MAKALAH FISIOLOGI HEWAN
“Sistem saraf”
Dosen Pengampu :
Dr.Afreni Hamidah,S.Pt.M.Si
Kelompok 2
PENDIDIKAN BIOLOGI
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2016
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan hidayah-Nya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul, “SISTEM SARAF MANUSIA” dalam kajian
Biologi sebagai bentuk pengajuan tugas dari mata kuliah Anatomi Fisiologi
Manusia oleh Ibu Dr. Afreni Hamida,S.Pt,M.Si
Adapun
makalah ini berisi 3 Bab yakni Bab 1 berupa pendahuluan dari pembuatan makalah,
Bab 2 berupa pembahasan dari sistem saraf yakni pengertian, pembagian, fungsi
sistem saraf, unit stuktural sistem
saraf (neuron) dan mekanisme penjalaran impuls pada sistem saraf, dan Bab 3
yang berisi kesimpulan berupa ringkasan dari makalah ini.
Kami
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk makalah ini. Akhir
kata, semoga segala informasi yang terdapat di dalam makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Jambi,,06 April 2016
Penulis
DAFTAR
ISI
Halaman
Kata Pengantar ii
Daftar Isi iii
Daftar Gambar iv
Bab I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang 1
1.2
Rumusan Masalah 1
1.3
Tujuan 1
Bab II Pembahasan
2.1
Pengertian Sistem Saraf 2
2.2
Fungsi Sistem Saraf 2
2.3
Bagian-bagian Sel Saraf 3
2.3.1
Neuron 3
2.3.2
Klasifikasi Neuron 4
2.3.3
Sel Neuroglia 6
2.3.4
Selaput Myelin 7
2.4
Neurotransmitter 8
2.5
Synaps 8
2.6
Impuls Saraf 9
2.6.1
Potensial Istirahat 10
2.6.2
Potensial Aksi 11
2.6.3
Perambatan Impuls Saraf 13
2.7
Pembagian Sistem Saraf 14
2.8
Saraf Pusat Manusia 14
2.8.1
Otak 16
2.8.2 Medulla Spinalis (Sumsum Tulang Belakang) 21
2.9 Saraf Tepi Manusia 23
2.10 Kelainan pada Sistem Saraf 25
Bab III Penutup
3.1
Ringkasan 27
Daftar Pustaka 28
DAFTAR
GAMBAR
Gambar
2.1 Struktur Neuron 4
Gambar
2.2 Klasifikasi Neuron berdasarkan Bentuknya 5
Gambar
2.3 Klasifikasi Neuron berdasarkan fungsinya 5
Gambar
2.4 Struktur Myelin dan Nodus Ranvier 7
Gambar
2.5 Sinaps dari Neuron 8
Gambar
2.6 Siklus Umpan Balik 11
Gambar
2.7 Potensial Aksi 12
Gambar
2.8 Pembagian Sistem Saraf 14
Gambar
2.9 Lapisan Otak 15
Gambar
2.10 Otak 17
Gambar
2.11 Belahan pada Otak Besar 18
Gambar
2.12 Pembagian Fungsi pada Otak Besar 19
Gambar 2.13 Otak kecil, pons varoli, dan medula oblongata 21
Gambar
2.14 Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang) 22
Gambar 2.15 Saraf Parasimpatik dan Simpatik 25
Tabel 1.1 Jenis-Jenis Saraf Beserta Asalnya 25
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan
dari berbagai sistem organ. Suatu sistem organ terdiri dari berbabagai organ
tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan kegiatan fisiologisnya
diperlukan adanya hubungan atau kerjasama anatara alat-alat tubuh yang satu
dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas
banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan adanya
sistem pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai sitem
koordinasi.
Tubuh manusia dikendalikan oleh
sistem saraf, sistem indera, dan sistem endokrin. Pengaruh sistem saraf yakni
dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan lingkungan yang
merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusia dikendalikan dan diatur oleh sistem
saraf. Sebagai alat pengendali dan pengatur kegiatan alat-alat tubuh, susunan
saraf mempunyai kemampuan menerima rangsang dan mengirimkan pesan-pesan
rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf, dan selanjutnya memberikan
tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut. Impuls saraf tersebut dibawa
oleh serabut-serabut saraf. (Kus Irianto. 2004)
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa
yang dimaksud dengan sistem saraf ?
b. Bagaimana
pembagian sistem saraf ?
c. Bagaimana
penyusun sistem saraf ?
d. Bagiamana
mekanisme jalannya impuls pada sistem saraf?
1.3 Tujuan
a. Mengetahui
pengertian sistem saraf.
b. Mengetahui
pembagian sistem saraf.
c. Mengetahui
penyusun sistem saraf.
d. Mengetahui
mekanisme jalannya impuls pada sistem
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Sistem Saraf
Sistem saraf adalah suatu jaringan
saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling berhubungan satu dengan yang lain.
Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara
individu dengan lingkungan lainnya. Sistem tubuh yang pentng ini juga mengatur
kebanyakan aktivitas system-system tubuh lainnya, karena pengaturan saraf
tersebut maka terjalin komunikasi antara berbagai system tubuh hingga
menyebabkan tubuh berfungsi sebagai unit yang harmonis. Dalam system inilah
berasal segala fenomena kesadaran, pikiran, ingatan, bahasa, sensasi dan
gerakan. Jadi kemampuan untuk dapat memahami, belajar dan memberi respon
terhadap suatu rangsangan merupakan hasil kerja integrasi dari system saraf
yang puncaknya dalam bentuk kepribadian dan tingkah laku individu.
Jaringan saraf terdiri Neuroglia dan
Sel schwan (sel-sel penyokong) serta Neuron (sel-sel saraf). Kedua jenis sel
tersebut demikian erat berkaitan dan terintegrasi satu sama lainnya sehingga
bersama-sama berfungsi sebagai satu unit.
2.2 Fungsi Sistem Saraf
Sebagai alat pengatur dan pengendali
alat-alat tubuh, maka sistem saraf mempunyai 3 fungsi utama yaitu :
1. Sebagai
Alat Komunikasi
Sebagai
alat komunikasi antara tubuh dengan dunia luar, hal ini dilakukan oleh alat
indera, yang meliputi : mata, hidung, telinga, kulit dan lidah. Dengan adanya
alat-alat ini, maka kita akan dengan mudah mengetahui adanya perubahan yang
terjadi disekitar tubuh kita.
2. Sebagai
Alat Pengendali
Sebagai
pengendali atau pengatur kerja alat-alat tubuh, sehingga dapat bekerja serasi
sesuai dengan fungsinya. Dengan pengaturan oleh saraf, semua organ tubuh akan
bekerja dengan kecepatan dan ritme kerja yang akurat.
3. Sebagai
Pusat Pengendali Tanggapan
Saraf
merupakan pusat pengendali atau reaksi tubuh terhadap perubahan atau reaksi
tubuh terhadap perubahan keadaan sekitar. Karena saraf sebagai pengendali atau
pengatur kerja seluruh alat tubuh, maka jaringan saraf terdapat pada seluruh
pada seluruh alat-alat tubuh kita.
2.3 Bagian – Bagian Sel Saraf
Sel
saraf terdiri dari Neuron dan Sel Pendukung
2.3.1 Neuron
Adalah unit fungsional
sistem saraf yang terdiri dari badan sel dan perpanjangan sitoplasma.
a) Badan sel atau perikarion
Suatu neuron mengendalikan
metabolisme keseluruhan neuron.
Bagian ini tersusun dari komponen
berikut :
·
Satu nukleus tunggal, nucleolus yang menanjol
dan organel lain seperti konpleks golgi dan mitochondria, tetapi nucleus ini
tidak memiliki sentriol dan tidak dapat bereplikasi.
·
Badan nissi, terdiri dari reticulum
endoplasma kasar dan ribosom-ribosom bebas serta berperan dalam sintesis
protein.
·
Neurofibril yaitu neurofilamen dan
neurotubulus yang dapat dilihat melalui mikroskop cahaya jika diberi pewarnaan
dengan perak.
b) Dendrit
Perpanjangan sitoplasma
yang biasanya berganda dan pendek serta berfungsi untuk menghantar impuls ke
sel tubuh.
c) Akson
Suatu prosesus tunggal,
yang lebih tipis dan lebih panjang dari dendrite. Bagian ini menghantar impuls
menjauhi badan sel ke neuron lain, ke sel lain (sel otot atau kelenjar) atau ke
badan sel neuron yang menjadi asal akson.
Gambar
2.1 Stuktur Neuron
2.3.2
Klasifikasi Neuron
Berdasarkan Fungsi dan Arah transmisi Impulsnya, neuron
diklasifikasi menjadi :
·
Neuron sensorik (aferen) menghantarkan
impuls listrik dari reseptor pada kulit, organ indera atau suatu organ internal
ke SSP (Sistem Saraf Pusat).
·
Neuron motorik menyampaikan impuls dari
SSP (Sistem Saraf Pusat) ke efektor.
·
Neuron konektor ditemukan seluruhnya
dalam SSP (Sistem Saraf Pusat) Neuron ini menghubungkan neuron sensorik dan
motorik atau menyampaikan informasi ke interneuron lain.
Berdasarkan bentuknya,
neuron dapat diklasifikasikan menjadi :
·
Neuron unipolar hanya mempunyai satu
serabut yang dibagi menjadi satu cabang sentral yang berfungsi sebagai satu
akson dan satu cabang perifer yang berguna sebagai satu dendrite. Jenis neuron
ini merupakan neuron-neuron sensorik saraf perifer (misalnya sel-sel ganglion
cerebrospinalis).
·
Neuron bipolar mempunya dua serabut,
satu dendrite dan satu akson. Jenis ini banyak dijumpai pada epithel
olfaktorius dalam retina mata dan dalam telinga dalam.
·
Neuron multipolar mempunyai banyak
dendrite dan satu akson. Jenis neuron ini merupakan yang paling sering dijumpai
pada sistem saraf sentral (sel saraf motoris pada cornu anterior dan lateralis
medulla spinalis, sel-sel ganglion otonom).
Gambar
2.2 Klasifikasi Neuron berdasarkan bentuknya
Gambar
2.3 Klasifikasi Neuron berdasarkan fungsinya
2.3.3
Sel Neuroglia
Neuroglia (berasal dari
nerve glue) mengandung berbagai macam sel yang secara keseluruhan menyokong,
melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla spinalis,
sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron diluar
sistem saraf pusat. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari sel-sel neuron dengan
perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Ada empat sel neuroglia yang
berhasil diindentifikasi yaitu :
a) Astrosit adalah sel berbentuk bintang
yang memiliki sejumlah prosesus panjang, sebagian besar melekat pada dinding
kapilar darah melalui pedikel atau “kaki vascular”. Berfungsi sebagai “sel
pemberi makan” bagi neuron yang halus. Badan sel astroglia berbentuk bintang
dengan banyak tonjolan dan kebanyakan berakhir pada pembuluh darah sebagai kaki
perivaskular. Bagian ini juga membentuk dinding perintang antara aliran kapiler
darah dengan neuron, sekaligus mengadakan pertukaran zat diantara keduanya.
Dengan kata lain, membantu neuron mempertahankan potensial bioelektris yang
sesuai untuk konduksi impuls dan transmisi sinaptik. Dengan cara ini pula
sel-sel saraf terlindungi dari substansi yang berbahaya yang mungkin saja
terlarut dalam darah, tetapi fungsinya sebagai sawar darah otak tersebut masih
memerlukan pemastian lebih lanjut, karena diduga celah endothel kapiler
darahlah yang lebih berperan sebagai sawar darah otak.
b) Oligodendrosit menyerupai astrosit,
tetapi badan selnya kecil dan jumlah prosesusnya lebih sedikit dan lebih
pendek. Merupakan sel glia yang bertanggung jawab menghasilkan myelin dalam
susunan saraf pusat. Sel ini mempunyai lapisan dengan subtansi lemak
mengelilingi penonjolan atau sepanjang sel saraf sehingga terbentuk selubung
myelin.
c) Mikroglia ditemukan dekat neuron dan
pembuluh darah, dan dipercaya memiliki peran fagositik. Sel jenis ini ditemukan
di seluruh sistem saraf pusat dan dianggap berperan penting dalam proses
melawan infeksi.
d) Sel ependimal membentuk membran
spitelial yang melapisi rongga serebral dan ronggal medulla spinalis. Merupakan
neuroglia yang membatasi system ventrikel sistem saraf pusat. Sel-sel inilah
yang merupakan epithel dari Plexus Coroideus ventrikel otak.
2.3.4
Selaput Myelin
Merupakan suatu
kompleks protein lemak berwarna putih yang mengisolasi tonjolan saraf. Mielin
menghalangi aliran Natrium dan Kalium melintasi membran neuronal dengan hamper
sempurna. Selubung myelin tidak kontinu di sepanjang tonjolan saraf dan
terdapat celah-selah yang tidak memiliki myelin, dinamakan nodus ranvier, Tonjolan
saraf pada sumsum saraf pusat dan tepi dapat bermielin atau tidak bermielin.
Serabut saraf yang mempunyai selubung myelin dinamakan serabut myelin dan dalam
sistem saraf pusat dinamakan massa putih (substansia
Alba). Serabut-serabut yang tak bermielin terdapat pada massa kelabu (subtansia Grisea).
Myelin ini berfungsi
dalam mempercepat penjalaran impuls dari transmisi di sepanjang serabut yang
tak bermyelin karena impuls berjalan dengan cara “meloncat” dari nodus ke nodus
lain di sepanjang selubung myelin. Cara transmisi seperti ini dinamakan konduksi saltatorik.
Hal terpenting dalam
peran myelin pada proses transmisi di sebaut saraf dapat terlihat dengan
mengamati hal yang terjadi jika tidak lagi terdapat myelin disana. Pada
orang-orang dengan Multiple Sclerosis, lapisan myelin yang mengelilingi serabut
saraf menjadi hilang. Sejalan dengan hal itu orang tersebut mulai kehilangan
kemampuan untuk mengontrol otot-otonya dan akhirnya menjadi tidak mampu sama
sekali.
Gambar
2.4 Struktur Myelin dan Nodus Ranvier
2.4
Neurotransmitter
Merupakan
zat kimia yang disintesis dalam neuron dan disimpan dalam gelembung sinaptik
pada ujung akson, Zat kimia ini dilepaskan dari ujung akson terminal dan juga
direabsorpsi untuk daur ulang.
Neurotransmitter
merupakan cara komunikasi antar neuron, setiap neuron melepaskan satu
transmitter. Zat-zat kimia ini menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron,
sehingga neuron menjadi lebih kurang dapat menyalurkan impuls. Diketahui
terdapat 30 macam neurotransmitter, diantaranya adalah Norephinephrin, Acetylcholin,
Dopamin, Serotonin, Asam Gama-Aminobutirat (GABA) dan Glisin.
2.5
Synaps
Synaps
merupakan tempat dimana neuron mengadakan kontak dengan neuron lain atau dengan
organ-organ efektor, dan merupakan satu-satunya tempat dimana suatu impuls
dapat lewat dari suatu neuron ke neuron lainnya atau efektor. Ruang antara satu
neuron dan neuron berikutnya dikenal dengan celah sinaptik (Synaptic cleft).
Neuron yang menghantarkan impuls saraf menuju sinaps disebut neuron prasinaptik
dan neuron yang membawa impuls dari sinaps disebut neuron postsinaptik.
Gambar 2.5 Sinaps dari Neuron
Sinaps
sangat rentan terhadap perubahan kondisi fisiologis :
1. Alkalosis
Diatas
PH normasl 7,4 meningkatkan eksitabilitas neuronal. Pada PH 7,8 konvulsi dapat
terjadi karena neuron sangat mudah tereksitasi sehingga memicu output secara
spontan.
2. Asidosis
Dibawah
PH normal 7,4 mengakibatkan penurunan yang sangat besar pada output neuronal.
Penurunan 7,0 akan mengakibatkan koma.
3. Anoksia
Atau
biasa yang disebut deprivasi oksigen, mengakibatkan penurunan eksitabilitas
neuronal hanya dalam beberapa detik.
4. Obat-obatan
Dapat
meningkatkan atau menurunkan eksitabilitas neuronal.
o
Kafein menurunkan ambang untuk
mentransmisi dan mempermudah aliran impuls.
o
Anestetik local (missal novokalin dan
prokain) yang membekukan suatu area dapat meningkatkan ambang membrane untuk
eksitasi ujung saraf.
o
Anastetik umum menurunkan aktivasi
neuronal di seluruh tubuh.
2.6 Impuls Saraf
Impuls
yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai
berikut.
a. Gerak sadar
Gerak
sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf
Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)
b. Gerak refleks
Gerak
refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak
melewati otak..
Contoh gerak
refleks adalah sebagai berikut:
·
Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
·
Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika
ada benda asing yang masuk ke mata.
·
Menutup hidung pada waktu mencium bau yang
sangat busuk.
·
Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba
terjatuh.
·
Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu
tinggi.
2.6.1 Potensial Istirahat
Sel
saraf yang sedang beristirahat, sepeti sel lain dalam tubuh, mempertahankan
perbedaan potensial listrik (voltase) pada membrane sel diantara bagian dalam
sel dan cairan ektraseluler di sekeliling sel. Voltase sel relatif berkisar
antara -50 mV sampai -80 mV terhadap voltase luar. Bergantung pada kondisi
neurn dan ektraseluler yang mengelilingi sel.
a. Membran
sel dalam keadaan istirahat dianggapan bermuatan listrik atau terpolarisasi.
Keadaan ini dapat dibuktikan dengan menempatkan elektroda menit di dalam sel
dan di luar membran.
b. Polarisasi
(potensial istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion Natrium dan Kalium yang
tidak seimbang di dalam dan di luar sel, serta perbedaan permebilitas membrane
terhadap ion ini dan ion lain.
·
Membran neuron sangat permeabel terhadap
ion K+ dan Cl-
serta relative impermiabel terhadap ion Na.
·
Membran ini impermiabel terhadap molekul
protein intraseluler besar yang bermuatan negatif.
·
Konsentrasi ion K+ didalam membrane sel lebih tinggi daripada
diluar membran sel, konsentrasi ion Na diluar membrane sel lebih tinggi
daripada didalam sel.
·
Karena tingkat permeabilitas membrane
terhadap ion K sekitar 75 kali lebih besar daripada ion Na, maka difusi ion K
keluar dari sel lebih cepat daripada ion Na kedalam sel.
·
Saat ion K bermuatan positif kelur dari
sel, ion tersebut meninggalkan molekul protein bermuatan negatif yang terlalu
besar untuk dapat berdifuso melalui membran. Hal ini mengakibatkan bagian dalam
sel mengalami elektronegativitas.
c. Difusi dan transport aktif bertanggung jawab
untuk pergerakan ion melewati membran plasma
2.6.2 Potensial Aksi
Gambar 2.6 Siklus umpan balik positif bertanggung
jawab terhadap pembukaan gerbang Na+ tambahan setelah depolarisasi
pada tingkat ambang
Gambar
2.7 Potensial Aksi
a. Jika
serabut saraf cukup terstimulasi, maka gerbang Na+ akan terbuka.
b. Ion
Natrium bermuatan positif bergerak kedalam sel, mengubah potensial istirahat
(polarisasi) menjadi potensial aksi (depolarisasi) ditunjukkan dengan
pergeseran diferensial dari -65mV ke puncak listrik (potensial puncak) yang
hampir mencapai +40 mV. Depolarisasi juga menyebabkan terbukanya lebih banyak
gerbang natrium, yang kemudian akan mempercepat respons dalam siklus umpan
balik positif.
c. Potensial
aksi sangat singkat, yang hanya bertahan kurang dari seperseribu detik.
d. Gerbang
Natrium kemudian menutup, mengehentikan aliran deras ion Na+,
Gerbang Kalium akan membuka, menyebabkan ion K+ mengalir keluar sel
dengan deras.
e. Repolarisasi
(polarisasi balik) adalah pemulihan daya potensial untuk kembali pada keadaan
istirahat.
·
Pompa natrium-kalium membantu
pengembalian gradient konsentrasi ion asal yang melewati membran sel.
·
Pompa yang dijalankan dengan energy ini
akan menghancurkan kelebihan ion Na yang memasuki sel dan mengembalikan ion K
yang telah berdifusi keluar sel.
f. Respon
all or none.
·
Stimulus ambang untuk depolarisasi
biasanya terjadi saat ada perubahan sekitar 15 mV dari keadaan potensial
istirahat.
·
Begitu ambang depolarisasi tercapai,
potensial aksi akan terbentuk. Inilah yang disebut respons all-or-none. Neuron
akan merespons secara keseluruhan atau tidak merespons sama sekali.
g. Periode
refraktori.
·
Periode refraktori absolut : waktu
selama gerbang ion Na tertutup dan gerbang K masih terbuka dan serabut saraf
sama sekali tidak responsif terhadap kekuatan stimulus lain.
·
Periode refraktori relative : masa
setelah masa refraktori absolute. Masa ini berlangsung kurang dari 2 milidetik
dan merupakan waktu dimana stimulus dengan kekuatan yang lebih tinggi memicu
potensial aksi yang kedua.
2.6.3 Perambatan Impuls Saraf
1. Setelah
inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan kecepatan
dan amplitude yang tetap.
2. Arus
listrik local menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini menyebabkan
gerbang natrium membuka dan mengakibatkan gelombang depolarisasi menjalar di
sepanjang saraf.
3. Dengan
cara ini, sinyal atau impuls saraf, ditransmisi dari satu sisi ke delam sistem
saraf sisi yang lain.
2.7 Pembagian Sistem Saraf
Gambar 2.8 Pembagian Sistem Saraf
Sistem
saraf dibagi dua yakni :
o
Saraf Pusat berupa Otak dan Medulla
Spinalis.
o
Saraf Tepi
2.8 Saraf Pusat Manusia
Sistem
saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak
sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang.
Otak
manusia merupakan organ vital yang harus dilindungi oleh tulang tengkorak.
Sementara itu, sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang
belakang. Otak dan sumsum tulang belakang sama-sama dilindungi oleh suatu
membran yang melindungi keduanya. Membran pelindung tersebut dinamakan
meninges. Meninges dari dalam keluar terdiri atas tiga bagian, yaitu piameter,
arachnoid, dan durameter. Cairan ini berfungsi melindungi otak atau sumsum
tulang belakang dari goncangan dan benturan.
Selaput
ini terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut:
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf
pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara
piamater dan duramater.
c) Duramater.
Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di antara piamater
dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal. Dengan
adanya lapisan ini, otak akan lebih tahan terhadap goncangan dan benturan
dengan kranium. Kadangkala seseorang mengalami infeksi pada lapisan meninges,
baik pada cairannya ataupun lapisannya yang disebut meningitis.
Gambar 2.9 Lapisan Otak
CAIRAN CEREBROSPINALIS (CCS)
1. Fungsi
CCS memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti
jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan
mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit (otak tidak
mempunyai pumbuluh limfe), dan memberikan beberapa perlindungan terhadap
perubahan-perubahan tekanan (volume venosus volume cairan cerebrospinal).
2. Komposisi Cairan Cerebrospinalis
3. Sirkulasi CCS
CCS dihasilkan oleh pleksus choroideus dan mengalir dari
ventriculus lateralis ke dalam ventriculus tertius, dan dari sini melalui
aquaductus sylvii masuk ke ventriculus quartus. Di sana cairan ini memasuki
spatium liquor cerebrospinalis externum melalui foramen lateralis dan medialis
dari ventriculus quartus. Cairan meninggalkan system ventricular melalui
apertura garis tengah dan lateral dari ventrikel keempat dan memasuki rongga
subarachnoid. Dari sini cairan mungkin mengalir di atas konveksitas otak ke
dalam rongga subarachnoid spinal. Sejumlah kecil direabsorpsi (melalui difusi)
ke dalam pembuluh-pembuluh kecil di piamater atau dinding ventricular, dan
sisanya berjalan melalui jonjot arachnoid ke dalam vena (dari sinus atau
vena-vena) di berbagai daerah – kebanyakan di atas konveksitas superior.
Tekanan cairan cerebrospinal minimum harus ada untuk mempertahankan reabsorpsi.
Karena itu, terdapat suatu sirkulasi cairan cerebrospinal yang terus menerus di
dalam dan sekitar otak dengan produksi dan reabsorpsi dalam keadaan yang
seimbang.
2.8.1 Otak
Otak
merupakan organ yang telah terspesialisasi sangat kompleks. Berat total otak
dewasa adalah sekitar 2% dari total berat badannya atau sekitar 1,4 kilogram
dan mempunyai sekitar 12 miliar neuron. Pengolahan informasi di otak dilakukan
pada bagian-bagian khusus sesuai dengan area penerjemahan neuron sensorik.
Permukaan otak tidak rata, tetapi berlekuk-lekuk sebagai pengembangan neuron
yang berada di dalamnya. Semakin berkembang otak seseorang, semakin banyak
lekukannya. Lekukan yang berarah ke dalam (lembah) disebut sulkus dan lekukan
yang berarah ke atas (gunungan) dinamakan girus.
Otak mendapatkan impuls dari sumsum
tulang belakang dan 12 pasang saraf kranial. Setiap saraf tersebut akan
bermuara di bagian otak yang khusus. Otak manusia dibagi menjadi tiga bagian
utama, yaitu otak depan, otak tengah, dan otak belakang. Para ahli mempercayai
bahwa dalam perkembangannya, otak vertebrata terbagi menjadi tiga bagian yang
mempunyai fungsi khas. Otak belakang berfungsi dalam menjaga tingkah laku, otak
tengah berfungsi dalam penglihatan, dan otak depan berfungsi dalam penciuman
(Campbell, et al, 2006: 578)
Gambar 2.10 Otak
a) Otak depan
Otak
depan terdiri atas otak besar (cerebrum), talamus, dan hipotalamus.
·
Otak besar
Merupakan
bagian terbesar dari otak, yaitu mencakup 85% dari volume seluruh bagian otak.
Bagian tertentu merupakan bagian paling penting dalam penerjemahan informasi
yang Anda terima dari mata, hidung, telinga, dan bagian tubuh lainnya. Bagian
otak besar terdiri atas dua belahan (hemisfer), yaitu belahan otak kiri
dan otak kanan. Setiap belahan tersebut akan mengatur kerja organ tubuh yang
berbeda.besar terdiri atas dua belahan, yaitu hemisfer otak kiri dan hemisfer
otak kanan. Otak kanan sangat berpengaruh terhadap kerja organ tubuh bagian
kiri, serta bekerja lebih aktif untuk pengerjaan masalah yang berkaitan dengan
seni atau kreativitas. Bagian otak kiri mempengaruhi kerja organ tubuh bagian
kanan serta bekerja aktif pada saat Anda berpikir logika dan penguasaan bahasa
atau komunikasi. Di antara bagian kiri dan kanan hemisfer otak, terdapat
jembatan jaringan saraf penghubung yang disebut dengan corpus callosum.
Gambar 2.11 Belahan pada Otak Besar
·
Talamus
Mengandung
badan sel neuron yang melanjutkan informasi menuju otak besar. Talamus memilih
data menjadi beberapa kategori, misalnya semua sinyal sentuhan dari tangan.
Talamus juga dapat menekan suatu sinyal dan memperbesar sinyal lainnya. Setelah
itu talamus menghantarkan informasi menuju bagian otak yang sesuai untuk
diterjemahkan dan ditanggapi.
·
Hipotalamus
Mengontrol
kelenjar hipofisis dan mengekspresikan berbagai macam hormon. Hipotalamus juga
dapat mengontrol suhu tubuh, tekanan darah, rasa lapar, rasa haus, dan hasrat
seksual. Hipotalamus juga dapat disebut sebagai pusat kecanduan karena dapat
dipengaruhi oleh obatobatan yang menimbulkan kecanduan, seperti amphetamin dan
kokain. Pada bagian lain hipotalamus, terdapat kumpulan sel neuron yang
berfungsi sebagai jam biologis. Jam biologis ini menjaga ritme tubuh harian,
seperti siklus tidur dan bangun tidur. Di bagian permukaan otak besar terdapat
bagian yang disebut telensefalon serta diensefalon. Pada bagian diensefalon,
terdapat banyak sumber kelenjar yang menyekresikan hormon, seperti hipotalamus
dan kelenjar pituitari (hipofisis). Bagian telensefalon merupakan bagian luar
yang mudah kita amati dari model torso
Gambar 2.12 Pembagian
Fungsi pada Otak Besar
Beberapa bagian
dari hemisfer mempunyai tugas yang berbeda terhadap informasi yang masuk. Bagian-bagian
tersebut adalah sebagai berikut.
a. Temporal, berperan dalam mengolah informasi suara.
b. Oksipital, berhubungan dengan pengolahan impuls cahaya dari
penglihatan.
c. Parietal, merupakan pusat pengaturan impuls dari kulit serta
berhubungan dengan pengenalan posisi tubuh.
d. Frontal,
merupakan bagian yang penting dalam proses ingatan dan perencanaan kegiatan
manusia.
b) Otak tengah
Otak
tengah merupakan bagian terkecil otak yang berfungsi dalam sinkronisasi
pergerakan kecil, pusat relaksasi dan motorik, serta pusat pengaturan refleks
pupil pada mata. Otak tengah terletak di permukaan bawah otak besar (cerebrum).
Pada otak tengah terdapat lobus opticus yang berfungsi sebagai pengatur gerak
bola mata. Pada bagian otak tengah, banyak diproduksi neurotransmitter yang
mengontrol pergerakan lembut. Jika terjadi kerusakan pada bagian ini, orang
akan mengalami penyakit parkinson. Sebagai pusat relaksasi, bagian otak tengah
banyak menghasilkan neurotransmitter dopamin.
c) Otak
belakang
Otak
belakang tersusun atas otak kecil (cerebellum), medula oblongata, dan pons
varoli. Otak kecil berperan dalam keseimbangan tubuh dan koordinasi gerakan
otot. Otak kecil akan mengintegrasikan impuls saraf yang diterima dari sistem
gerak sehingga berperan penting dalam menjaga keseimbangan tubuh pada saat
beraktivitas. Kerja otak kecil berhubungan dengan sistem keseimbangan lainnya,
seperti proprioreseptor dan saluran keseimbangan di telinga yang menjaga
keseimbangan posisi tubuh. Informasi dari otot bagian kiri dan bagian kanan
tubuh yang diolah di bagian otak besar akan diterima oleh otak kecil melalui
jaringan saraf yang disebut pons varoli. Di bagian otak kecil terdapat saluran
yang menghubungkan antara otak dengan sumsum tulang belakang yang dinamakan
medula oblongata. Medula oblongata berperan pula dalam mengatur pernapasan,
denyut jantung, pelebaran dan penyempitan pembuluh darah, gerak menelan, dan
batuk. Batas antara medula oblongata dan sumsum tulang belakang tidak jelas.
Oleh karena itu, medula oblongata sering disebut sebagai sumsum lanjutan.
Gambar 2.13 Otak kecil, pons varoli, dan medula oblongata
Pons
varoli dan medula oblongata, selain berperan sebagai pengatur sistem sirkulasi,
kecepatan detak jantung, dan pencernaan, juga berperan dalam pengaturan
pernapasan. Bahkan, jika otak besar dan otak kecil seseorang rusak, ia masih
dapat hidup karena detak jantung dan pernapasannya yang masih normal. Hal
tersebut dikarenakan fungsi medula oblongata yang masih baik. Peristiwa ini
umum terjadi pada seseorang yang mengalami koma yang berkepanjangan. Bersama
otak tengah, pons varoli dan medula oblongata membentuk unit fungsional yang
disebut batang otak (brainstem).
2.8.2 Medulla Spinalis (Sumsum Tulang
Belakang)
Sumsum
tulang belakang (medulla spinalis) merupakan perpanjangan dari sistem
saraf pusat. Seperti halnya dengan sistem saraf pusat yang dilindungi oleh
tengkorak kepala yang keras, sumsum tulang belakang juga dilindungi oleh ruas-ruas
tulang belakang. Sumsum tulang belakang memanjang dari pangkal leher, hingga ke
selangkangan. Bila sumsum tulang belakang ini mengalami cidera ditempat
tertentu, maka akan mempengaruhi sistem saraf disekitarnya, bahkan bisa
menyebabkan kelumpuhan di area bagian bawah tubuh, seperti anggota gerak bawah
(kaki).
Secara
anatomis, sumsum tulang belakang merupakan kumpulan sistem saraf yang
dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang. Sumsum tulang belakang atau biasa
disebut medulla spinalis ini, merupakan kumpulan sistem saraf dari
dan ke otak. Secara rinci, ruas-ruas tulang belakang yang
melindungi sumsum tulang belakang ini adalah sebagai berikut:
Sumsum
tulang belakang terdiri dari 31 pasang saraf spinalis yang
terdiri dari 7 pasang dari segmen servikal, 12
pasang dari segmen thorakal, 5 pasang dari
segmen lumbalis, 5 pasang dari segmen sacralis dan 1
pasang dari segmen koxigeus
Gambar 2.14 Medula Spinalis (Sumsum Tulang Belakang)
·
Vertebra Servikalis (ruas tulang
leher) yang berjumlah 7 buah dan membentuk daerah tengkuk.
·
Vertebra Torakalis (ruas tulang
punggung) yang berjumlah 12 buah dan membentuk bagian belakang torax atau dada.
·
Vertebra Lumbalis (ruas tulang
pinggang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk daerah lumbal atau pinggang.
·
Vertebra Sakralis (ruas tulang
kelangkang) yang berjumlah 5 buah dan membentuk os sakrum (tulang kelangkang).
·
Vertebra koksigeus (ruas tulang
tungging) yang berjumlah 4 buah dan membentuk tulang koksigeus (tulang
tungging)
2.9 Saraf Tepi Manusia
Susunan
saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang
belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan
serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang
belakang. Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot,
misalnya ke hidung, mata, telinga, dan sebagainya. Sistem saraf tepi terdiri
atas serabut saraf sensorik dan motorik yang membawa impuls saraf menuju ke dan
dari sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi dibagi menjadi dua, berdasarkan cara
kerjanya, yaitu sebagai berikut.
1) Sistem Saraf
Sadar
Sistem
saraf sadar bekerja atas dasar kesadaran dan kemauan kita. Ketika Anda makan,
menulis, berbicara, maka saraf inilah yang mengkoordinirnya. Saraf ini
mene-ruskan impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, dan meneruskan impuls
dari sistem saraf pusat ke semua otot kerangka tubuh. Sistem saraf sadar
terdiri atas 12 pasang saraf kranial, yang keluar dari otak dan 31 pasang saraf
spinal yang keluar dari sumsum tulang belakang 31 pasang saraf spinal terlihat
pada Gambar 8.8. Saraf-saraf spinal tersebut terdiri atas gabungan saraf
sensorik dan motorik. Dua belas pasang saraf kranial tersebut, antara lain
sebagai berikut.
a) Saraf olfaktori, saraf optik, dan saraf auditori. Saraf-saraf ini
merupakansaraf sensori.
b) Saraf okulomotori, troklear, abdusen, spinal, hipoglosal. Kelima saraf
tersebut merupakan saraf motorik.
c) Saraf
trigeminal, fasial, glossofaringeal, dan vagus. Keempat saraf tersebut
merupakan saraf gabungan dari saraf sensorik dan motorik. Agar lebih memahami
tentang jenis-jenis saraf kranial.
2) Sistem Saraf
Tak Sadar (Otonom)
Sistem
saraf ini bekerja tanpa disadari, secara otomatis, dan tidak di bawah kehendak
saraf pusat. Contoh gerakan tersebut misalnya denyut jantung, perubahan pupil
mata, gerak alat pencernaan, pengeluaran keringat, dan lain-lain. Kerja saraf
otonom ternyata sedikit banyak dipengaruhi oleh hipotalamus di otak. Coba Anda
ingat kembali fungsi hipotalamus yang sudah dijelaskan di depan. Apabila
hipotalamus dirangsang, maka akan berpengaruh terhadap gerak otonom seperti
contoh yang telah diambil, antara lain mempercepat denyut jantung, melebarkan
pupil mata, dan menghambat kerja saluran pencernaan.Sistem saraf otonom ini
dibedakan menjadi dua.
·
Saraf Simpatik
Saraf
ini terletak di depan ruas tulang belakang. Fungsi saraf ini terutama untuk
memacu kerja organ tubuh, walaupun ada beberapa yang malah menghambat kerja
organ tubuh. Fungsi memacu, antara lain mempercepat detak jantung, memperbesar
pupil mata, memperbesar bronkus. Adapun fungsi yang menghambat, antara lain
memperlambat kerja alat pencernaan, menghambat ereksi, dan menghambat kontraksi
kantung seni.
·
Sistem Saraf Parasimpatik
Saraf
ini memiliki fungsi kerja yang berlawanan jika dibandingkan dengan saraf
simpatik. Saraf parasimpatik memiliki fungsi, antara lain menghambat detak
jantung, memperkecil pupil mata, memperkecil bronkus, mempercepat kerja alat
pencernaan, merangsang ereksi, dan mepercepat kontraksi kantung seni. Karena
cara kerja kedua saraf itu berlawanan, makamengakibatkan keadaan yang normal.
Gambar 2.15 Saraf Parasimpatik dan Simpatik
Tabel
1.1 Jenis-Jenis Saraf Beserta Asalnya
Nomor
saraf
|
Nama Saraf
|
Jenis Saraf
|
Asal Saraf Sensorik
|
Asal Saraf Motorik
|
I
|
Olfaktori
|
Sensori
|
Selaput lendir hidung
|
Tidak ada
|
II
|
Optik
|
Sensori
|
Retina mata
|
Tidak ada
|
III
|
Okulomotor
|
Motor
|
Otot penggerak bola
mata
|
Otot pengerak bola
mata, lensa mata,
pupil mata
|
IV
|
Troklear
|
Motor
|
Otot penggerak bola
mata
|
Otot lain penggerak
bola mata
|
V
|
Trigeminal
|
Gabungan
|
Gigi dan kulit muka
|
Otot pengunyah
|
VI
|
Abdusen
|
Motor mata
|
Otot penggerak bola
mata
|
Otot lain penggerak
bola mata
|
VII
|
Fasial
|
Gabungan
|
Lidah bagian ujung
|
Otot muka,
kelenjar ludah
|
VIII
|
Auditori
|
Sensori
|
Koklea dan saluran
setengah lingkaran
|
Tidak ada
|
IX
|
Glossofaringeal
|
Gabungan
|
Lidah bagian belakang
tonsil
|
Kelenjar ludah,
otot penelan di
taring
|
X
|
Vagus
|
Gabungan
|
Laring, paru-paru,
jantung, lambung,
pankreas, hati
|
Saraf simpatetik ke
laring, esofagus,
paru-paru, jantung,
lambung, pankreas.
|
XI
|
Spinal
|
Motor
|
Otot belikat, laring,
taring, langit-langit
halus
|
Otot laring, taring,
dan langit-langit
halus
|
XII
|
Hipoglosal
|
Motor
|
Otot-otot lidah
|
Otot lidah
|
2.10 Kelainan pada Sistem Saraf
a.
Stroke
Stroke
adalah kematian sel-sel otak disertai fungsinya karena terganggunya aliran
darah di otak. Penyakit ini seringkali disebabkan oleh tekanan darah tinggi
yangmenyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak. Selain itu, atheroskeosis juga
dapat menyebabkan penyumabatan pembuluh darah di otak. Gejala penyakit ini
bervariasi bergantung pada hebatnya stoke dan daerah otak yang terkena,
misalnya pusing-pusing, sulit bicara, tidak melihat, pingsan, lumpuh sebelah,
bahkan kematian
b.
Tumor
Otak
Penyakit
ini disebabkan oleh adanya pertumbuhan liar dari sel-sel saraf, maupun jaringan
penyokongnya. Adanya pertumbuhan tersebut mengakibatkan berbagai gangguan,
mulai dari pusing-pusing, kesulitan berjalan, kehilangan memori/ingatan, sampai
kematian.
c.
Ayan (Epilepsi)
Penyakit
ini ditandai dengan timbulnya kejang-kejang yang tidak terkendali. Penderita
epilepsy tidak diperkenankan berada di dekat lokasi yang berbahaya, seperti
tepian sungai, sumur, dan telaga. Bila berada di lokasi tersebut dan mengalami
kekambuhan, dikawatirkan akan tenggelam karena tidak mampu mengendalikan
gerakan tubuhnya. Belum ada sebab yang jelas mengapa penyakit ini bis timbul,
namun melihat gejala kejang tersebut, diduga ada gangguan pada otak daerah
motorik yang mengatur gerakan tubuh.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem
saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi, menafsirkan dan
mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya. Sel saraf
terdiri atas milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia). Berdasarkan
fungsinya, neuron dapat dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan konektor.
Berdasarkan bentuknya, neuron dapat dibagi menjadi neuron unipolar, bipolar dan
multipolar.
Sistem saraf dibagi menjadi sistem
saraf pusat dan saraf tepi. Lapisan pada sistem saraf yakni :
a) Piamater. Merupakan selaput paling dalam yang menyelimuti sistem saraf
pusat. Lapisan ini banyak sekali mengandung pembuluh darah.
b) Arakhnoid. Lapisan ini berupa selaput tipis yang berada di antara
piamater dan duramater.
c)
Duramater. Lapisan paling luar yang terhubung dengan tengkorak. Daerah di
antara piamater dan arakhnoid diisi oleh cairan yang disebut cairan serebrospinal. Fungsi dari cairan ini yakni memberikan dukungan mekanik pada otak dan bekerja seperti
jaket pelindung dari air. Cairan ini mengontrol eksitabilitas otak dengan
mengatur komposisi ion, membawa keluar metabolit-metabolit
Sistem
saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada tubuh, baik
gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi penggerak
sistem saraf pusat adalah otak dan
sumsum tulang belakang.
Saraf
tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang belakang
(spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan serabut
saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang. Tiap
pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke
hidung, mata, telinga, dan sebagainya.
DAFTAR
PUSTAKA
Feriyawati,
L. 2006. Anatomi Sistem Saraf dan Peranannya dalam Regulasi
Kontraksi
Otot Rangka. Medan : Fakultas Kedokteran USU
Irianto,
K. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung :
Yrama
Widya
Nur,
I. 2013. Sistem Saraf Pada Manusia. Bandung : Sekolah Tinggi Farmasi
Sari,
M. 2004. Sistem Ventrikel dan Liquor Cerebrospinal. Medan : Fakultas
Kedokteran USU
Sinaga,
E, dkk. 2011. Anatomi Fisiologi Manusia. Medan : FMIPA Unimed
Tidak ada komentar:
Posting Komentar