Jumat, 21 Oktober 2016

PENUAAN DAN PENGUGURAN PADA TUMBUHAN



MAKALAH
FISIOLOGI TUMBUHAN
PENUAAN DAN PENGGUGURAN PADA TUMBUHAN
DOSEN PENGAMPU :
Dra. Hj. MUSWITA, M.Si
KELOMPOK 9 :
DINA FITRIANA (A1C414008)
CHINTHIYA PUTRI (A1C414030)
MILA TRISNA (A1C414024)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2015/2016

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “PENUAAN DAN PENGGUGURAN” Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita..
            Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
            Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.


                                                                                                                                Jambi, 27 April 2016

                                                                                                                                                               
Penulis



DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................... i        
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB I Pendahuluan....................................................................................... 1
1.1  Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2  Rumusan Masalah.................................................................................... 2
1.3  Tujuan Penulisan...................................................................................... 2

BAB II Pembahasan....................................................................................... 3
2.1 Grafik Pola Penuaan................................................................................ 3
2.2 Aspek-Aspek Pola Penuaan dan Pengaruh Faktor Penuaan............... 5
2.3 Pengguguran (absisi)................................................................................ 7
2.4 Proses Pengguguran................................................................................. 7
2.5 Faktor-Faktor Pengguguran................................................................... 9
BAB III PENUTUP....................................................................................... 14
3.1 Kesimpulan............................................................................................... 14
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... iii





BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Selama masa pertumbuhan dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan, akan diikuti pula dengan proses penurunan kondisi yang mengarah pada kematian organ atau organisme. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya pengorganisasian dan fungsi disebut senescence atau penuaan. Sel-sel yang telah berdiferensiasi pada dasarnya mempunyai masa hidup terbatas, sehingga penuaan akan dialami oleh semua sel pada saat yang berbeda-beda.
Sekilas, peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak seperti kejadian alam biasa. Namun ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang meneliti sungguh-sungguh fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini. Abscission adalah suatu proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan ‘membuang’ organ tumbuhan seperti dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan tumbuhan atau yang terserang penyakit.
Demikianlah gugurnya daun, bunga, buah dan bagian tumbuhan lain ternyata bukan kejadian biasa atau kebetulan saja. Itu adalah peristiwa yang melibatkan pengaturan rumit gen-gen tumbuhan. Tanpa pengguguran ini, takkan ada daur ulang zat gizi, takkan ada penyebarluasan biji dan takkan ada pencegahan perluasan penyakit. Jika kesemua proses ini terhenti, tumbuhan pada akhirnya akan mati.






1.2         Rumusan Masalah
1.                  Bagaimana grafik pola penuaan?
2.                  Apa saja yang termasuk aspek – aspek metabolisme penuaan?
3.                  Apa saja pengaruh faktor penuaan?
4.                  Bagaimana proses pengguguran (absisi)?

1.3         Tujuan Penulisan
1.                  Mahasiswa dapat menggambarkan grafik pola penuaan
2.                  Mahasiswa dapat menjelaskan aspek- aspek pola penuaan
3.                  Mahasiswa dapat menjelaskan pengaruh faktor penuaan
4.                  Mahasiswa dapat menjelaskan proses pengguguran (absisi)



BAB II
PEMBAHASAN
PENUAAN DAN PENGGUGURAN
2.1 Grafik Pola Penuaan
Pola Penuaan
Proses penuaan adalah proses fisiologis yang akan terjadi pada semua makhluk hidup. Proses penuaan dialami oleh semua sel kecuali meristematik pada saat yang berbeda-beda. Daun tumbuhan herba menahun menua mulai dari daun tuanya sampai daun mudanya diikuti oleh batang, akar dan juga organ generatifnya. Proses penuaan terprogram secara genetic oleh masing-masing tumbuhan. Penuaan merupakan suatu proses dimana terjadi kehilangan klorofil, RNA dan protein termasuk didalam berbagai enzim.
Penuaan (senescence) dapat diartikan sebagai proses menuju tua yang terprogram dan mengarah kematian. Penuaan terjadi bisa untuk penyembuhan, pembuangan bagian yang terserang penyakit, terluka dan lain-lain. Pola penuaan bisa menyeluruh pada tanaman semusim, baik pada bagian atas tanaman saja, herba tahunan, tumbuhan yang mengugurkan daun, maupun tanaman berkayu yang gugur tiap tahun. Ada pula yang bersifat progresif dan adaptif dimana beberapa daun gugur akibat faktor lingkungan seperti suhu, kekeringan, dan kekurangan hara.
Selama masa pertumbuhan, dengan bertambahnya umur suatu tumbuhan, akan diikuti pula dengan proses penurunan kondisi yang mengarah kepada kematian organ atau organisme. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya pengorganisasian dan fungsi disebut penuaan atau senesence . Sel-sel yang telah berdiferensiasi pada dasarnya mempunyai masa hidup terbatas, sehingga penuaan akan dialami oleh semua sel pada saat yang berbeda-beda. Selama proses penuaan, pada tingkat sel terjadi penyusutan struktur dan rusaknya membran seluler.


 Tipe-tipe penuaan (senescence) yang dijumpai dalam tumbuhan dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1.       Senescence yang meliputi keseluruhan tubuh tanaman (overall senescence). Akar dan bagian tanaman di atas tanah mati semua. Tanaman mati sesudah menyelesaikan semua satu siklus kehidupannya.
2.       Senescence yang meliputi hanya bagian tanaman di atas tanah (top senescence). Bagian tanaman di atas tanah mati, sedangkan bagian tanaman yang berada di dalam tanah tetap hidup
3.       Senescence yang meliputi hanya daun–daunnya (decidous senescence). Tanaman menggugurkan semua daun-daunnya, sementara organ tanaman lain tetap hidup.
4.       Senescence yang meliputi hanya daun-daun yang terdapat di bagian bawah suatu tanaman (progessive senescence). Tanaman hanya menggugurkan daun-daunnya yang terdapat di bagian bawah saja (daun – daun yang tua),sedang daun-daun yang lebih atas dan organ tanaman lain tetap hidup.
Grafik Pola Penuaan
Pertumbuhan tanaman mula-mula lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat sampai tercapai suatu maksimum, akhirnya laju tumbuh menurun. Apabila digambarkan dalam grafik, dalam waktu tertentu maka akan terbentuk kurva sigmoid (bentuk S). Bentuk kurva sigmoid untuk semua tanaman kurang lebih tetap, tetapi penyimpangan dapat terjadi sebagai akibat variasi-variasi di dalam lingkungan. Ukuran akhir, rupa dan bentuk tumbuhan ditentukan oleh kombinasi pengaruh faktor keturunan dan lingkungan. Kurva sigmoid yaitu pertumbuhan cepat pada fase vegetatif sampai titik tertentu akibat pertambahan sel tanaman kemudian melambat dan akhirnya menurun pada fase senesen (Anonim, 2009).
Kurva menunjukkan ukuran kumulatif sebagai fungsi dari waktu. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali, yaitu fase logaritmik, fase linier dan fase penuaan. Pada fase logaritmik ini berarti bahwa laju pertumbuhan lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Laju berbanding lurus dengan ukuran organisme. Semakin besar organisme, semakin cepat ia tumbuh. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun, saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Anonim, 2009).
Laju pertumbuhan relative (relative growth rate) menunjukkan peningkatan berat kering dalam suatu interval waktu dalam hubungannya dengan berat asal. Dalam situasi praktis, rata-rata pertumbuhan laju relative dihitung dari pengukuran yang di ambil pada waktu t1 dan t2 (Susilo, 1991)
Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua (Anonim, 2009).
Gambar Pola penuaan pada tumbuhan

2.2 Aspek-Aspek Pola Penuaan dan Pengaruh Faktor Penuaan
Proses penuaan pada tumbuhan atau suatu organ tumbuhan erat sekali hubungannya dengan ada atau tidak adanya suatu zat pengatur tumbuh  pada jaringan suatu organ tumuhan tersebut. Tumbuhan dan bagian-bagiannya berkembang terus menerus, dari mulai perkecambahan sampai mati. Bagian akhir dari proses perkembangan, dari dewasa sampai hilangnya pengorganisasian dan fungsi, diberi istilah senesen atau penuaan. Beberapa zat pengatur tumbuh ada yang bersifat menghambat proses penuaan, tetapi ada juga yang mempercepatnya.
a.       Aspek metabolik senesen
Pada tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan rusaknya membrane subseluler. Di duga bahwa vakuola bertindak sebagai lisosom, mengeluarkan enzim-enzim hidrolitik yang akan mencerna materi sel yang tidak diperlukan lagi. Penghancuran tonoplas telah menyebabkan enzim-enzim hidrolitik dibebaskan kedalam sitoplasma. Sementara itu bagian dalam struktur kloroplas dan mitokondria mengalami penyusutan sebelum membran luarnya dirusak. Rupanya proses degradasi yang terjadi pada organel, dimulainya sama seperti yang terjadi pada sel.
Perubahan yang jelas telah terjadi pada metabolisme dan kandungan dalam organ yang mengalami penuaan. Telah terjadi pengurangan DNA, RNA, protein, ion-ion anorganik dan berbagai macam nutrient organic. Fotosintesis berkurang sebelum senesen dimulai dan ini mungkin disebabkan menurunnya permintaan akan hasil fotosintesis. Segera setelah itu klimakterik dalam respirasi terlihat, dan nitrogen terlarut meningkat sebagai akibat dirombaknya protein.

b.      Pengaruh Faktor  Pertumbuhan
Sitokinin dapat menghilangkan atau memperlambat proses penuaan. Mekanisme kerja sitokinin dalam proses ini masih belum jelas, tetapi ada petunjuk dari percobaan Mothes yang menunjukkan bahwa setetes sitokinin yang diberikan pada daun, telah menyebabkan terjadinya mobilisasi nutrien organic dan anorganik menuju ke daerah sekitar daun yang diberi sitokinin. Tapi masih belum jelas, apakah peningkatan nutrisi sebagai penyebab langsung permudaan kembali (rejuvenation) atau sitokinin penyebab terjadinya beberapa peristiwa yang menghasilkan permudaan kembali dan mobilisasi nutrisi.
Tidak semua tumbuhan memberikan respon terhadap hormon yang sama. Sitokinin lebih efektif dalam menahan penuaan pada tumbuhan basah, sedangkan giberelin lebih efektif menahan senesen pada Taraxacum officinale dan Fraxinus. Kadar giberelin endogen akan turun dengan cepat selama senesen pada daun. Auksin (IAA dan 2,4-D) dapat menghalangi senesen pada tumbuhan tertentu. Etilen adalah hormon yang secara jelas merangsang kuat senesen pada banyak jaringan.

Beberapa faktor luar dapat menghambat atau mempercepat terjadinya senescence, misalnya :
1.      Penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence daun
2.      Penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman
3.      Pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence

2.3 Pengguguran (absisi)
Sekilas, peristiwa gugurnya dedaunan tumbuhan tampak seperti kejadian alam biasa. Namun ternyata tidak demikian bagi para ilmuwan, yang meneliti sungguh-sungguh fenomena yang diistilahkan dengan “abscission” ini. Abscission adalah suatu proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan ‘membuang’ organ tumbuhan seperti dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan tumbuhan atau yang terserang penyakit.

2.4 Proses Pengguguran
Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari tanaman yang menyebabkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dari dalam maupun dari luar. Proses  awal gugurnya daun di tandai dengan perubahan warna pada daun kemudian mengering dan akhirnya gugur. Penguguran daun ini biasanya terjadi pada daun yang sudah tua, terkena penyakit, atau untuk menghadapi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (kemarau dan musim dingin).
Absisi yang terjadi pada daun dan buah merupakan contoh senesen yang jelas. Daun tidak rontok demikian saja pada waktu mati. Suatu daerah pembelahan sel yang disebut daerah absisi, berkembang dekat pangkal tangkai daun, sehingga sejumlah dinding sel yang melintang tegak lurus terhadap sumbu panjang tangkai daun terbentuk.
Tempat lepasnya daun pada tumbuhan biasanya terjadi pada bagian pangkal daunya, karena pada bagian ini terdapat suatu lekukan dan juga terdapat  lapisan sel-sel khusus yang memang sudah di siapkan untuk proses penguguran daun. Sel sel tersebut sering disebut sebagai zona absisi. Ketika daun sudah terlepas maka ada bagian yang terbuka pada bagian pelepasan tersebut yang memungkinkan terjadinya kontak langsung dengan lingkungan. Namun sebelum pelepasan daun terjadi pada zona ini sudah di siapkan suatu lapisan pelindung bergabus  sehingga terhindar dari kekeringan dan parasit.
Absisi (pengguguran) merupakan proses gugurnya organ tanaman dari tanamannya. Kematian tanaman merupakan suatu konsekuensi dari menurunnya aktivitas fotosintesis. Selain itu, absisi juga dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan tumbuhan untuk memisahkan dan membuang organ  tumbuhan seperti dedaunan, kelopak bunga, bunga dan buah yang tidak lagi diperlukan oleh tumbuhan atau yang terserang penyakit.
Pektinase dan selulase dirangsang pembentukannya pada sel-sel di daerah absisi, dan akan melarutkan lamela tengah dinding yang melintang tadi, sehingga tangkai daun lepas. Hubungan ikatan pembuluh yang terputus akan tersumbat dengan dibentuknya tilosa (tylose), yaitu suatu zat sejenis “gum” dan dilapisi sel-sel gabus. Dalam proses ini dua peristiwa terlibat, yaitu pembelahan sel dan induksi hidrolase. Kedua proses ini merupakan proses metabolisme yang aktif dan oleh karenanya merupakan bagian yang terprogram dalam perkembangan tumbuhan.
absisi

Gambar Daerah absisi pada tangkai daun. Pemisahan sel terjadi melintang daerah absisi.  (Bidwell, 1979)
2.5 Faktor-Faktor Pengguguran
Penguguran pada daun tidak terjadi begitu saja namun banyak faktor yang bisa mempengaruhinya diantaranya adalah kehidupan dari sel tubuhan, nutrisi tumbuhan, air dalam tumbuhan, dan hormon dalam tumbuhan.
1.    Kehidupan sel tubuhan
Dalam hal ini erat kaitanya dengan penuaan sel tumbuhan. Sel pada tumbuhan setelah mengalami suatu diferensiasi maka akan melakukan suatu proses metabolisme sesuai dengan fungsinya masing-masing. Namun tak selamanya sel tersebut dapat melakukannya fungsinya secara terus menerus. Sel tersebut akan mengalami proses yang dinamakan penuaan, di mana akan terjadi suatu penurunan tingkatan metabolisme yang dilakukan oleh sel. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah adanya penumpukan sisa-sisa metabolisme yang dapat bersifat racun. Hal inilah yang nantinya akan mempengaruhi kinerja sel dalam melakukan metabolisme sehingga terjadi penurunan hasil metabolisme secara berangsur-angsur.
Semua sel akan mengalami proses penuaan tak terkecuali pada sel daun pada tumbuhan.  Dalam daun banyak terjadi proses metabolisme salah satunya adalah untuk menghasilkan enzim-enzim untuk proses fotosintsis. Hasil dari fotosintesis akan di gunakan baik untuk sel itu sendiri maupun untuk sel lainya untuk melakukan kegiatan. Namun ketika sel-sel pada daun mengalami suatu proses penuaan maka metabolisme akan menurun, jika sudah demikian maka hanya sedikit hasil yang di peroleh dari metabolisme tersebut termasuk pembentukan enzim.
2. Nutrisi dalam tumbuhan
Nutrisi diperlukan oleh tumbuhan untuk bahan pembangun tubuhnya, nutrisi ini dapat berupa bahan-bahan organik yang biasanya diperoleh dari dalam tanah yang diambil oleh akar. Pengaruh unsur terhadap gugurnya daun erat hubungannya dengan gejala kekahatan yang di timbulkan oleh kekurangan unsur tersebut. Banyak di antaranya unsur-unsur yang jika kekurangan pada tumbuhan maka akan menyebabkan gugurnya daun pada tumbuhan. 
Berikut adalah gejala yang terjadi yang mengakibatkan gugurnya daun
a.       Klorosis dan nekrosis
b.       Hilangnya komponen penyusun membran sel
3. Air dalam tumbuhan
Air  sangat di perlukan oleh tumbuhan, selain sebagai penyusun sebagian besar tubuh tumbuhan air juga berperan dalam reaksi-reaksi biokimia dalam tumbuhan. Selain itu air juga bisa mempengaruhi pengguguran daun pada tumbuhan. Pengaruh air terhadap pengguguran ini biasanya dipengarui oleh musim yaitu musim panas dan musim dingin yang keduanya erat kaitannya dengan perubahan suhu dan berakibat pada kekurangan air.
Pada musim  kemarau  laju transpirasi meningkat maka akibatnya banyak air yang menguap. Pada siang harinya stomata akan membuka untuk proses pertukaran zat, dan pada saat stomata membuka inilah uap air akan keluar. Akibatnya tumbuhan banyak kekurangan air. Pada waktu ketersediaan air dalam tanah masih cukup air yang keluar akan segera digantikan dengan air yang ada di dalam tanah melalui penyerapan akar. Namun pada saat musim kemarau ketersediaan air sangat sedikit  sehingga jumlah air yang keluar lebih banyak di bandingkan dengan jumlah air yang diserap dan jika di biarkan terus menerus maka akan berakibat layu pada tanaman dah bahkan kematian. untu menanggulangi hal tersebut maka tanaman akan mengugurkan daunnya. Adapun tujuan dari pengguguran daunnya adalah untuk menghindari penguapan yang berlebihan. Sebelum dau-daun di gugurkan zat-zat yang terdapat dalam daun sebelumnya sudah di sintesis dan sudah di bawa ke batang untuk di simpan. Zat-zat  yang sudah di simpan bisa juga di pakai untuk membentuk daun-daun ketika ketersediaan air sudah cukup. Tumbuhan memilih mengugurkan daunnya karena air cendrung akan keluar dari stomata pada daun dan ketika daun di gugurkan maka air keluar bisa di minimalkan.
Pada musim dingin air akan membeku begitu juga yang ada di dalam tanah, akibatnya tumbuhan sulit untuk memperoh air karena ketika membeku ukuran molekul air akan mengembang sehingga tak mampu di serap oleh akar. Karena tak mampu menyerap air maka ketersedian air akan berkurang karena terus di pakai untuk fotosintesis dan reaksi biokimia lainnya dah bahkan bisa habis dan jika hal itu terjadi akan sangat berbahaya bagi tumbuhan tersebut. Untuk mensiasati hal tersebut maka tanaman akan memilih untuk mengugurkan daunya. Tujuan dari penguguran daun di musim kemarau juga bertujuan agar menghindari kerusakan pada daun bila berada pada suhu yang dingin maka dari itu daun akan di gugurkan dan zat-zat yang ada di dalamnya akan di sintesis dan di simpan dalam batang. Setelah itu tumbuhan akan melakukan dormansi (istrahat) untuk meminimalkan pengunaan air dan zat-zat lainnya.
4. Hormon pada tumbuhan
Hormon yang berperan dalam penguguran daun adalah auksi dan etilen.  Keduanya saling terkait dan tidak bisa di pisahkan. Interaksi antara kedua hormon tersebut sering disebut sebagai fithohormon. Kesetimbangan kedua hormon tersebut mempengaruhi proses penguguran pada daun. Pada saat dau masih muda masih banyak ausin yang terdapat dalam daun tersebut karena masih dalam fase pertumbuhan. Adanya kadar auksin yang cukup tinggi ini mempengaruhi kadar etilen yang ada pada daun. Etilen akan terhambat perkembangannya karna kadar auksin yang tinggi tersebut. namun ketika daun sudah menua berangsu-angsur jumlah insulin akan terus menurun akibatnya sel sel padsa lapisan absisi lebih sensitif terhadap etilen. Jika hal itu sampai terjadi maka etilen akan mempengaruhi pembentukan suatu enzim pektitase dan selulase. Kedua enzim tersebut akan melarutkan lamela tengan dan dinding pada sel-sel absisi. Akibatnya sel sel absisi akan lemah dan tidak mampu lagi menopang daun hingga akhirnya daun akan gugur.
Pengguguran daun  biasanya terjadi pada pangkal tangkai daun, dimana  struktur internal daerah pengguguran berbeda dengan sekitarnya. Daerah pengguguran merupakan daerah yang paling lemah, sel-selnya parenkimatis, diameternya lebih kecil dan memiliki sedikit jaringan penguat. Selain itu juga ada beberapa proses yang mengawali absisi diantaranya :
a.    Penurunan pertumbuhan
b.    Terbentuk zona absisi pada pangkal tangkai daun
c.    Perubahan keseimbangan hormonal
d.   Pengaruh faktor luar (anginataugravitasi)
Menurut John Walker, kepala the MU Interdisciplinary Plant Group di the Christopher S. Bond Life Sciences Center, tumbuhan menggugurkan organnya karena sejumlah alasan. Dedaunan tua, misalnya, digugurkan guna membantu daur ulang zat-zat makanan, sementara buah-buahan yang telah masak rontok dan jatuh ke bawah guna membantu penyebaran benih. Juga, bagian-bagian bunga yang terkena penyakit sengaja digugurkan dan dibuang oleh tumbuhan. Hal ini sengaja dilakukan untuk mencegah penjalaran penyakit. Namun begitu masih ada sisi lain tentang pengguguran organ tumbuhan ini yang belum terungkap ilmuwan. Mereka masih belum paham mengapa Arabidopsis thaliana menggugurkan bagian-bagian bunganya setelah bunga tersebut dewasa. Bagian-bagian bunga tumbuhan Arabidopsis thaliana tidaklah memerlukan ruang besar, sehingga penggugurannya tidak terlihat memiliki kegunaan yang jelas. Anehnya gen-gen yang bekerja memicu pengguguran ini sudah ada di tumbuhan itu sejak lama, kata Walker.



BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
1.  Dalam grafik pola penuaan dimana suatu pertumbuhan tanaman mengalami pertumbuhan yang lambat, kemudian berangsur-angsur lebih cepat dibandingkan pertumbuhan diawal sampai tercapai suatu maksimum, dan akhirnya laju pertumbuhan tnaman tersebut tumbuh menurun. Kurva pertumbuhan berbentuk S (sigmoid) yang ideal. Tiga fase utama biasanya mudah dikenali: fase logaritmik, fase linier, dan fase penuaan. Pada fase logaritmik, ukuran (v) bertambah secara eksponensial sejalan dengan waktu (t). Ini berarti bahwa laju pertumbuhan (dv/dt) lambat pada awalnya, tapi kemudian meningkat terus. Pada fase linier, pertambahan ukuran berlangsung secara konstan. Fase penuaan dicirikan oleh laju pertumbuhan yang menurun saat tumbuhan sudah mencapai kematangan dan mulai menua.
2.  Pada tahap sel, penuaan berjalan dengan terjadinya penyusutan struktur dan rusaknya membrane subseluler. Perubahan yang jelas telah terjadi pada metabolisme dan kandungan dalam organ yang mengalami penuaan. Telah terjadi pengurangan DNA, RNA, protein, ion-ion anorganik dan berbagai macam nutrient organic. Fotosintesis berkurang sebelum senesensi dimulai dan ini mungkin.
3.  Faktordapat menghambat mempercepat terjadinya senescence, misalnya :
a.    Penaikan suhu, keadaan gelap, kekurangan air dapat mempercepat terjadinya senescence daun
b.    Penghapusan bunga atau buah akan menghambat senescence tanaman
c.    Pengurangan unsur-unsur hara dalam tanah, air, penaikan suhu, berakibat menekan pertumbuhan tanaman yang berarti mempercepat senescence.
4.      Penguguran daun (absisi) adalah suatu proses lepasnya tangkai daun dari tanaman yang menyababkan daun gugur dan terjatuh. Proses ini di pengaruhi oleh banyak faktor baik faktor dari dalam maupun dari luar. Proses  awal gugurnya daun di tandai dengan perubahan warna pada daun kemudian mengering dan akhirnya gugur. Penguguran daun ini biasanya terjadi pada daun yang sudah tua, terkena penyakit, atau untuk menghadapi kondisi lingkungan yang tidak menguntungkan (kemarau dan musim dingin).

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus L.N., Sri Wulandari, Yusnida Bey. 2006. Fisiologi Tumbuhan. Pusat Pengembangan Pendidikan Universitas Riau. Pekanbaru.

Lakitan, Benyamin. 2007. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta

Loveless, R.A. 1987. Prinsip-prinsip biologi tumbuhan untuk daerah tropik, Gramedia Jakarta

Sasmitamihardja, Dardjat dkk. 1997. Fisiologi Tumbuhan. Depdikbud. Bandung



Tidak ada komentar:

Posting Komentar