Jumat, 21 Oktober 2016

SISTEM PEREDARAN DARAH



BAB II
PEMBAHASAN

A.Pengertian dari Sistem sirkulasi dan fungsinya
Setiap organisme melakukan metabolisme, baik organisme uniseluler maupun multiseluler. Metabolisme berlangsung didalam setiap sel makluk hidup dan untuk itu diperlukan bahan-bahan untuk berlangsungnya proses metabolisme dengan lancar. Sel-sel mendapat suplai makanan atau bahan- bahan dari luar tubuh dan dihantarkan ke setiap sel melalui system sirkulasi. Secara garis besar, sistem sirkulasi memiki tiga fungsi sebagai berikut:
1. Menjamin terpenuhinya kebutuhan tubuh akan sari makanan dan oksigen, serta pembuangan zat sisa metabolisme dari tubuh dengan segera.
2. Berperan penting dalam penyebaran panas tubuh
3. Menyebarkan tekanan atau kekuatan
Sistem sirkulasi pada hewan bervariasi tergantung pada tingkat  perkembangan tubuh hewan.  Protozoa Bersilia yang hidup sesil mampu menyelenggarakan sirkulasi cairan tubuh menggunakan khoanosit, sedangkan Coelentrata dengan cara mengalirkan air melalui saluran khusus pada sistem gastrovaskular yang bersilia. Pada molusca sangat tergantung pada arah gerakan silia yang dapat mengalirkan air (yang mengandung makanan) melalui rongga mantel. Di rongga mantel, partikel makanan dikumpulkan dan ditelan. Sistem ini juga berfungsi untuk menyediakan oksigen bagi insang. Hal 3 tersebut menunjukkan bahwa sistem sirkulasi berfungsi untuk mengangkut gas dan makanan.

B.Komponen Sistem Sirkulasi
Sistem sirkulasi tersusun atas tiga komponen utama yaitu jantung,  pembuluh, dan cairan tubuh.
1. Jantung: sebagai pompa penggerak cairan tubuh di sepanjang pembuluh.
 a. Jantung Tubuler: Terdapat pada hewan invertebrata, bentuk sederhana tidak ada klep, dan bekerja secara kontraksi peristaltik.
 b. Jantung Berongga: Terdapat pada hewan vertebrata, mernya memompa  jantung, merupakan organ berotot, gerak, dan kontraksinya secara  periodik.
2. Pembuluh: saluran yang akan dilewati oleh cairan yang beredar ke seluruh tubuh
a.Pembuluh Darah terdiri atas Arteri, Vena dan Kapiler.
Arteri dan Vena tersusun atas tiga lapisan jaringan melingkar dan membentuk saluran/lumen di bagian tengahnya. Nama lapisannya yaitu tunika intima (Endotelium), tunika media, dan tunika adventitia , sedangkan kapiler hanya tersusun atas tunika intima saja.  
b. Pembuluh Limfe
            1) Kondisi Pembuluh Limfe Pada Berbagai Hewan. Pada hewan vertebrata tingkat tinggi mempunyai saluran buntu dengan ujung 5 terbuka yang berfungsi mengangkut kelebihan cairan di ekstrasel ke sirkulasi darah;
2) Pada hewan invertebrata tidak ditemukan adanya pembuluh limfe kecuali pada teleoste;
 3) Pada hewan tingkat rendah ditemukan berbagai bentuk peralihan yang menunjukan adanya perkembangan system pembuluh limfe.
 3. Cairan Tubuh
Pada hewan multiseluler ada dua cairan tubuh yaitu cairan intrasel dan cairan ekstrasel. Kira-kira 70% dari seluruh bagian tubuh hewan  berupa air, sekitar 45% diantaranya terdapat didalam sel (intra sel). Pada cairan ekstrasel dapat ditemukan di berbagai tempat dengan sebutan yang  berbeda yaitu cairan jaringan, darah, limfe, dan homolimfe. Cairan  jaringan mengandung sedikit protein, sejumlah garam dan bahan nutritive serta zat sisa. Cairan jaringan berfungsi sebagai fagostik dan mampu  bergerak melalui ruang antar jaringan.
 Pada hewan yang memiliki system sirkulasi tertutup darah dan  jaringan cairan merupakan dua macam cairan yang terpisah dengan jelas. Darah tersusun atas cairan plasma dan sel darah. Sementara cairan jaringan cairan (cairan intersititiel) yang dibentuk dengan menyaring plasma yang akan kemudian berdifusi melalui dinding kapiler menuju ruang antar sel, menurut gradien tekanan hidrostatik. Filtrat tersebut bukan koloid karna hanya mengandung protein 0,85% (sebagai pembanding darah mannusia mengandung 7% protein), filtarat/cairan yang keluar tersebut akan dikembalikan lagi ke system sirkulasi melaui system pembuluh khusus yaitu limfe.
 Pada vertebrata tingkat tinggi ,pembuluh limfe dimulai sebagai saluran buntu dengan ujung terbuka. Pembuluh limfe berfungsi mengangkut kelebihan cairan yang tertimbun dilingkungan ekstra sel dan mengembalikan ke sirkulasi darah. Pada ikan (selain telostei) dan invertebrate tidak ditemukan adanya pembuluh limfe.Pada berbaguia hewan yang memiliki tingkat perkembangan yang lebih rendah dapat ditemukan berbagai bentuk peralihan (intermediet) yang menunjukkan adanya perkembangan sistem pembuluh limfe. Cairan dalam pembuluh limfe sebenarnya berasal dari cairan  jaringan yang masuk kedalam pembuluh dengan cara difusi melalui dinding pembuluh atau mengalir langsung ke dalam pembuluh melalui lubang yang terbuka pada ujungnya. Pada saat tertentu, cairan limfe akan menjadi cairan jaringan dan sebaliknya. Cairan hemolimfe merupakan  pembatasan antara cairan darah dan caiaran limfe (cairan jaringan) karena cairan yang mengalir dalam pembuluh dan di ruang antarsel merupakan cairan yang sama.
Cairan ekstrasel pada semua hewan mengandung sel jenis tertentu yang mengapung bebas dan mengembara melalui ruang-ruang antar  jaringan. Secara fungsional, sel tersebut berkaitan erat dengan transfor gas dan pertahanan tubuh hewan dalam melawan mikroorganisme serta  berbagai zat asing yang masuk ke dalam tubuh. Pada hewan tertentu, sel tersebut juga berperan penting dalam proses pembekuan darah.
Adapun fungsi darah, sebagai beriku :
a. Mensuplai zat-zat makanan dari saluran pencernaan ke jaringan-jaringan
 b.Mensuplai oksigen dari paru-paru ke jaringan-jaringan
c. Membawa dan membuang zat-zat yang tidak berguna dari jaringan ke organ ekskresi
d. Mendistribusikan sekresi kelenjar endokrin dan zat lain yang mengatur fungsi sel
e. Membantu menyelenggarakan keseimbangan komposisi air dalam  berbagai organ tubuh
C.Susunan Cairan Darah
a.Sel Darah : Terdiri atas Eritrosit, Leukosit, dan Trombosit  
b.Plasma Darah : Mengandung sekitar 90% air dan berbagai zat terlarut. Zat tersebut mencakup beberapa jenis bahan diantaranya :
 1) Protein Plasma,yaitu Albumin,Globulin dan fibrinogen
2) Sari makanan ,yaitu Glokusa,monosakarida,asam amino dan lipid
3)Bahan untuk dibuan dari tubuh,anatara lain : Urea dan senyawa nitrogen 4) Berbagai ion,misalnya natrium,kalium,klor,posfor,kalsium,sulfat dan senyawa bikarbonat

D. Sistem Sirkulasi Darah pada Hewan Tingkat Rendah
Sistem sirkulasi atau sistem peredaran darah pada organisasi tingkat rendah umunya belum memiliki sistem sirkulasi secara khusus. Contoh hewan tingkat rendah (invertebrate), antara lain protozoa, cacing tanah, dan serangga. Hewan ini mempunyai system sirkulasi darah yang berbeda.
1. Sistem sirkulasi darah pada protozoa
Hewan bersel satu atau protozoa tidak memiliki system sirkulasi darah karena tubuhnya hanya terdiri atas satu sel. Sari-sari makanan yang telah dicerna di dalam vakuola diserap oleh protoplasma di sekelilingnya. Oksigen diserap secara difusi, dan CO2 dikeluarkan juga secara difusi. Contoh dari protozoa adalah amoeba dan paramaecium. System sirkulasi  pada paramecium lebih sempurna daripada amoeba.
            Pada paramaecium, makanan yang berupa materi halus diserap melalui permukaan tubuhnya. Namun materi makanan yang besar akan masuk sitostoma (mulut sel). Makanan yang berbentuk cair akan diedarkan oleh vakuola kontraktil, sedangkan zan makanan yang berbentuk padat akan dicerna dan diedarkan oleh vacuola makanan. Penyebaranya ke dalam endoplasma terjadi secara osmosis.
2. Sistem sirkulasi pada darah cacing tanah
Sistem sirkulasi pada cacing tanah terdiri atas lengkung aorta,  pembuluh darah punggung, dan pembuluh darah perut. Lengkung aorta  berjumlah lima dan berfungsi sebagai jantung. Darah dalam cacing beredar di dalam pemmbuluh sehingga termasuk peredaran darah tertutup Darah yang terdapat pada pembuluh kapiler akan mengikat oksigen. Pembuluh tersebut banyak terdapat pada kulit. Darah yang telah mengikat oksigen ini akan mengalir ke pembuluh punggung kemudian bergerak menuju lengkung aorta.


 3. Sistem sirkulasi darah pada serangga
Sistem transportasi pada serangga contohnya pada belalang. Belalang mempunyai sistem peredaran terbuka karena darah tidak selalu  berada dalam pembuluh darah. Alat transportasinya berupa pembuluh yang dapat berdenyut sehingga menyerupai jantung. Oleh karena itu,  pembuluhnya disebut jantung pembuluh. Peredaran darah pada belalang berlangsung sebagai berikut: Darah dipompa oleh jantung pembuluh ke bagian depan tubuh melalui aorta dorsal. Selanjutnya darah beredar ke seluruh tubuh ke ruang antar organ tanpa melalui pembuluh darah Darah serangga tidak mengandung hemoglobin sehingga tidak  berwarna merah. Darah serangga disebut hemolimfa. Darah ini mengadung sel darah yang tidak berwarna yang berfungsi untuk melenyapkan organisme asing. Karena tidak mengandung Hb, darah serangga berfungsi untuk mengangkut zat makanan, tidak untuk mengangkut oksigen ataupun gas CO2. Gas- gas tersebut disalurkan melalui system trakea.
4. Sistem sirkulasi darah pada hewan invertebrata lainnya
Hewan invertebrate lainnya seperti porifera dan coelenterata, belum memiliki organ tubuh. System transportasinya juga belum ada. Oleh karena itu zat makanan dan oksigen berdifusi langsung dari lingkungan ke sel, dan dari sel ke sel lainnya. Begitu juga sebaliknya untuk pengeluaran zat-zat sisa. Hewan invertebrate seperti echinodermata, memilki system sirkulasi radial yang bentuknya mengecil. Pengangkutan zat dibantu dengan system sirkulasi air yang disebut system air ambulakral System sirkulasi pada mollusca terdiri atas jantung dengan satu atau dua ruang jantung, aorta dan pembuluh lainnya
E. Struktur Sistem Sirkulasi Pada Invertebrata
Sistem sirkulasi adalah sistem penyebaran oksigen pada seluruh tubuh. Tidak semua hewan mempunyai sistem sirkulasi khusus, misalnya pada hewan yang uniseluler. Sistem sirkulasi pada hewan dibedakan menjadi Sistem difusi yaitu isitem yang terjadi pada invertebrata rendah seperti paramecium, amoeba maupun hydra belum mempunyai sistem sirkulasi berupa jantung dengan salurannya yang merupakan jalan untuk peredaran makanan. Makanan umumnya beredar keseluruh tubuh karena adanya aliran protoplasma. Sistem peredaran darah terbuka yaitu jika dalam peredarannya darah tidak selalu berada di dalam pembuluh, misalnya Arthropoda dan Sistem peredaran darah tertutup jika dalam peredaran-nya darah selalu berada di dalam pembuluh,misalnya Annelida, Mollusca, Vertebrata.
Struktur sistem sirkulasi pada hewan invertebrata adalah sebagai berikut :
1.    Protozoa
Hewan bersel satu (Protozoa) tidak memiliki sistem peredaran darah. Gas yang dibutuhkan dan zat makanan yang akan diserap dilakukan secara difusi, karena tubuh hanya terdiri atas satu sel sehingga seluruh aktivitas metabolismenya dilakukan oleh sel itu sendiri.
Banyak hewan jenis ini yang mengunakan organel selnya untuk metabolisme. Seperti paramecium menggunkan vakuola kontraktril untuk mengedarkan zat makanan cair, dan menggunakan vakuola makanan untuk mengedarkan zat makanan padat.
 
2.    Porifera
Belum memiliki sistem sirkulasi khusus, tubuhnya terdiri atas dua lapisan sel, lapisan dalam terdiri atas sel-sel yang disebut koanosit. Koanosit berfungsi menangkap makanan secara fagosit yang selanjutnya disebarkan keseluruh tubuh oleh amoebosit secara difusi dan osmosis

3.    Coelenterata
Pada invertebrata yang belum memiliki sistem peredaran khusus, misalnya Hydra, transportasinya dilakukan oleh sistem gastrovaskuler, yakni saluran pencernaan yang berfungsi sekaligus sebagai alat peredaran. Saluran pencernaan pada Hydra bercabang-cabang dan bercabang-cabang lagi ke semua bagian tubuh. Percabangan ini menyebabkan permukaan dalam saluran pencemaan semakin luas,  sehingga saluran ini akan lebih efisien dalam melakukan penyerapan zat sekaligus mengantarkan zat yang diserapnya ke seluruh jaringan tubuh. Dengan demikian, walaupun pada hewan ini tidak terdapat sistem peredaran khusus, zat yang diserap oleh saluran pencernaan akan dapat mencapai seluruh jaringan tubuh. 

4.    Platyhelminthes
Platyhelminthes seperti planaria sistem peredarannya dilakukan secara osmosis ke seluruh permukaan tubuh. Sel mesenkim berrfungsi membantu distribusi makanan yang telah dicernakan. Makanan yang tidak dicerna dikeluarkan melalui mulut, misal pada Planaria.
 
5.    Nemathelminthes
6.    Annelida
Cacing menggunakan permukaan tubuhnya untuk bernapas. Hewan ini memanfaatkan permukaan kulitnya untuk bernapas. Oleh karena itu, kulit cacing tanah selalu basah untuk memudahkan terjadinya pertukaran udara. Di bawah permukaan kulitnya yang basah tersebut, ternyata terdapat kapiler-kapiler darah. Melalui kapiler ini, oksigen berdifusi masuk ke dalam kulit, lalu ditangkap dan diedarkan oleh sistem peredaran darah. Sebaliknya, karbon dioksida yang terkandung dalam darah dilepaskan dan berdifusi keluar tubuh.
·         Peredaran darah cacing tanah merupakan sistem peredaran darah tertutup.
  • Cacing tanah mempunyai lengkung aorta yang berfungsi sebagai  jantung
Peredaran Darah Annelida
Annelida, misalnya cacingtanah memiliki beberapa komponen sistem peredaran darah, yaitu cairan dan pembuluh darah
·         Cairan darah terdiri atas plasma darah yang mengandung hemoglobin dan korpuskula. Korpuskula mengandung gas, gula, asam amino, garam, dan molekul-molekul serta ion-ion yang berperan dalam metabolisme. Darah pada cacing tanah berfungsi untuk mengangkut O2 dan zat makanan.
·         Pembuluh darah terdiri atas pembuluh darah dorsal atau supraintestinal yang terletak di punggung, pembuluh darah ventral atau subintestinal yang terletak di perut, dan pembuluh saraping. Pembuluh samping berupa lengkung-lengkung aorta (jantung) yang berjumlah lima pasang dan terletak pada ruas ketujuh. Lengkung-lengkung aorta menghubungkan pembuluh darah ventral dan dorsal.
·         Cacing tanah memiliki sistem peredaran darah tertutup. Peredaran darah dimulai pada saat pembuluh darah punggung dan lima lengkung aorta berkontraksi. Cairan darah yang berasal dari lengkung aorta menuju ke pembuluh darah perut. Dari pembuluh darah perut, zat- zat yang diangkut oleh cairan darah akan berdifusi ke dalam jaringan     melalui     kapiler. Cairan darah yang berasal dari jaringan, mengalir ke system pembuluh kedua menuju pem­buluh darah punggung, kemudian kembali ke lengkung aorta. Pengangkutan kotoran dari jaringan dilakukan oleh pembuluh limfa dan dialirkan ke alat ekskresi unfuk dibuang.
Memiliki sistem peredaran darah tertutup, yang terdiri dari pembuluh darah dorsal, pembuluh darah ventral dan lima pasang lengkung aorta yang berfungsi sebagai jantung, misal pada cacing tanah (Pheretima).
Arah aliran darah :
Lengkung à pembuluh dorsal à kapiler (seluruh jaringa tubuh) à pembuluh ventral àaorta  lengkung aorta (pembuluh jantung).
Oksigen diabsorbsi melalui kulit dan dibawa pembuluh kapiler menuju ke pembuluh dorsal. Pertukaran darah terjadi paad kapiler. Darah cacing tanah mengandung haemoglobin yang terlarut dalam cairan darahnya
Jantung aorta pada cacing tanah, terbagi menjadi pembuluh darah dorsal dan ventral
Bila pembuluh punggung dan jantung berdenyut, darah mengalir menuju ke pembuluh darah perut, lalu mengalir menuju ke bagian belakang (posterior) tubuh dan selanjutnya kembali ke jantung aorta melalui poembuluh darah punggung. Darah yang beredar mengangkut nutrisi dan oksigen, serta mengambil sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh. Cacing tanah belum memiliki alat pernapasan khusus. Oksigen dari udara bebas berdifusi ke dalam darah cacing melalui seluruh permukaan kulit. Dari sini oksigen diangkut oleh darah didalam kapiler bersama-sama dengan darah yang mengangkut zat makanan dari usus menuju ke pembuluh darah punggung. Selanjutnya darah tersebut dipompakan keseluruh jaringan tubuh.
Berbeda dengan darah vertebrata yang hemoglobinnya terikat dalam sel darah merah, hemoglobin darah cacing larut dalam plasma darah.
7.    Mollusca
Alat peredaran darah terdiri atas jantung pada ruang perkard di sebeah ujung posterior-dorsal, sinus dan pembuluh darah. Darah yang berasal dari tubuh masuk ke jantung melalui sinus.

GASTROPODA
Darah Achatina fulica terdiri dari sel-sl darah dan plasma yang tidak berwarna. Alat peredaran darah terdiri dari jantung dan pembuluh darah. Jantung terdiri atas sebuah atrium dan ventrikel berotot, dan sinus . Dari ventrikel keluar aorta yang bercabang menjadi aorta posterior yang memasok kelanjar pencernaan dan aorta anterior ang memasok darah ke kepala dan kaki. Darah dari kapiler arteri masuk ke kapiler vena lalu mauk ke jantung melalui sinus. Darah dari sinus akan masuk ke dinding rongga mantel. Setelah terjadi pertukaran gas, darah yang kaya akan oksigen  masuk ke vena pulmonalis menuju atrium.
BILVAVIA
Sistem sirkulasi terdiri atas jantung, aorta anterior dan aorta dorsal. Jantung terletak di bagian dorsal di dalam perikard  dan terdiri atas dua aurikel dan ventrikel. Dari ventrikel muncul dua aorta, yakni aorta anterior yang memasok darah ke kaki, lambung dan mantel; serta aorta posterior yang memasok darah ke rectum dan mantel.
CEPALOPODA
Respirasi dilakukan dengan menggunakan insang yang berjumlah sepasang di kanan kiri ruang mantel bagian ventral. Sirkulasi darah dilakukan dengan baik. Alat-alat sirkulasi terdiri atas jantung dan sejumlah pembuluh darah. Jantung menerima darah dari vena cava anterior dan vena cava posterior kemudian meuju insang melalui pembuluh darah afferent ke kapiler dan terjadilah pertukaran O2 dengan CO2. Darah yang mengandung O2 keluar dari masing-masing insang melalui pembuluh darah efferent menuju aurikel di setiap sisi yang masing-masing bermuara  pada jantung sistemik.
Alat peredaran darah siput terdiri atas jantung dan pembuluh darah yang masih sederhana. Jantungnya terdiri atas atrium dan ventrikel yang terletak di dalam rongga perikardial. Jika jantung berdenyut, darah akan terpompa ke luar menuju rongga perikardial atau sinus terus menuju ke jaringan tubuh. Di dalam jaringan, darah akan membebaskan zat makanan dan menyerap zat-zat sisa. Selanjutnya darah akan menuju ke rongga perikardial terus ke jantung melalui ostium.
Mollusca
Memiliki sistem peredaran darah tertutup. Jantung pada hewan ini sudah terdapat atrium (serambi) dan ventrikel (bilik) serta terdapat pembuluh darah vena dan arteri, misal pada keong (Pila globosa).

8.    Ecinodermata

9.    Arthropoda

Sistem peredaran darah pada Arthropoda.
Alat peredaran darah serangga terdiri atas jantung dan arteri. Jantung disebut jantung pembuluh. Darah dan cairan tubuh serangga disebut hemolimfa. Arah aliran hemolimfa adalah: hemolimfa terpompa mengalir melalui>--Bila jantung pembuluh berdenyut  masuk jaringan-jaringan tubuh tanpa>--masuk rongga tubuh  >--arteri  dari jaringan-jaringan tubuh akan >--melalui pembuluh-pembuluh kapiler  kembali masuk ke jantung pembuluh melalui ostium.
Fungsi hemolimfa untuk mengedarkan zat-zat makanan kepada sel-sel. Hemolimfa tidak mengandung hemoglobin sehingga tidak mengikat oksigen. Dengan demikian darah Arthropoda hanya mengedarkan sari makanan. Oksigen dan karbondioksida diedarkan melalui sistem trakea yang memungkinkan oksigen dari lingkungan dapat mencapai jaringan.
Sistem peredaran darah pada Crustacea disebut sistem peredaran darah terbuka (haemocoelic). Hal ini berarti bahwa darah beredar tanpa melalui pembuluh darah, sehingga terjadi kontak langsung antara darah dan jaringan. Sistem peredaran darah ini menyebabkan hilangnya rongga tubuh, karena darah memenuhi celah antar jaringan dan organ tubuh yang disebut homocoel (rongga tubuh yang dipenuhi darah). Rongga tubuhnya hanya pada rongga ekskresi dan organ perkembangbiakan.
Letak jantung dari Crustacea biasanya terdapat di bagian dorsal toraks atau di sepanjang badan. Darah keluar dari jantung melalui sebuah aorta anterior, arteri abdomen posterior, beberapa arteri lateral dan sebuah arteri ventral. Beberapa Crustacea tidak mempunyai sistem arteri. Pada kebanyakan Malakostraca terdapat jantung tambahan (accessory heart) atau pompa darah untuk menaikan tekanan darah.










1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
1.2.2 Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?
1.2.3 Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem kekebalan tubuh manusia?
1.2.4 Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh     manusia?

1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui pengertian system kekebalan tubuh.

1.3.2 Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia.

1.3.3 Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai system kekebalan tubuh manusia.
1.3.4 Memahami cara mempertahankan system kekebalan tubuh manusia
















BAB II
PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang, sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu, dapat berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

2.2. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh.
 b) Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan  jaringan.
 c) Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
d) Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.

2.3. PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
a) Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit
2.3.1 Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
 Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
Tidak selektif
Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
Eksposur menyebabkan respon maksimal segera
Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam  tubuh
Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :

ü  Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
  a. Pertahanan Fisik
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke dalam tubuh.

b.Pertahanan Mekanis
Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari berbagai partikel berbahaya dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk kemudian dikeluarkan dari dalam tubuh.
c.Pertahanan Kimiawi
Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit. Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus) mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.


d. Pertahanan Biologis
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam memperoleh nutrisi.
ü  Respons Peradangan (Inflamasi)
Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan, misalnya akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri),  rubor (kemerahan),calor (panas), dan tumor  (bengkak). Inflamas berfungsi mencegah penyebaran infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga berfungsi sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka, sehingga mengakibatkan patogen  mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
2. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan histamin  dan prostaglandin.
3. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
4. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan yang terinfeksi.
5. Sel-sel fagosit memakan patogen.

ü  Fagositosis
Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel fagosit dengan cara mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua jenis, yaitu fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit mononuklear adalah monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan akan berperan sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell mast   (mastosit). Sel-sel fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :
1. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel fagosit.
2.Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh patogen.
3.Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada membran sel fagosit.
4. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi seluruh permukaan patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak dalam fagosom
5.Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung dengan fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan patogen hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.
6.Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan dikeluarkan oleh sel fagosit.

ü  Protein Antimikrobia
 Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah protein komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut. Hal ini menyebabkan ion Ca2+
 keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri tersebut. Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus.
Interferon dihasilkan saat virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon akan berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus dapat dicegah.




2.3.2 Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik
 Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :
·         Bersifat selektif
·         Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
·         Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
·         Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
·         Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal

Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:
ü  Limfosit
 a) Limfosit B (Sel B)
Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi. Sel B dapat dibedakan menjadi :
1.Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.
2. Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
3. Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.
b) Limfosit T (Sel T)
Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma. Sel T dapat dibedakan menjadi :
1. Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
2. Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
 3. Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh. Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

ü  Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodi akan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat spesifik, maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda. Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari berbagai kuman penyakit.
 Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain oleh ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja antibodi dalam menginaktivasi antigen yaitu :
Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau opsonisasi)
Aglutinasi partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat larut
Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)
 Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.3.1 Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya

NO
    Tipe Antibodi
 Karakteristik
1.
IgM
Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat terjadi infeksi yang pertama kali (respons kekebalan primer)
2.
IgG
Paling banyak terdapat dalam darah dan diproduksi saat terjadi infeksi kedua (respons kekebalan sekunder). Mengalir melalui plasenta dan memberi kekebalan pasif dari ibu kepada janin
3.
IgA
Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat, dan membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi pada permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang berfungsi untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi saluran pencernaan
4.
IgD
Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai reseptor dan berfungsi merangsang pembentukan antibodi oleh sel B plasma
5.
IgE
Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah dan
cell mast 
 (mastosit) di dalam jaringan yang berfungsi memengaruhi sel untuk melepaskan histamin dan terlibat dalam reaksi alergi.


Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa lapis seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.3.2 Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit
      Pertahanan Tubuh Non Spesifik

Pertahanan Tubuh Spesifik
Pertahanan Pertama
Pertahanan Kedua
Pertahanan Ketiga
Kulit
Membran mukosa
Rambut hidung dan silia pada trakea
Cairan sekresi dari kulit dan membran mukosa

Inflamasi
Sel-sel fagosit
Protein antimikrobia

Limfosit
Antibodi





b) Berdasarkan Mekanisme Kerja

1) Kekebalan Humoral
Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut respons kekebalan primer.
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel B plasma yang akan memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi yang dihasilkan lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen yang pernah masuk ke dalam tubuh.
2) Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons kekebalan dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi antibodi.
c.) Berdasarkan Cara Memperolehnya

1) Kekebalan Aktif 
        Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri. Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
      a. Kekebalan Aktif Alami
Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi kebal terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya.
      b.Kekebalan Aktif Buatan
Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi. Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan siapan antigen yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin dapat berupa suspensi mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin juga dapat berupa toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi pembentukan antibodi untuk melawan antigen sehingga tubuh menjadi kebal terhadap penyakit yang menyerangnya
Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu, sehingga permberian vaksin harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga imunitas tubuh juga menurun. Beberapa  jenis penyakit yang dapat dicegah dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis, tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat terjangkau oleh masyarakat. Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu:
1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak. Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
 2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari mikroorganisme yang telah dimatikan.
 3.Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun) mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
 4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.

2) Kekebalan Pasif 
Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun buatan.
    a. Kekebalan Pasif Alami
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan ini juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang mengandung banyak antibodi.
    b. Kekebalan Pasif Buatan
                                          Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi yang diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan ini berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya adalah pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa

2.4 MEKANISME SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki pertahanan yang kuat, akan  mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya tubuh kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian. Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan serangan apapun baik dari dalam maupun dari luar. Sistem  imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa  membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh
.    Biasanya ketika ada benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri. Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita. Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya.
Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru. Sistem limfatik  baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan kelenjar limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh. Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan sel T dan penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus, bayi yang baru lahir akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit bersirkulasi di dalam badan antara organ tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah. Dengan begitu, sistem imun bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman ataupun substansi lain yang bisa menyebabkan problem bagi tubuh.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar netrofil meningkat, maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya. Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit dihasilkan oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi limfosit sel B, atau meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel T. Limfosit B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B berfungsi untuk mencari target dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T merupakan tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang terinfeksi.
2.5. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH

a)Alergi
      Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan tertentu, misalnya udang. Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh yang kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam proses inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.

b)Autoimunitas
      Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan beberapa kelainan, yaitu :
                 1. Diabetes mellitus
     Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.
                  2. Myasthenia gravis
      Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik sehingga otot lurik mengalami kerusakan.
                  3. Addison’s disease
      Addison’s disease disebabkan oleh  antibodi yang menyerang kelenjar adrenal. Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadar gula darah menurun, mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.
                 4.Lupus
       Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :
Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
    5.Radang send (artritis rheumatoid)
Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak sendi dan ditandai dengan radang pada membran sinovial dan struktur sendi, atrofi otot, serta penipisan tulang.
c) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh dalam melawan berbagai kuman penyakit.
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu. Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi secara eksositosis atau melisiskan sel Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC, meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dan tampak sehat, tetapi dapat menularkan virus HIV. Penderita AIDS adalah penderita HIV positif yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama, yaitu antara 5-10 tahun. Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi penderita AIDS. Hal tersebut dikarenakan virus HIV di dalam tubuh membutuhkan waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :
Gangguan pada sistem saraf
Penurunan libido
Sakit kepala
Demam
Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
Diare
Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh
Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
Terjadi penurunan berat badan secara drastis Cara penularan virus HIV/AIDS :
Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS
Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu penderita HIV/AIDS Cara mencegah penularan HIV/AIDS :
o   Menghindari hubungan seks di luar nikah
o    Memakai jarum suntik yang steril
o   Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
o   Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS


2.6.CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1. Nutrisi yang sempurna
Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk tubuh kita karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk memakan makanan yang mengandung :
Protein Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin dan berbagai antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.
Vitamin dan mineral Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah.
Teh hijau Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat membantu meningkatkan sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa kandungan theanine pada daun teh dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri dan virus.
Aloevera Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan  jaringan yang terluka, dan meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.

2. Olahraga yang sesuai
Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan dapat meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang, berjalan, dan yoga dapat meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh.

 3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan
Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme sistem imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan menghasilkan hormon kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan tubuh kita

(https://www.academia.edu/7537645/MAKALAH_BIOLOGI_SISTEM_IMUNITAS_PADA_TUBUH_MANUSIA)









Tidak ada komentar:

Posting Komentar