MAKALAH
FISIOLOGI TUMBUHAN
PENUAAN DAN PENGGUGURAN PADA TUMBUHAN
DOSEN PENGAMPU :
Dra. Hj. MUSWITA, M.Si
KELOMPOK 9 :
DINA FITRIANA
(A1C414008)
CHINTHIYA PUTRI
(A1C414030)
MILA TRISNA
(A1C414024)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “PENUAAN DAN
PENGGUGURAN” Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka
menambah wawasan serta pengetahuan kita..
Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini
terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di
masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran
yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi
kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila
terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan
saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan
datang.
Jambi, 27 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................... i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan...................................................................................... 2
BAB II Pembahasan....................................................................................... 3
2.1 Grafik Pola Penuaan................................................................................ 3
2.2 Aspek-Aspek Pola Penuaan dan
Pengaruh Faktor Penuaan............... 5
2.3 Pengguguran (absisi)................................................................................ 7
2.4 Proses Pengguguran................................................................................. 7
2.5 Faktor-Faktor Pengguguran................................................................... 9
BAB III PENUTUP....................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pertumbuhan
tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai
suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Selama masa pertumbuhan dengan bertambahnya umur suatu
tumbuhan, akan diikuti pula dengan proses penurunan kondisi yang mengarah pada
kematian organ atau organisme. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari
dewasa sampai hilangnya pengorganisasian dan fungsi disebut senescence atau
penuaan. Sel-sel yang telah berdiferensiasi pada dasarnya mempunyai masa hidup
terbatas, sehingga penuaan akan dialami oleh semua sel pada saat yang
berbeda-beda.
Sekilas,
peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak seperti kejadian alam biasa. Namun
ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang meneliti sungguh-sungguh
fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini. Abscission adalah suatu
proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan ‘membuang’ organ tumbuhan
seperti dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan
tumbuhan atau yang terserang penyakit.
Demikianlah gugurnya daun, bunga,
buah dan bagian tumbuhan lain ternyata bukan kejadian biasa atau kebetulan
saja. Itu adalah peristiwa yang melibatkan pengaturan rumit gen-gen tumbuhan.
Tanpa pengguguran ini, takkan ada daur ulang zat gizi, takkan ada
penyebarluasan biji dan takkan ada pencegahan perluasan penyakit. Jika kesemua
proses ini terhenti, tumbuhan pada akhirnya akan mati.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana grafik pola
penuaan?
2.
Apa saja yang
termasuk aspek – aspek metabolisme penuaan?
3.
Apa saja
pengaruh faktor penuaan?
4.
Bagaimana proses
pengguguran (absisi)?
1.3
Tujuan Penulisan
1.
Mahasiswa dapat menggambarkan grafik pola penuaan
2.
Mahasiswa dapat
menjelaskan aspek- aspek pola penuaan
3.
Mahasiswa dapat
menjelaskan pengaruh faktor penuaan
4.
Mahasiswa dapat
menjelaskan proses pengguguran (absisi)
BAB II
PEMBAHASAN
PENUAAN DAN PENGGUGURAN
2.1 Grafik
Pola Penuaan
Pola
Penuaan
Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada semua
makhluk hidup. Proses penuaan dialami oleh semua sel
kecuali meristematik pada saat yang berbeda-beda. Daun tumbuhan herba menahun
menua mulai dari daun tuanya sampai daun mudanya diikuti oleh batang, akar dan
juga organ generatifnya. Proses penuaan terprogram secara genetic oleh
masing-masing tumbuhan. Penuaan merupakan suatu proses dimana terjadi
kehilangan klorofil, RNA dan protein termasuk didalam berbagai enzim.
Penuaan
(senescence) dapat diartikan sebagai proses menuju tua yang terprogram
dan mengarah kematian. Penuaan terjadi bisa untuk penyembuhan, pembuangan
bagian yang terserang penyakit, terluka dan lain-lain. Pola penuaan bisa
menyeluruh pada tanaman semusim, baik pada bagian atas tanaman saja, herba
tahunan, tumbuhan yang mengugurkan daun, maupun tanaman berkayu yang gugur tiap
tahun. Ada pula yang bersifat progresif dan adaptif dimana beberapa daun gugur
akibat faktor lingkungan seperti suhu, kekeringan, dan kekurangan hara.
Selama
masa pertumbuhan, dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan, akan diikuti pula
dengan proses penurunan kondisi yang mengarah kepada kematian organ atau
organisme. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya
pengorganisasian dan fungsi disebut penuaan atau senesence . Sel-sel yang telah berdiferensiasi pada dasarnya
mempunyai masa hidup terbatas, sehingga penuaan akan dialami oleh semua sel
pada saat yang berbeda-beda. Selama proses penuaan, pada tingkat sel terjadi
penyusutan struktur dan rusaknya membran seluler.
Tipe-tipe penuaan (senescence) yang dijumpai dalam tumbuhan dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1.
Senescence yang meliputi keseluruhan tubuh tanaman (overall senescence). Akar dan bagian tanaman
di atas tanah mati semua. Tanaman mati sesudah menyelesaikan semua satu siklus
kehidupannya.
2.
Senescence yang meliputi hanya bagian tanaman di atas
tanah (top senescence). Bagian
tanaman di atas tanah mati, sedangkan bagian tanaman yang berada di dalam tanah
tetap hidup
3. Senescence
yang meliputi hanya daun–daunnya (decidous
senescence). Tanaman menggugurkan semua daun-daunnya, sementara organ
tanaman lain tetap hidup.
4. Senescence
yang meliputi hanya daun-daun yang terdapat di bagian bawah suatu tanaman (progessive senescence). Tanaman hanya
menggugurkan daun-daunnya yang terdapat di bagian bawah saja (daun – daun yang
tua),sedang daun-daun yang lebih atas dan organ tanaman lain tetap hidup.
Grafik Pola Penuaan
Pertumbuhan
tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai
suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik,
dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva
sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi
sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan
bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan
lingkungan. Kurva
sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu
akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase
senesen (Anonim, 2009).
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif
sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase
logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti
bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju
berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar organisme, semakin
cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan.
Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah
mencapai kematangan dan mulai menua (Anonim, 2009).
Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan
peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan
berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung
dari pengukuran yang di ambil pada waktu t1 dan t2
(Susilo, 1991)
Kurva pertumbuhan berbentuk S
(sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik,
fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah
secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju
pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian
meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara
konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat
tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Anonim, 2009).
Gambar Pola penuaan pada tumbuhan
2.2 Aspek-Aspek Pola Penuaan
dan Pengaruh Faktor Penuaan
Proses
penuaan pada tumbuhan atau suatu organ tumbuhan erat sekali hubungannya dengan
ada atau tidak adanya suatu zat pengatur tumbuh pada jaringan suatu organ
tumuhan tersebut. Tumbuhan dan bagian-bagiannya berkembang terus menerus,
dari mulai perkecambahan sampai mati. Bagian akhir dari proses perkembangan,
dari dewasa sampai hilangnya pengorganisasian dan fungsi, diberi istilah
senesen atau penuaan. Beberapa zat pengatur tumbuh ada
yang bersifat menghambat proses penuaan, tetapi ada juga yang mempercepatnya.
a. Aspek
metabolik senesen
Pada
tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan rusaknya
membrane subseluler. Di duga bahwa vakuola bertindak sebagai lisosom,
mengeluarkan enzim-enzim hidrolitik yang akan mencerna materi sel yang tidak
diperlukan lagi. Penghancuran tonoplas telah menyebabkan enzim-enzim hidrolitik
dibebaskan kedalam sitoplasma. Sementara itu bagian dalam struktur kloroplas
dan mitokondria mengalami penyusutan sebelum membran luarnya dirusak. Rupanya
proses degradasi yang terjadi pada organel, dimulainya sama seperti yang
terjadi pada sel.
Perubahan
yang jelas telah terjadi pada metabolisme dan kandungan dalam organ yang
mengalami penuaan. Telah terjadi pengurangan DNA, RNA, protein, ion-ion anorganik
dan berbagai macam nutrient organic. Fotosintesis berkurang sebelum senesen
dimulai dan ini mungkin disebabkan menurunnya permintaan akan hasil
fotosintesis. Segera setelah itu klimakterik dalam respirasi terlihat, dan
nitrogen terlarut meningkat sebagai akibat dirombaknya protein.
b. Pengaruh
Faktor Pertumbuhan
Sitokinin
dapat menghilangkan atau memperlambat proses penuaan. Mekanisme kerja sitokinin
dalam proses ini masih belum jelas, tetapi ada petunjuk dari percobaan Mothes
yang menunjukkan bahwa setetes sitokinin yang diberikan pada daun, telah
menyebabkan terjadinya mobilisasi nutrien organic dan anorganik menuju ke
daerah sekitar daun yang diberi sitokinin. Tapi masih belum jelas, apakah
peningkatan nutrisi sebagai penyebab langsung permudaan kembali (rejuvenation)
atau sitokinin penyebab terjadinya beberapa peristiwa yang menghasilkan
permudaan kembali dan mobilisasi nutrisi.
Tidak
semua tumbuhan memberikan respon terhadap hormon yang sama. Sitokinin lebih
efektif dalam menahan penuaan pada tumbuhan basah, sedangkan giberelin lebih
efektif menahan senesen pada Taraxacum
officinale dan Fraxinus. Kadar giberelin endogen akan turun dengan cepat selama
senesen pada daun. Auksin (IAA
dan 2,4-D) dapat menghalangi senesen pada tumbuhan tertentu. Etilen adalah
hormon yang secara jelas merangsang kuat senesen pada banyak jaringan.
Beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat
terjadinya senescence, misalnya :
1.
Penaikan
suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence daun
2.
Penghapusan
bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman
3.
Pengurangan
unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan
tanaman yang berarti mempercepat senescence
2.3 Pengguguran (absisi)
Sekilas,
peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak seperti kejadian alam biasa. Namun
ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang meneliti sungguh-sungguh
fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini. Abscission adalah suatu
proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan ‘membuang’ organ tumbuhan
seperti dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan
tumbuhan atau yang terserang penyakit.
2.4 Proses Pengguguran
Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai
daun dari tanaman yang menyebabkan daun gugur dan terjatuh.
Proses ini di pengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dari dalam maupun dari
luar. Proses awal gugurnya daun di
tandai dengan perubahan warna pada daun kemudian mengering dan akhirnya gugur.
Penguguran daun ini biasanya terjadi pada daun yang sudah tua, terkena
penyakit, atau untuk menghadapi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan
(kemarau dan musim dingin).
Absisi yang terjadi
pada daun dan buah merupakan contoh senesen yang jelas. Daun tidak rontok
demikian saja pada waktu mati. Suatu daerah pembelahan sel yang disebut daerah
absisi, berkembang dekat pangkal tangkai daun, sehingga sejumlah dinding sel
yang melintang tegak lurus terhadap sumbu panjang tangkai daun terbentuk.
Tempat lepasnya daun pada tumbuhan biasanya terjadi pada
bagian pangkal daunya, karena pada bagian ini terdapat suatu lekukan dan juga
terdapat lapisan sel-sel khusus yang
memang sudah di siapkan untuk proses penguguran daun. Sel sel tersebut sering
disebut sebagai zona absisi. Ketika daun sudah terlepas maka ada bagian yang
terbuka pada bagian pelepasan tersebut yang memungkinkan terjadinya kontak
langsung dengan lingkungan. Namun sebelum pelepasan daun terjadi pada zona ini
sudah di siapkan suatu lapisan pelindung bergabus sehingga terhindar dari kekeringan dan
parasit.
Absisi (pengguguran) merupakan proses
gugurnya organ tanaman dari tanamannya. Kematian tanaman merupakan suatu
konsekuensi dari menurunnya aktivitas fotosintesis. Selain itu, absisi juga
dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan
dan membuang organ tumbuhan seperti
dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan oleh
tumbuhan atau yang terserang penyakit.
Pektinase
dan selulase dirangsang pembentukannya pada sel-sel di daerah absisi, dan akan
melarutkan lamela tengah dinding yang melintang tadi, sehingga tangkai daun
lepas. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan tersumbat dengan dibentuknya
tilosa (tylose), yaitu suatu zat sejenis “gum” dan dilapisi sel-sel gabus. Dalam proses ini dua peristiwa terlibat, yaitu
pembelahan sel dan induksi hidrolase. Kedua proses ini merupakan proses
metabolisme yang aktif dan oleh karenanya merupakan bagian yang terprogram
dalam perkembangan tumbuhan.
Gambar Daerah absisi pada tangkai daun. Pemisahan sel terjadi melintang daerah absisi. (Bidwell, 1979)
2.5
Faktor-Faktor Pengguguran
Penguguran pada
daun tidak terjadi begitu saja namun banyak faktor yang bisa mempengaruhinya
diantaranya adalah kehidupan dari sel tubuhan, nutrisi tumbuhan, air dalam
tumbuhan, dan hormon dalam tumbuhan.
1. Kehidupan
sel tubuhan
Dalam hal ini
erat kaitanya dengan penuaan sel tumbuhan. Sel pada tumbuhan setelah mengalami
suatu diferensiasi maka akan melakukan suatu proses metabolisme sesuai dengan
fungsinya masing-masing. Namun tak selamanya sel tersebut dapat melakukannya
fungsinya secara terus
menerus. Sel tersebut akan mengalami proses yang dinamakan penuaan, di mana
akan terjadi suatu penurunan tingkatan metabolisme yang dilakukan oleh sel. Salah satu
faktor yang mempengaruhinya adalah adanya penumpukan sisa-sisa metabolisme yang
dapat bersifat racun. Hal inilah yang nantinya akan mempengaruhi kinerja sel
dalam melakukan metabolisme sehingga terjadi penurunan hasil metabolisme secara
berangsur-angsur.
Semua sel akan
mengalami proses penuaan tak terkecuali pada sel daun pada tumbuhan.
Dalam daun banyak terjadi
proses metabolisme salah satunya adalah untuk menghasilkan enzim-enzim untuk
proses fotosintsis. Hasil dari fotosintesis akan di gunakan baik untuk sel itu
sendiri maupun untuk sel lainya untuk melakukan kegiatan. Namun ketika sel-sel
pada daun mengalami suatu proses penuaan maka metabolisme akan menurun, jika
sudah demikian maka hanya sedikit hasil yang di peroleh dari metabolisme
tersebut termasuk pembentukan enzim.
2. Nutrisi
dalam tumbuhan
Nutrisi diperlukan oleh
tumbuhan untuk bahan pembangun tubuhnya, nutrisi ini dapat berupa bahan-bahan
organik yang biasanya diperoleh dari dalam tanah yang diambil oleh akar.
Pengaruh unsur terhadap
gugurnya daun erat hubungannya dengan gejala kekahatan yang di timbulkan oleh
kekurangan unsur tersebut. Banyak di antaranya unsur-unsur yang jika kekurangan
pada tumbuhan maka akan menyebabkan gugurnya daun pada tumbuhan.
Berikut adalah gejala
yang terjadi yang mengakibatkan gugurnya daun
a.
Klorosis dan nekrosis
b.
Hilangnya komponen penyusun membran
sel
3. Air
dalam tumbuhan
Air sangat di
perlukan oleh tumbuhan, selain sebagai penyusun sebagian besar tubuh tumbuhan
air juga berperan dalam reaksi-reaksi biokimia dalam tumbuhan. Selain itu air
juga bisa mempengaruhi pengguguran daun pada tumbuhan. Pengaruh air terhadap
pengguguran ini biasanya dipengarui oleh musim yaitu musim panas dan musim
dingin yang keduanya erat kaitannya dengan perubahan suhu dan berakibat pada
kekurangan air.
Pada musim
kemarau laju transpirasi meningkat maka akibatnya banyak air yang
menguap. Pada siang harinya stomata akan membuka untuk proses pertukaran zat,
dan pada saat stomata membuka inilah uap air akan keluar. Akibatnya tumbuhan
banyak kekurangan air. Pada waktu ketersediaan air dalam tanah masih cukup air
yang keluar akan segera digantikan dengan air yang ada di dalam tanah melalui
penyerapan akar. Namun pada saat musim kemarau ketersediaan air sangat sedikit
sehingga jumlah air yang keluar lebih banyak di bandingkan dengan jumlah
air yang diserap dan jika di biarkan terus menerus maka akan berakibat layu
pada tanaman dah bahkan kematian. untu menanggulangi hal tersebut maka tanaman
akan mengugurkan daunnya. Adapun tujuan dari pengguguran daunnya adalah untuk
menghindari penguapan yang berlebihan. Sebelum dau-daun di gugurkan zat-zat
yang terdapat dalam daun sebelumnya sudah di sintesis dan sudah di bawa ke
batang untuk di simpan. Zat-zat
yang sudah di simpan bisa juga di pakai untuk membentuk daun-daun ketika
ketersediaan air sudah cukup. Tumbuhan memilih mengugurkan daunnya karena air
cendrung akan keluar dari stomata pada daun dan ketika daun di gugurkan maka
air keluar bisa di minimalkan.
Pada musim dingin air
akan membeku begitu juga yang ada di dalam tanah, akibatnya tumbuhan sulit
untuk memperoh air karena ketika membeku ukuran molekul air akan mengembang
sehingga tak mampu di serap oleh akar. Karena tak mampu menyerap air maka
ketersedian air akan berkurang karena
terus di pakai untuk fotosintesis dan reaksi biokimia lainnya dah bahkan bisa
habis dan jika hal itu terjadi akan sangat berbahaya bagi tumbuhan tersebut.
Untuk mensiasati hal tersebut maka tanaman akan memilih untuk mengugurkan
daunya. Tujuan dari penguguran daun di musim kemarau juga bertujuan agar
menghindari kerusakan pada daun bila berada pada suhu yang dingin maka dari itu
daun akan di gugurkan dan zat-zat yang ada di dalamnya akan di sintesis dan di
simpan dalam batang. Setelah itu tumbuhan akan melakukan dormansi (istrahat)
untuk meminimalkan pengunaan air dan zat-zat lainnya.
4. Hormon
pada tumbuhan
Hormon yang berperan
dalam penguguran daun adalah auksi dan etilen. Keduanya saling terkait
dan tidak bisa di pisahkan. Interaksi antara kedua hormon tersebut sering
disebut sebagai fithohormon. Kesetimbangan kedua hormon tersebut mempengaruhi
proses penguguran pada daun. Pada saat dau masih muda masih banyak ausin yang
terdapat dalam daun tersebut karena masih dalam fase pertumbuhan. Adanya kadar
auksin yang cukup tinggi ini mempengaruhi kadar etilen yang ada pada daun.
Etilen akan terhambat perkembangannya karna kadar auksin yang tinggi tersebut.
namun ketika daun sudah menua berangsu-angsur jumlah insulin akan terus menurun
akibatnya sel sel padsa lapisan absisi lebih sensitif terhadap etilen. Jika hal
itu sampai terjadi maka etilen akan mempengaruhi pembentukan suatu enzim
pektitase dan selulase. Kedua enzim tersebut akan melarutkan lamela tengan dan
dinding pada sel-sel absisi. Akibatnya sel sel absisi akan lemah dan tidak
mampu lagi menopang daun hingga akhirnya daun akan gugur.
Pengguguran daun biasanya terjadi
pada pangkal tangkai daun, dimana
struktur internal daerah pengguguran berbeda dengan sekitarnya. Daerah pengguguran
merupakan daerah yang paling lemah, sel-selnya parenkimatis, diameternya lebih
kecil dan memiliki sedikit jaringan penguat. Selain itu juga ada beberapa
proses yang mengawali absisi diantaranya :
a. Penurunan pertumbuhan
b. Terbentuk zona absisi pada pangkal tangkai daun
c. Perubahan keseimbangan hormonal
d. Pengaruh faktor luar (anginataugravitasi)
Menurut John Walker, kepala the MU Interdisciplinary
Plant Group di the Christopher S. Bond Life Sciences Center, tumbuhan
menggugurkan organnya karena sejumlah alasan. Dedaunan tua, misalnya,
digugurkan guna membantu daur ulang zat-zat makanan, sementara buah-buahan yang
telah masak rontok dan jatuh ke bawah guna membantu penyebaran benih. Juga,
bagian-bagian bunga yang terkena penyakit sengaja digugurkan dan dibuang oleh
tumbuhan. Hal ini sengaja dilakukan untuk mencegah penjalaran penyakit. Namun
begitu masih ada sisi lain tentang pengguguran organ tumbuhan ini yang belum
terungkap ilmuwan. Mereka masih belum paham mengapa Arabidopsis thaliana menggugurkan bagian-bagian bunganya setelah
bunga tersebut dewasa. Bagian-bagian bunga tumbuhan Arabidopsis thaliana tidaklah memerlukan ruang besar, sehingga
penggugurannya tidak terlihat memiliki kegunaan yang jelas. Anehnya gen-gen
yang bekerja memicu pengguguran ini sudah ada di tumbuhan itu sejak lama, kata
Walker.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Dalam
grafik pola penuaan dimana suatu pertumbuhan tanaman mengalami pertumbuhan yang
lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat dibandingkan pertumbuhan diawal
sampai tercapai suatu maksimum, dan akhirnya laju pertumbuhan tnaman tersebut
tumbuh menurun. Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal.
Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase
penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan
dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt)
lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier,
pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju
pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai
menua.
2. Pada
tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan rusaknya
membrane subseluler. Perubahan yang jelas telah terjadi pada metabolisme dan
kandungan dalam organ yang mengalami penuaan. Telah terjadi pengurangan DNA,
RNA, protein, ion-ion anorganik dan berbagai macam nutrient organic.
Fotosintesis berkurang sebelum senesensi dimulai dan ini mungkin.
3. Faktordapat menghambat mempercepat terjadinya senescence, misalnya :
a.
Penaikan suhu, keadaan
gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence daun
b.
Penghapusan bunga atau
buah akan menghambat senescence tanaman
c.
Pengurangan
unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan
tanaman yang berarti mempercepat senescence.
4.
Penguguran daun
(absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari tanaman yang
menyababkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi oleh banyak faktor
baik faktor dari dalam maupun dari luar. Proses
awal gugurnya daun di tandai dengan perubahan warna pada daun kemudian
mengering dan akhirnya gugur. Penguguran daun ini biasanya terjadi pada daun
yang sudah tua, terkena penyakit, atau untuk menghadapi kondisi lingkungan yang
tidak menguntungkan (kemarau dan musim dingin).
DAFTAR PUSTAKA
Firdaus L.N., Sri
Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Pengembangan
Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.
Lakitan, Benyamin.
2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Loveless, R.A. 1987. Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk
daerah tropik, Gramedia Jakarta
Sasmitamihardja, Dardjat dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Depdikbud. Bandung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar