki sistem peredaran darah
tertutup. Jantung pada hewan ini sudah terdapat atrium (serambi) dan ventrikel
(bilik) serta terdapat pembuluh darah vena dan arteri, misal pada keong (Pila
globosa).
8.
Ecinodermata
9.
Arthropoda
Sistem peredaran darah pada Arthropoda.
Alat peredaran darah serangga
terdiri atas jantung dan arteri. Jantung disebut jantung pembuluh. Darah dan
cairan tubuh serangga disebut hemolimfa. Arah aliran hemolimfa adalah:
hemolimfa terpompa mengalir melalui>--Bila jantung pembuluh berdenyut masuk jaringan-jaringan tubuh tanpa>--masuk rongga tubuh >--arteri dari
jaringan-jaringan tubuh akan >--melalui pembuluh-pembuluh
kapiler kembali masuk ke jantung
pembuluh melalui ostium.
Fungsi hemolimfa untuk mengedarkan zat-zat makanan kepada sel-sel. Hemolimfa tidak mengandung hemoglobin sehingga tidak mengikat oksigen. Dengan demikian darah Arthropoda hanya mengedarkan sari makanan. Oksigen dan karbondioksida diedarkan melalui sistem trakea yang memungkinkan oksigen dari lingkungan dapat mencapai jaringan.
Fungsi hemolimfa untuk mengedarkan zat-zat makanan kepada sel-sel. Hemolimfa tidak mengandung hemoglobin sehingga tidak mengikat oksigen. Dengan demikian darah Arthropoda hanya mengedarkan sari makanan. Oksigen dan karbondioksida diedarkan melalui sistem trakea yang memungkinkan oksigen dari lingkungan dapat mencapai jaringan.
Sistem peredaran darah pada Crustacea disebut sistem peredaran darah
terbuka (haemocoelic). Hal ini berarti bahwa darah beredar tanpa melalui
pembuluh darah, sehingga terjadi kontak langsung antara darah dan jaringan.
Sistem peredaran darah ini menyebabkan hilangnya rongga tubuh, karena darah
memenuhi celah antar jaringan dan organ tubuh yang disebut homocoel (rongga
tubuh yang dipenuhi darah). Rongga tubuhnya hanya pada rongga ekskresi dan
organ perkembangbiakan.
Letak jantung dari Crustacea biasanya terdapat di bagian
dorsal toraks atau di sepanjang badan. Darah keluar dari jantung melalui sebuah
aorta anterior, arteri abdomen posterior, beberapa arteri lateral dan sebuah
arteri ventral. Beberapa Crustacea
tidak mempunyai sistem arteri. Pada kebanyakan Malakostraca terdapat jantung tambahan (accessory heart) atau pompa
darah untuk menaikan tekanan darah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan
sistem kekebalan tubuh?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis kekebalan
tubuh pada manusia?
1.2.3 Apa saja gangguan yang dapat
terjadi pada sistem kekebalan tubuh manusia?
1.2.4
Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh manusia?
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian system
kekebalan tubuh.
1.3.2 Memahami jenis-jenis kekebalan
tubuh pada manusia.
1.3.3
Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai system kekebalan tubuh
manusia.
1.3.4 Memahami cara mempertahankan
system kekebalan tubuh manusia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. PENGERTIAN
Sistem kekebalan tubuh atau sistem
imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh
sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena
penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi
tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan
zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka
kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan
patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh.
Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor.
Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan
resiko terkena beberapa jenis kanker.
2.2. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a)
Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh.
b) Menghilangkan jaringan sel yang mati atau
rusak (debris cell) untuk perbaikan jaringan.
c) Mengenali dan menghilangkan sel yang
abnormal.
d)
Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.
2.3. PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN
TUBUH
a)
Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
2.3.1 Sistem Pertahanan Tubuh Non
Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan
pertahanan tubuh yang tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang
lainnya. Ciri-cirinya :
Tidak selektif
Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
Memiliki komponen yang mampu
menangkal benda untuk masuk ke dalam
tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh
melalui beberapa cara, yaitu :
ü Pertahanan
yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a. Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh
lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa, yang berfungsi
menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit
terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit ditembus oleh
patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga
dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang terdapat
pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi
menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.
b.Pertahanan
Mekanis
Pertahanan
secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut
hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya
dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang
terperangkap dalam lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
c.Pertahanan
Kimiawi
Pertahanan
secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran
mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat
pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat.
Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah
pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan
sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri
dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri
mati.
d.
Pertahanan Biologis
Pertahanan
secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di
kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara
berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.
ü Respons
Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi merupakan respons tubuh
terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau benturan keras.
Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri), rubor (kemerahan),calor (panas), dan tumor (bengkak). Inflamas berfungsi mencegah
penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga
berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih
(neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang
menginfeksi tubuh.
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan
sebagai berikut :
1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehingga
mengakibatkan patogen mampu melewati
pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk
mengekskresikan histamin dan
prostaglandin.
3. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan
aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan
monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.
5.
Sel-sel fagosit memakan patogen.
ü Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme
pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara mencerna
mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit
mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah
monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai
makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil,
eosinofil, basofil, dan cell mast (mastosit). Sel-sel fagosit akan
bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi
patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :
1. Pengenalan (recognition),
mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2.Pergerakan (chemotaxis),
pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel
fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh patogen.
3.Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor
pada membran sel fagosit.
4. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi
seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak
dalam fagosom
5.Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim
bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan
patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama
dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.
6.Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak
dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.
ü Protein
Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan
tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan interferon. Protein komplemen
membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran
plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca2+
keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari
luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri
tersebut. Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus.
Interferon dihasilkan saat virus
memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan
berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian
membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat
dicegah.
2.3.2 Sistem Pertahanan Tubuh
Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan
pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem
ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non
spesifik. Ciri-cirinya :
·
Bersifat
selektif
·
Tidak
memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
·
Mampu
mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
·
Melibatkan
pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
·
Perlambatan
waktu antara eksposur dan respons maksimal
Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa
komponen, yaitu:
ü Limfosit
a)
Limfosit B (Sel B)
Proses
pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam
pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan
menjadi :
1.Sel B plasma, berfungsi membentuk
antibodi.
2. Sel B pengingant, berfungsi
mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh serta menstimulasi
pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi
membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.
b) Limfosit T (Sel T)
Proses
pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses pematangannya
terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler,
yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga
membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi :
1. Sel T pembunuh, berfungsi
menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, dan sel
kanker secara langsung.
2. Sel T pembantu, berfungsi
menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta mengaktivasi
makrofag untuk melakukan fagositosis.
3. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan
menghentikan respons imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan
mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah
infeksi berhasil ditangani.
ü Antibodi
(Immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat ada
antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen adalah senyawa protein yang ada pada
patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi disebut juga immunoglobulin atau
serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses
kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan
antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan dihancurkan
oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu.
Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik, maka
diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena itu,
diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman
penyakit.
Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida
yang identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai
tersebut dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya
seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan
antigen. Beberapa cara kerja antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu :
Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau
opsonisasi)
Aglutinasi
partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
Presipitasi
(pengendapan) antigen yang dapat larut
Fiksasi
komplemen (aktivasi komplemen)
Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti
pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3.1 Tipe-Tipe Antibodi
Beserta Karakteristiknya
NO
|
Tipe Antibodi
|
Karakteristik
|
1.
|
IgM
|
Pertama
kali dilepaskan ke aliran darah pada saat terjadi infeksi yang pertama kali
(respons kekebalan primer)
|
2.
|
IgG
|
Paling
banyak terdapat dalam darah dan diproduksi saat terjadi infeksi kedua
(respons kekebalan sekunder). Mengalir melalui plasenta dan memberi kekebalan
pasif dari ibu kepada janin
|
3.
|
IgA
|
Ditemukan
dalam air mata, air ludah, keringat, dan membran mukosa. Berfungsi mencegah
infeksi pada permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang berfungsi
untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi saluran pencernaan
|
4.
|
IgD
|
Ditemukan
pada permukaan limfosit B sebagai reseptor dan berfungsi merangsang
pembentukan antibodi oleh sel B plasma
|
5.
|
IgE
|
Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah dan
cell mast
(mastosit) di dalam jaringan yang berfungsi
memengaruhi sel untuk melepaskan histamin dan terlibat dalam reaksi alergi.
|
Dari
penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan tubuh
berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa lapis
seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3.2 Beberapa Lapis
Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
|
|
Pertahanan
Tubuh Spesifik
|
Pertahanan
Pertama
|
Pertahanan
Kedua
|
Pertahanan
Ketiga
|
Kulit
Membran mukosa
Rambut
hidung dan silia pada trakea
Cairan sekresi dari kulit dan membran
mukosa
|
Inflamasi
Sel-sel fagosit
Protein antimikrobia
|
Limfosit
Antibodi
|
b) Berdasarkan
Mekanisme Kerja
1) Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan
aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika
antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan membentuk
sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang
mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan
patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu
lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer.
Apabila
antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya
dan menstimulasi pembentukan sel B plasma yang akan memproduksi antibodi.
Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
Respons
kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan
lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori
imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah
masuk ke dalam tubuh.
2) Kekebalan Seluler
Kekebalan
seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau jaringan tubuh
yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen pada
permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel
tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil
ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons kekebalan dengan cara
menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.
c.) Berdasarkan Cara Memperolehnya
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan
aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan
aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan
Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh
seseorang setelah mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit. Setelah
sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap penyakit itu. Misalnya,
seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut untuk
kedua kalinya.
b.Kekebalan
Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh
melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke
dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen yang dierikan secara oral (melalui
mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh
terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi mikroorganisme yang telah
dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa toksoid atau ekstrak
antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke
dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan antigen
sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya
Kekebalan karena vaksinasi biasanya
memiliki jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi
setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh
semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis
penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis,
dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam
kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar
sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat. Secara garis besar, vaksin
dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:
1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin
(BCG), polio jenis sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme
yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk.
Vaksin ini berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan.
3.Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin
ini berasal dari toksin (racun) mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan
konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari
protein mikroorganisme.
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif merupakan kebalikan
dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi dari
luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
a. Kekebalan Pasif
Alami
Kekebalan pasif alami dapat
ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat
masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat diperoleh dengan
pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.
b. Kekebalan Pasif
Buatan
Kekebalan
pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari
suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung
singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian
serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa
2.4 MEKANISME SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Tubuh diibaratkan sebagai sebuah
negara. Jika negara itu tidak memiliki pertahanan yang kuat, akan mudah
mendapatkan perlawanan baik dari dalam maupun dari luar, sehingga lambat laun
negara itu akan hancur. Begitupun halnya tubuh kita. Jika kita tidak memiliki
pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya tubuh kita akan jatuh sakit dan
mungkin akan berujung kepada kematian. Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk
menjaga agar tubuh kita bisa melawan serangan apapun baik dari dalam maupun
dari luar. Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa
membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh
. Biasanya ketika ada benda asing yang yang
memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah
proses pertahanan diri. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh
dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral
terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata,
serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam
bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh
kita. Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari
berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang)
beserta sistem limfatiknya.
Organ tubuh kita yang juga termasuk
dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru. Sistem
limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan
kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan kelenjar
limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Organ limfoid
seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan sel T dan
penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus, bayi yang baru lahir
akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh
Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit bersirkulasi di dalam badan antara
organ tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah. Dengan begitu, sistem
imun bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman ataupun substansi
lain yang bisa menyebabkan problem bagi tubuh.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya,
yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme yang masuk ke dalam tubuh dan
limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta
membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil,
yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi
ada suatu infeksi bakteri di dalamnya. Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe
yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang,
tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan
sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T
mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B berfungsi untuk mencari target dan
mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T merupakan
tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan
mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing
yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk
mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B
untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu
antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi
dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok
protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan
membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.
2.5. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN
TUBUH
a)Alergi
Alergi atau
hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap senyawa yang masuk
ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat berupa debu,
serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu,
misalnya udang. Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke
dalam tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod
IgE. Alergen yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan
alergi, namun IgE yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya,
ketika alergen masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat
pada IgE yang telah berikatan dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan
histamin yang berperan dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini
mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit terasa gatal, mata
berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala alergi dapat
dihentikan dengan pemberian antihistamin.
b)Autoimunitas
Autoimunitas
merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi yang diproduksi
justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh
sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses
pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan,
yaitu :
1. Diabetes mellitus
Diabetes mellitus
disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di pankreas yang berfungsi
menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh kekurangan hormon
insulin sehingga kadar gula darah meningkat.
2.
Myasthenia gravis
Myasthenia
gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga otot lurik
mengalami kerusakan.
3.
Addison’s disease
Addison’s
disease disebabkan oleh antibodi yang
menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadar
gula darah menurun, mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.
4.Lupus
Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang
tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara,
yaitu :
Antibodi
menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel
darah merah sehingga menyebabkan anemia.
Antibodi
bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang dianamakan kompleks
imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya telah diikat oleh
antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel fagosit.
Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan oleh
sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin bertambah
sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses inflamasi ini
akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang,
fungsi organ tubuh akan terganggu.
5.Radang send (artritis rheumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang
menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya
mengenai banyak sendi dan ditandai dengan radang pada membran sinovial dan
struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.
c) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan
kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan
tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T pembantu yang
berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T lainnya. Hal
ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan berbagai kuman
penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama
HIV karena pada permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4 sebagai reseptor.
Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke
reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel
T pembantu secara endositosis dan mulai memperbanyak diri. Kemudian,
virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi secara eksositosis atau
melisiskan sel Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah,
sedangkan pada penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3.
Kondisi ini menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit
seperti TBC, meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih
dapat hidup dengan normal dan tampak sehat, tetapi dapat menularkan virus HIV.
Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala
penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk
menjadi penderita AIDS relatif lama, yaitu antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita
HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi penderita AIDS. Hal tersebut
dikarenakan virus HIV di dalam tubuh membutuhkan waktu untuk menghancurkan
sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur,
penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang
telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan
hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
Gangguan pada sistem saraf
Penurunan libido
Sakit kepala
Demam
Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
Diare
Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada
sekujur tubuh
Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
Terjadi penurunan berat badan secara drastis Cara penularan
virus HIV/AIDS :
Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
Bayi yang minum ASI penderita
HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu penderita HIV/AIDS Cara mencegah
penularan HIV/AIDS :
o
Menghindari
hubungan seks di luar nikah
o
Memakai jarum suntik yang steril
o
Menghindari
kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
o
Menerima
transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS
2.6.CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM
KEKEBALAN TUBUH
1.
Nutrisi yang sempurna
Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai
nutrisi untuk tubuh kita karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk memakan makanan yang mengandung :
Protein Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin dan berbagai
antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.
Vitamin
dan mineral Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan
buah.
Teh
hijau Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat membantu
meningkatkan sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa kandungan theanine
pada daun teh dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri dan virus.
Aloevera
Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat
membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan jaringan yang
terluka, dan meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.
2.
Olahraga yang sesuai
Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan
dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang,
berjalan, dan yoga dapat meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan
meningkatkan sistem imun dalam tubuh.
3. Senantiasa gembira dan bijak menangani
tekanan
Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu
mekanisme sistem imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan
menghasilkan hormon kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi
sistem kekebalan tubuh kita
(https://www.academia.edu/7537645/MAKALAH_BIOLOGI_SISTEM_IMUNITAS_PADA_TUBUH_MANUSIA)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar