Jumat, 21 Oktober 2016

FAKTOR LUAR DAN DALAM YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN



MAKALAH FISIOLOGI TUMBUHAN
Faktor Luar dan Faktor Dalam Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan serta Pembelahan sel, Pemanjangan Sel, Organogenesis


https://encrypted-tbn1.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSxe5k00vOjd2mPjA7pY7VHfUNDgiRq3thBSgBpP7-R64-AXmqGNg
 





Dosen Pengampu :
Dra. Hj. Muswita, M.Si
Kelompok 1
1.       Gustiana (A1C414041)
2.       Ida Mala (A1C414011)
3.       Muhamad Tommy (A1C414012)
4.       Septian Harmi Lestari (A1C414029)

PENDIDIKAN BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016



KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T karena atas rahmat dan hidayah serta izin-Nya kami dapat menyelesaikan penulisan Makalah Fisiologi Tumbuhan Mengenai “ Faktor Luar dan Faktor Dalam Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan serta Pembelahan sel, Pemanjangan Sel, Organogenesis”.
              Makalah ini membahas tentang faktor faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan lalu bagaimana proses pembelahan sel, pemanjangan dan organogenesis. Kami menyadari walaupun sudah berusaha sekuat kemampuan yang maksimal, makalah ini masih banyak kekurangan dan kelemahan baik dari segi bahasa, pengolahan, maupun dalam penyusunannya. Oleh karna itu, kami sangat mengharapkan kritik dan sarannya.
              Walaupun demikian, kami berharap penulisan makalah ini bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca umumnya, sehingga dapat melengkapi khasanah ilmu pengetahuan yang senantiasa berkembang dengan cepat. 
                                                                                                



Jambi,   30 Maret 2016

Penyusun



DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR...................................................................................................i
DAFTAR ISI ................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................2
C. Tujuan.................................................................................................................2
BaB II PEMBAHASAN
A.Faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan
     dan perkembangan.............................................................................................3
B. Pembelahan sel dan pemanjangan sel...............................................................12
C. Organogenesis..................................................................................................15
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan....................................................................................................19
B.     Saran..............................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................iii








BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sedikit sekali perbedaan antara perkembangan dan pertumbuhan, pertumbuhan dan perkembangan merupakan suatu koordinasi yang baik dari banyak peristiwa pada tahap yang berbeda, yaitu dari tahap biofisika ke tahap organisme dan menghasilkan suatu organisme yang utuh dan lengkap. Prosesnya sangat kompleks dan banyak cara berbeda untuk dapat memahaminya.
Kita dapat memisahkan konsep pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan selalu menunjukkan suatu pertambahan dalam ukuran dengan menghilangkan konsep-konsep yang menyangkut perubahan kualitas seperti halnya pengertian mencapai ukuran penuh atau kedewasaan, yang tidak relevan dengan pengertian proses pertambahan. Meskipun demikian konsep sederhana mengenai pertambahan ukuran mengalami kesukaran juga karena banyak cara untuk mengukurnya. Pertumbuhan dapat di ukur sebagai pertambahan panjang, lebar, atau luas, tetapi dapat pula di ukur berdasarkan pertambahan volume, masa atau berat. Setiap parameter ini menggambarkan sesuatu yang berbeda dan jarang adanya hubungan sederhana antara mereka dalam organisme yang sedang tumbuh. Hal ini disebabkan pertumbuhan sering terjadi dalam arah dan kadar cepat yang berbeda yang satu sama lain tidak ada kaitanya.
Pertumbuhan dan perkembangan  di pengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang mempengaruhi perkambangan pada tumbuhan sangat beragam, sehingga keadaan yang terjadi pada tanaman itu juga sangat berbeda-beda.
            Secara umum pertumbuhan dan pekembangan pada tumbuhan diawali untuk stadium zigot yang merupakan hasil pembuahan sel kelamin betina dengan jantan. Pembelahan zigot menghasilkan jaringan meristem yang akan terus membelah dan mengalami diferensiasi. Kemudian akan terjadi proses organogenesis Organogenesis merupakan proses yang menginduksi pembentukan sel, jaringan atau kalus menjadi tunas dan tanaman sempurna. Organogenesis tejadi dipacu oleh adanya komponen-komponen seperti medium, komponen endogen selama eksplan mulai dikultur. Organogenesis ini bisa ditumbuhkan dari biji, daun atau bagian tanaman lain yang akan tumbuh menjadi tanaman sempurna.
B. Rumusan Masalah
            Adapun rumusan masalah yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1.      Apasaja faktor dalam dan faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan?
2.      Bagaimaa proses pembelahan sel dan pemanjangan sel?
3.      Bagaimana Proses Organogenesis?    
C. Tujuan
            Adapun tujuan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1.      Dapat mengetahui faktor dalam dan faktor luar yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
2.      Dapat mengetahui proses pembelahan sel dan pemanjangan sel
3.      Dapat mengetahui proses organogenesis







BAB II
PEMBAHASAN

A. Faktor- Faktor yang Mepengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan
Pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan sangat dipengaruhi oleh faktor dalam dan faktor luar tumbuhan. Faktor dalam adalah semua faktor yang terdapat dalam tubuh tumbuhan antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon. Gen berfungsi mengatur sintesis enzim untuk mengendalikan proses kimia dalam sel. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan. Sedangkan, hormon merupakan senyawa organik tumbuhan yang mampu menimbulkan respon fisiologi pada tumbuhan.
Faktor luar tumbuhan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu faktor lingkungan berupa cahaya, suhu, oksigen dan kelembapan. Untuk lebih memahami, mari cermati uraian berikut ini.
1. Faktor Dalam
a. Gen
            Gen adalah substansi atau materi pembawa yang diturunkan dari induk. Di dalam gen terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi sifat keturunan, selain itu juga berfungsi sebagai pengontrol reaksi kimia di dalam sel. Gen mempengaruhi ciri dan sifat makhluk hidup misalnya bentuk tubuh, tinggi tubuh, warna kulit, warna bunga, warna bulu, rasa buah dan sebagainya.
            Meskipun peranan gen sangat penting, faktor genetis bukan satu- satunya faktor yang menentukan pola pertumbuhan dan perkembangan, karena juga dipengaruhi oleh faktor lainnya. Misalnya tanaman yang mempunyai sifat unggul dalam pertumbuhan dan perkembangannya, hanya akan tumbuh dengan cepat, lekas berbuah, dan berbuah lebat jika ditanam di lahan subur dan kondisinya sesuai. Bila ditanam di lahan tandus dan kondisi lingkungannya tidak sesuai, pertumbuhan dan perkembangannya menjadi kurang baik.


b. Hormon
       Hormon tumbuhan adalah suatu senyawa organik yang disintesis di salah satu bagian tumbuhan dan dipindahkan ke bagian yang lain, pada konsentrasi yang sangat rendah mampu menimbulkan respon fisiologis. Hormon mempengaruhi respon pada bagian tumbuhan, seperti pertumbuhan akar, batang, pucuk, dan pembungaan. Respon tersebut tergantung pada spesies, bagian tumbuhan, fase perkembangan, konsentrasi hormon, interaksi antar hormon, dan berbagai faktor lingkungan. Terdapat lima hormon tumbuhan yang dikenal, yaitu auksin, giberelin, sitokinin, gas etilen, dan asam absisat (ABA).
a). Auksin
            Istilah auksin pertama kali digunakan oleh Frits Went yang menemukan bahwa suatu senyawa menyebabkan pembeng-kokan koleoptil ke arah cahaya. Pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan sel pada sisi yang ditempeli potongan agar yang mengandung auksin.
            Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indol asetat (IAA). Selain IAA, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang dianggap sebagai hormon auksin, yaitu 4-kloro indolasetat (4 kloro IAA) yang ditemukan pada biji muda jenis kacang- kacangan, asam fenil asetat (PAA) yang ditemui pada banyak jenis tumbuhan, dan asam indolbutirat (IBA) yang ditemukan pada daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil. Auksin berperan dalam berbagai macam kegiatan tumbuhan di antaranya adalah:
1) Perkembangan buah
            Pada waktu biji matang berkembang, biji mengeluarkan auksin ke bagian-bagian bunga sehingga merangsang pemben-tukan buah. Dengan demikian, pemberian auksin pada bunga yang tidak diserbuki akan merangsang perkembangan buah tanpa biji. Hal ini disebut partenokarpi.
2) Dominansi apikal
            Dominansi apikal adalah pertumbuhan ujung pucuk suatu tumbuhan yang menghambat perkembangan kuncup lateral di batang sebelah bawah. Dominansi apikal merupakan akibat dari transpor auksin ke bawah yang dibuat di dalam meristem apikal.
3) Absisi
            Daun muda dan buah muda membentuk auksin, agar keduanya tetap kuat menempel pada batang. Tetapi, bila pembentukan auksin berkurang, selapis sel khusus terbentuk di pangkal tangkai daun dan buah sehingga daun dan buah gugur.
4) Pembentukan akar adventif
            Auksin merangsang pembentukan akar liar yang tumbuh dari batang atau daun pada banyak spesies

b). Giberelin
     Giberelin pertama kali ditemukan di Jepang pada 1930 dari kajian terhadap tanaman padi yang sakit. Padi yang terserang jamur Gibberella fujikuroi tersebut tumbuh terlalu tinggi. Para ilmuwan Jepang mengisolasi zat dari biakan jamur tersebut. Zat ini dinamakan giberelin. Bentuk-bentuk giberelin diantaranya adalah GA3, GA1, GA4, GA5, GA19, GA20, GA37, dan GA38. Giberelin diproduksi oleh jamur dan tumbuhan tinggi. Giberelin disintesis di hampir semua bagian tanaman, seperti biji, daun muda, dan akar. Giberelin memiliki beberapa peranan, antara lain:
1)   Memacu perpanjangan secara abnormal batang utuh.
2)   Perkecambahan biji dan mobilisasi cadangan makanan dari
3)   Endosperm untuk pertumbuhan embrio
4)   Perkembangan bunga dan buah.
5)   Menghilangkan sifat kerdil secara genetik pada tumbuhan.
6)   Merangsang pembelahan dan pemanjangan sel.

c). Sitokinin
            Kinetin merupakan sitokinin sintetik yang pertama ditemukan oleh Carlos Miller pada ikan kering. Setelah itu ditemukan senyawa sitokinin yang lain dalam endosperma cair jagung, yaitu zeatin. Sitokinin sintetik lainnya adalah BAP (6-benzilaminopurin) dan 2-ip. Sitokinin mempunyai beberapa fungsi, antara lain:
1)   Memacu pembelahan sel dalam jaringan meristematik.
2)   Merangsang diferensiasi sel-sel yang dihasilkan dalam meristem.
3)   Mendorong pertumbuhan tunas samping dan perluasan daun.
4)   Menunda penuaan daun.
5)   Merangsang pembentukan pucuk dan mampu memecah masa istirahat biji          (breaking dormancy)


d). Gas Etilen
Buah-buahan terutama yang sudah tua melepaskan gas yang disebut etilen. Etilen disintesis oleh tumbuhan dan menyebabkan proses pemasakan yang lebih cepat. Selain etilen yang dihasilkan oleh tumbuhan, terdapat etilen sintetik, yaitu etepon (asam 2-kloroetifosfonat). Etilen sintetik ini sering di gunakan para pedagang untuk mempercepat pemasakan buah.
Selain memacu pematangan, etilen juga memacu perkecambahan biji, menebalkan batang, mendorong gugurnya daun, dan menghambat pemanjangan batang kecambah. Selain itu, etilen menunda pembungaan, menurunkan dominansi apikal dan inisiasi akar, dan menghambat pemanjangan batang kecambah.

e). Asam absisat (ABA)
Asam absisat (ABA) merupakan penghambat (inhibitor) dalam kegiatan tumbuhan. Hormon ini dibentuk pada daun-daun dewasa. Asam absisat mempunyai peran fisiologis diantaranya adalah:
1)   Mempercepat absisi bagian tumbuhan yang menua, seperti daun, buah dan dormansi tunas
2)   Menginduksi pengangkutan fotosintesis ke biji yang sedang berkembang dan mendorong sintesis protein simpanan.
3)   Mengatur penutupan dan pembukaan stomata terutama pada saat cekaman air.

f). Kalin
          Kalin merupakan hormon yang berfungsi untuk memacu pertumbuhan organ tumbuhan, di antaranya:
1)      Rhizokalin, dapat memacu pertumbuhan akar
2)      Kaukalin, dapat memacu pertumbuhan batang
3)      Fitokalin, dapat memacu pertumbuhan daun
4)      Anthokalin, dapat memacu pertumbuhan bunga.

2. Faktor Luar
          Pertumbuhan dan perkembangan merupakan hasil interaksi antara faktor dalam dan faktor luar. Faktor luar berasal dari luar tubuh tumbuhan atau dari lingkungan yang berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan. Faktor luar yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, antara lain:
a.  Suhu
          Suhu merupakan faktor lingkungan yang penting bagi tumbuhan karena berhubungan dengan kemampuan melakukan fotosintesis, translokasi, respirasi, dan transpirasi. Tumbuhan memiliki suhu optimum untuk dapat tumbuh dan berkembang. Suhu optimum merupakan suhu yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman secara ideal. Selain suhu optimum, tanaman juga mempunyai suhu maksimum dan minimum yang bisa diterima olehnya. Suhu maksimum merupakan suhu tertinggi yang memungkinkan tumbuhan masih dapat bertahan hidup. Suhu minimum merupakan suhu terendah yang memungkinkan tumbuhan bertahan hidup. Sebagian besar tumbuhan memerlukan temperatur sekitar 10°–38°C untuk pertumbuhannya.
b. Cahaya
          Cahaya jelas pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman. Cahaya merupakan sumber energi untuk fotosintesis. Daun dan batang tumbuhan yang tumbuh ditempat gelap akan kelihatan kuning pucat. Kemampuan tanaman tumbuh ditempat gelap disebut juga dengan Etiolasi. Tumbuhan yang kekurangan cahaya menyebabkan batang tumbuh lebih panjang, lembek dan kurus, serta daun timbul tidak normal. Panjang penyinaran mempunyai pengaruh khusus bagi pertumbuhan dan reproduksi tumbuhan. Cahaya matahari mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan, terutama pembungaan. Berdasarkan lama penyinaran (fotoperiodisme), pembungaan tumbuhan terjadi jika:



Jenis

Penyinaran

Contoh













Berhari

<12 jam

krisan, aster, dahlia,



(sub-tropis

anggrek, stroberi, jagung,


pendek





utara)

kedelai, ubi jalar














Berhari

12 jam

kacang, tebu


sedang

(tropis)















Berhari

>12 jam

kentang, gandum, bit,



(sub-tropis

bayam, selada, lobak, kol,


panjang






selatan)

bunga sepatu


Berhari

tidak

padi, kapas, timun, tomat,




mawar, anyelir, bunga


netral

dipengaruhi





matahari

















         






          Kualitas, intensitas, dan lamanya radiasi yang mengenai tumbuhan mempunyai pengaruh yang besar terhadap berbagai proses fisiologi tumbuhan. Cahaya mempengaruhi pembentukan klorofil, fotosintesis, fototropisme, dan fotoperiodisme. Efek cahaya meningkatkan kerja enzim untuk memproduksi zat metabolik untuk pembentukan klorofil. Sedangkan, pada proses fotosintesis, intensitas cahaya mempengaruhi laju fotosintesis saat berlangsung reaksi terang. Jadi cahaya secara tidak langsung mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena hasil fotosintesis berupa karbohidrat digunakan untuk pembentukan organ-organ tumbuhan.
c.  Air dan Unsur Hara
          Air merupakan senyawa yang sangat penting bagi tumbuhan. Fungsi air antara lain sebagai media reaksi enzimatis, berperan dalam fotosintesis, menjaga turgiditas sel dan kelembapan, transportasi unsur hara dan hasil fotosintesis, menjaga turgiditas sel tumbuhan, perkecambahan biji (imbibisi).  Kandungan air dalam tanah mempengaruhi kelarutan unsur hara dan menjaga suhu tanah. Tanaman, menyerap unsur hara dari media tempat hidupnya, yaitu dari tanah ataupun dari air. Unsur hara merupakan salah satu penentu pertumbuhan suatu tanaman baik atau tidaknya tumbuhan berkembangbiak.
d.  Kelembaban
          Tanah lembap sangat cocok untuk pertumbuhan, terutama saat perkecambahan biji. Hal ini karena tanah lembap menyediakan cukup air untuk mengaktifkan enzim dalam biji serta melarutkan makanan dalam jaringan. Tingkat pengaruh kelembapan udara atau tanah pada tumbuhan berbeda-beda. Ada tanaman yang membutuhkan kelembapan udara dan kelembapan tanah yang tinggi, misalnya lumut hati. Sebaliknya, ada juga tanaman yang tumbuh dengan baik pada dengan kelembapan udara dan tanah kelembapan rendah, misalnya Aloe vera (lidah buaya) dan beberapa jenis tanaman anggrek.
e.  Ketersediaan Oksigen
                        Setiap makhluk hidup memerlukan oksigen untuk respirasi aerob dalam tubuh. Melalui respirasi aerob, tumbuhan dapat memperoleh energi untuk pertumbuhannya. Oksigen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Dalam respirasi pada tumbuhan, terjadi penggunaan oksigen untuk menghasilkan energi. Energi ini digunakan, antara lain untuk pemecahan kulit biji dalam perkecambahan, dan aktivitas tumbuhan
f. Angin
          Angin merupakan unsur penting bagi tanaman, karena angin dapat mengatur penguapan atau temperature, membantu penyerbukan (lebih -lebih penyerbukan silang), membawa uap air sehingga udara panas menjadi sejuk, dan membawa gas – gas yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.
g.  Nutrisi / Makanan
          Makanan atau nutrisi diperoleh dari lingkungan berupa unsur-unsur mineral. Makanan merupakan sumber energy dan sumber materi untuk mensintensis berbagai komponen sel. Nutrisi atau makanan diperlukan oleh setiap makhluk hidup. salah satu fungsi nutrisi adalha sebagi sumber energi dan sumber materi untuk mensintesis berbagai komponen sel. Nutrisi (unsur hara) yang diperlukan oleh tumbuhan terbagi menjadi makronutrien dan mikronutrien. Perubahan pada daun akibat defisiensi nutrisi:
Nutrien
Bentuk yang
Fungsi Utama
Gejala Kekurangan

Tersedia
















Makronutrien








Karbon (C)
CO2
(udara)

Penyusun bahan organik (karbohidrat,
Pertumbuhan
dan
metabolisme





lemak, protein, enzim dan turunannya)
terhambat, akhirnya mati

Hidrogen (H)
H2O (air)

Penyusun bahan organik (karbohidrat,
Pertumbuhan
dan
metabolisme





lemak, protein, enzim dan turunannya)
terhambat, akhirnya mati

Oksigen (O)
O2  (udara), H2O
Penyusun bahan organik (karbohidrat,
Pertumbuhan
dan
metabolisme


(air)


lemak, protein, enzim dan turunannya)
terhambat, akhirnya mati

Fosfor (P)
H PO , HPO
Penyusun asam nukleat, fosfolipid
Pertumbuhan
terhambat,   daun


2
4
4
membran sel, ATP, NADP, koenzim
berwarna  hijau  tua,  daun  bercak











kemerahan, ada bagian yang mati

Kalium (K)
K+


Kofaktor atau aktivator enzim dalam
Perubahan  kabohidrat  terhambat,





sintesis  protein  dan  metabolisme
daun bercak-bercak kuning

Nitrogen (N)
NO3, NH4  dari
karbohidrat, untuk meniaga keseim-





tanah

bangan ion




Sulfur (S)
SO 2–

Penyusun asam amino, protein, asam
Pertumbuhan terhambat, daun pucat


4


nukleat, klorofil, hormon, dan enzim
dan kuning










Kalsium (Ca)
Ca2+


Penyusun asam amino sistein dan
Daun mengalami klorosis (menguning)





metionin, koenzim-A dan beberapa








vitamin: tiamin dan biotin




Besi (Fe)
Fe3+, Fe2+

Menjaga  permeabilitas  membran,
Pertumbuhan terhambat, gangguan





membentuk  kofaktor  enzim  dalam
aktivitas meristem ujung akhirnya mati,





metabolisme karbohidrat
klorosis













Magnesium
Mg2+
Berperan dalam pembentukan klorofil,
Klorosis, daun menjadi kuning pucat,


merupakan komponen penting enzim
dan mati


sitokrom, peroksidase, dan katalase

Mikronutrien



Boron (B)
H3BO3
Penyusun klorofil dan kofaktor enzim
Klorosis dari batang bawah ke ujung


dalam metabolisme karbohidrat
daun, pucat dan mati
Mangan (Mn)
Mn2+
Berperan dalam translokasi glukosa
Ujung batang mengering dan rusak
M o l i b d e n u m
MoO4
Komponen enzim yang mereduksi nitrat
Pertumbuhan terhambat
(Mo)

menjadi nitrit. Penting untuk fiksasi N



pada bakteri

Seng (Zn)
Zn2+
Dibutuhkan dalam sintesis triptofan
Ukuran daun dan panjang ruas-ruas


(prekursor auksin), aktivator beberapa
menjadi berkurang


enzim dehidrogenase dan berperan



dalam sintesis protein

Tembaga (Cu)
CU+, CU2+
Berperan dalam transfer elektron di
Daun muda berwarna hijau tua, daun


dalam kloroplas, komponen enzim yang
berguguran


berperan dalam reaksi redoks

Klor (Cl)
Cr
Aktivator fotosintesis dan kesetim-
Daun layu, klorosis, akar pendek dan


bangan ionik
menebal






          Beberapa komponen yang dibutuhkan anatara lain CO2 dan H2O. CO2 diabsorpsi oleh daun, sedangkan air dan mineral diserap oleh akar. Komponen yang diperlukan tumbuhan dalam jumlah besar disebut makronutrisi. Yaitu: karbon, oksigen, nitrogen, sulfur, fosfat, kalium, hydrogen, kalsium, dan magnesium. Nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah kecil disebut mikronutrisi. Yaitu: zat besi, klorin,dll. Apabila tumbuhan kekurangan nutrisi disebut defisiensi.
h.  Ruang
          Ruang merupakan factor yang penting dalam persaingan antar spesies     karena ruang sebagai tempat hidup dan sumber nutrisi bagi tumbuhan. Ruang yang besar dapat menyebabkan tingginya tingkat persaingan. Faktor utama yang memengaruhi persaingan antar jenis tanaman yang sama diantaranya adalah kerapatan. Pengaruh kerapatan tanaman terhadap diameter dan tinggi tanaman yaitu semakin besar kerapatan tanaman maka semakin kecil diameter dan tinggi tanaman dan semakin kecil kerapatan tanaman maka semakin besar diameter dan tinggi tanaman yang ada. Hal ini disebabkan karena kerapatan yang besar berarti jumlah tanaman sejenis banyak tumbuh di ruang sempit, saling berkompetisi untuk mendapatkan air, dan nutrisi yang jumlahnya terbatas. Oleh karena itu diameter batang dan tinggi tanaman tidak dapat tumbuh.

B. pembelahan sel dan pemanjangan sel

            Pertumbuhan Terminal pada ujung akar dan batang tumbuhan berbiji yang sedang aktif tumbuh, terdapat tiga daerah pertumbuhan dan perkembangan. Daerah tersebut adalah daerah pembelahan, daerah pemanjangan, dan daerah diferensiasi.


















Gambar 1.2 Daerah pembelahan, daerah pemanjangan, dan daerah

diferensiasi.


            Daerah Pembelahan, merupakan daerah yang paling ujung. Pada daerah ini terutama terjadi pembentukan sel-sel baru melalui pembelahan sel. Sel-sel di daerah pembelahan memiliki inti sel yang relatif besar, berdinding sel tipis, dan aktif membelah diri. Daerah pembelahan disebut pula daerah meristematik.
            Daerah Pemanjangan, merupakan hasil pembelahan sel-sel meristem di daerah pembelahan. Sel-sel hasil pembelahan tersebut akan bertambah besar ukurannya sehingga membentuk daerah pemanjangan. Sel-sel pada daerah ini lebih besar dibandingkan dengan sel-sel pada daerah meristem.
            Daerah Diferensiasi, terletak di belakang daerah pemanjangan. Sel-sel di daerah ini telah mengalami diferensiasi. Artinya sel-sel telah berubah bentuk sesuai fungsinya. Sebagian sel mengalami diferensiasi menjadi epidermis, korteks, empulur, xilem dan floem. Sebagian sel lagi mengalami diferensiasi menjadi jaringan parenkim (jaringan dasar), jaringan penunjang seperti kolenkim dan sklerenkim. Dengan terjadinya diferensiasi sel maka terbentuklah berbagai jaringan tumbuhan.
            Pertumbuhan pada tumbuhan dapat dibedakan menjadi pertumbuhan primer dan sekunder


 











            Pertumbuhan Primer, merupakan pertumbuhan yang disebabkan oleh kegiatan titik tumbuh primer. Titik tumbuh primer terdapat pada ujung akar atau ujung batang. Titik tumbuh primer telah mulai terbentuk sejak tumbuhan masih berupa embrio. Ujung akar dan ujung batang tempat terjadinya pertumbuhan merupakan daerah meristem apikal. Pertumbuhan primer menyebabkan batang dan akar bertambah panjang. Berdasarkan titik tumbuh tumbuhan, terdapat dua teori titik tumbuh pada tumbuhan, yaitu :

1)             Teori Histogen

            Teori ini dikemukakan oleh Hanstein. Teori ini menyatakan bahwa pertumbuhan organ tubuh tumbuhan dibentuk oleh tiga lapisan pembentuk jaringan,yaitu :
·         Dermatogen, yakni lapisan luar yang membentuk epidermis.
·         Periblem, yakni lapisan dalam yang membentuk korteks.
·         Pleuron, yakni lapisan dalam yang membentuk stele.

2) Teori Tunika Korpus

            Teori ini dikemukakan oleh Schmidt yang menyatakan bahwa pertumbuhan organ tubuh tumbuhan yang dibentuk ada dua lapisan pembentuk jaringan, yaitu :
·         Tunika, yakni lapisan luar yang membentuk epidermis dan korteks.
·         Corpus, yakni lapisan dalam yang membentuk stele.
            Pertumbuhan Sekunder, merupakan pertumbuhan yang disebabkan oleh kegiatan jaringan kambium. Jaringan kambium bersifat meristematik, yaitu sel-selnya selalu aktif  membelah.
Pertumbuhan sekunder pada batang dikotil
 
            Kambium hanya terdapat pada tumbuhan dikotil dan gymnospermae. Pertumbuhan sekunder menyebabkan diameter batang bertambah besar . Pada tumbuhan dikotil berkayu, pertumbuhan sekunder terjadi karena adanya aktivitas sel-sel meristem diantara xilem dan floem. Xilem dibentuk ke arah dalam dan floem dibentuk ke arah luar. Pertumbuhan di bagian dalam lebih cepat daripada pertumbuhan di bagian luar, sehingga mengakibatkan jaringan epidermis dan korteks pada kulit terluar akan rusak (pecah).


C.  Organogenesis
Organogenesis merupakan proses terbentuknya organ seperti tunas, akar, baik secara langsung atau secara tidak langsung melalui pembentukan kalus ataupun tidak. Sifat kompeten, dediferensiasi dan determinasi sel atau jaringan sangat penting agar tejadi organogenesis pada eksplan. Suatu sel dikatakn kompeten jika sel atau jaringan tersebut mampu memberikan tanggapan terhadap signal lingkungan atau signal hormon. Membentuk eksplan yang kompeten dapat dilakukan dengan memberikan perlakuan zat pengatur tumbuh yang cocok atau disebut dengan induksi ZPT (Syara, 2006).
a. Proses Pembentukan Embrio Somatik
Embrio somatik dapat terbentuk melalui dua jalur, yaitu secara langsung maupun tidak langsung (melewati fase kalus). Keberhasilan akan tercapai apabila kalus atau sel yang digunakan bersifat embriogenik yang dicirikan oleh sel yang berukuran kecil, sitoplasma padat, inti besar, vakuola kecil-kecil dan mengandung butir pati. Embrio somatik dapat dihasilkan dalam jumlah besar dari kultur kalus, namun untuk tujuan perbanyakan dalam skala besar, jumlahnya dapat lebih ditingkatkan. melalui inisisasi sel embrionik dari kultur suspensi yang berasal dari kalus primer.
Embrio somatic dapat dicirikan dari strukturnya yang bipolar, yaitu mempunyai dua calon meristem, yaitu meristem akar dan meristem tunas. Dengan memiliki struktur tersebut maka perbanyakan melalui embrio somatik lebih menguntungkan daripada pembentukan tunas adventif yang unipolar. Di samping strukturnya, tahap perkembangan embrio somatik menyerupai embrio zigotik. Pembentukan embrio somatik dapat digambarkan melalui beberapa tahap, yaitu: Tahap globular (A), Tahap hati, Tahap torpedo (B), Tahap kotiledon (C), Tahap kecambah, dan Tahap planlet



 













b. Teknik Regenerasi Eksplan Melalui Organogenesis


Organogenesis langsung untuk perbanyakan tunas dapat diinisiasi langsung dari tunas adventif. Pembentukan tunas secara langsung ini tergantung pada bagian tanaman yang digunakan sebagai eksplan dan jenis tanaman yang dikulturkan. Pada beberapa jenis tanaman tunas adventif dapat terbentuk dari berbagai organ tanaman seperti daun, batang, akar atau petal, sementara jenis tanaman lainnya hanya dari organ tertentu seperti potongan umbi, embrio atau kecambah. Perbanyakan tanaman melalui pembentukan tunas langsung dapat dilakukan dengan tahap inisiasi yang dilanjutkan dengan multiplikasi tunas. Ke dua tahap ini dapat terjadi pada medium yang sama tanpa melalui pemindahan ke medium baru. Tahap multiplikasi juga merupakan tahap pembentukan tunas adventif dan tunas aksiler yang tumbuh dari mata tunas adventif bersama-sama.
Organogenesis tidak langsung untuk inisiasi tunas melalui kalus. Di sini tunas adventif maupun akar akan terbentuk dengan diawali terjadinya kalus. Kultur kalus memiliki potensial morfogenetik bervariasi. Kalus dari beberapa jenis tanaman atau dari beberapa eksplan, sering gagal beregenerasi membentuk tunas atau hanya membentuk akar. Perbanyakan tanaman melalui kalus akan menghasilkan tanaman dengan genetik yang bervariasi, dan ini sangat dikehendaki oleh pemulia tanaman sebagai sumber keragaman genetic.
Regenerasi eksplan melalui organogenesis secara garis besar dilakukan dalam dua tahap, yaitu induksi tunas dan multiplikasi tunas. Pada saat induksi tunas, eksplan ditanam pada media induksi tunas. Jenis media dan komposisi media untuk induksi tunas, disesuaikan dengan jenis tanaman
c. Teknik Regenerasi Eksplan Embriogenesis Somatik

            Sebagai eksplan umumnya digunakan jaringan atau organ yang  bersifat embriogenik seperti embrio zigotik, kotiledon, mata tunas, dan hipo/epikotil Embriogenesis somatik pada tanaman kehutanan mempunyai beberapa tahapan perkembangan yang spesifik, seperti induksi kalus embriogenik atau embrio somatik (pembentukan langsung), pemeliharaan, pendewasaan, perkecambahan, dan aklimatisasi. Pembentukan embrio somatik secara langsung lebih disukai karena dapat menekan masalah sulitnya pembentukan benih somatik pada tahap perkecambahan.
Keberhasilan regenerasi melalui embryogenesis somatik dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain formulasi media yang berbeda pada setiap tahap perkembangan embrio somatik serta jenis eksplan yang digunakan. Pada tahap pembentukan struktur globular dan hati sering digunakan zat pengatur tumbuh sitokinin seperti benzyladenin (BA) atau yang mempunyai peran fisiologis yang sama yaitu thidiazuron atau 2,4-D, dan NAA apabila embrio somatik melalui fase kalus. Untuk tahap pendewasaan, konsentrasi sitokinin diturunkan dan untuk tahap perkecambahan sering ditambahkan GA3.
Embriogenesis mempunyai beberapa tahap spesifik, yaitu (1) induksi sel dan kalus embriogenik, (2) pendewasan, (3) perkecambahan, dan (4) hardening. Pada tahap induksi kalus embriogenik dilakukan isolasi eksplan dan penanaman pada media tumbuh. Untuk induksi kalus embriogenik kultur umumnya ditumbuhkan pada media yang mengandung auksin yang mempunyai daya aktivitas kuat atau dengan konsentrasi tinggi. Dari berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa 2,4-D merupakan auksin yang efektif untuk induksi kalus embriogenik. Zat pengatur tumbuh tersebut merupakan auksin sintetis yang cukup kuat dan tahan terhadap degradasi karena reaksi enzimatik dan fotooksidasi. Di samping auksin, sering pula diberikan sitokinin seperti benzil adenin (BA) atau kinetin secara bersamaan. Tahap pendewasaan adalah tahap perkembangan dari struktur globular membentuk kotiledon dan primordia akar. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa tahap pendewasaan adalah tahap yang paling sulit. Pada tahap ini sering digunakan auksin dengan konsentrasi rendah.
Tahap perkecambahan adalah fase di mana embrio somatic membentuk tunas dan akar. Pada media perkecambahan konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan sangat rendah atau bahkan tidak diberikan sama sekali.Tahap hardening, yaitu tahap aklimatisasi bibit embrio somatic dari kondisi in vitro ke lingkungan baru di rumah kaca dengan penurunan kelembaban dan peningkatan intensitas cahaya Regenerasi melalui embriogenesis somatik memberikan banyak keuntungan, antara lain: (1) waktu perbanyakan lebih cepat; (2) pencapaian hasil dalam mendukung program perbaikan tanaman lebih cepat; dan (3) jumlah bibit yang dihasilkan tidak terbatas jumlahnya (Kartha, 1991).










  
BAB III
PENUTUP

            Adapun kesimpulan yang dapat diuraikan adalah sebagai berikut.
1.    Faktor dalam adalah semua faktor yang terdapat dalam tubuh tumbuhan antara lain faktor genetik yang terdapat di dalam gen dan hormon. Sedangkan Faktor luar tumbuhan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan, yaitu faktor lingkungan berupa cahaya, suhu, Air dan Unsur Hara , Angin, Nutrisi/makanan, oksigen, ruang dan kelembapan.
2.    Daerah Pembelahan, merupakan daerah yang paling ujung. Daerah Pemanjangan, merupakan hasil pembelahan sel-sel meristem di daerah pembelahan. Sel-sel hasil pembelahan tersebut akan bertambah besar ukurannya sehingga membentuk daerah pemanjangan. Daerah Diferensiasi, terletak di belakang daerah pemanjangan. Sel-sel di daerah ini telah mengalami diferensiasi. Artinya sel-sel telah berubah bentuk sesuai fungsinya
3.    Organogenesis merupakan proses terbentuknya organ seperti tunas, akar, baik secara langsung atau secara tidak langsung melalui pembentukan kalus ataupun tidak. Sifat kompeten, dediferensiasi dan determinasi sel atau jaringan sangat penting agar tejadi organogenesis pada eksplan.














DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2016. http: //jurnal.pertumbuhan dan perkembangan pada tumbuhan.pdf/unesa/02/06 pdf. Diakses pada tanggal 27 maret 2016.
Kartha. 1991. Organogenesis dan embriogenesis, hal 14-21. dalam L.R Wetter dan F. Constabel(Eds). Metode Kultur Jaringan Tanaman. Penerbit ITB Bandung. Bandung.
Salisbury,F,B. 1995.  Fisiologi Tumbuhan Jilid 3. Bandung : Penerbit ITB  
Sugito,Y. 1994. Dasar-dasar Agronomi. Malang: Fakultas Pertanian Universitas           Brawijaya
Text Box: iiiSyara. 2006. Penggunaan IAA dan BAP untuk menstimulasi organogenesis tanaman dalam kultur in vitro. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar